Mereka yang Tertipu Restoran Online Bodong di Surabaya: Pernah dapat Ayam Secuil

14 Juni 2021 17:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Ilustrasi pesan makanan online Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi pesan makanan online Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini viral seorang perempuan asal Surabaya yang mengadukan adanya restoran online bodong berkedok brand ternama. Pengalaman buruknya ketika memesan makanan lewat aplikasi ojek online itu ia bagikan melalui instagram story. Perempuan tersebut mengungkapkan kalau pelayanan yang diterimanya benar-benar mengecewakan.
ADVERTISEMENT
Melalui akun instagram pribadinya @kdeviana, mengaku kalau dirinya menemukan beberapa restoran dengan menu menarik. Nahasnya, tampilan makanan yang ia terima sangat berbeda dengan gambar yang ada di aplikasi. Bahkan, keadaan restoran pun hanya ala kadarnya saja.
Dalam video yang diunggah ke media sosial itu, terlihat kondisi restoran yang hanya berupa dapur rumahan, dan terdapat tujuh buah ponsel genggam. Rupanya, ponsel itu digunakan untuk menipu pelanggan yang pesan makanan lewat aplikasi ojek online.
Nama-nama restoran yang terpampang dalam aplikasi pun cukup familiar bagi banyak orang. Sehingga, mereka berpikir bahwa semua tempat makan itu memang restoran sungguhan. Alangkah kagetnya saat mengetahui bahwa hampir semua restoran itu hanyalah akun bodong.
Lebih mengecewakan, perempuan itu memesan lima porsi dengan total harga mencapai Rp 95 ribu. Kendati, makanan yang didapatnya hanya nasi putih dan satu lauk saja. Itu pun juga disajikan dalam box styrofoam biasa.
ADVERTISEMENT
Merasa kasus penipuan ini semakin marak di Surabaya. Lantas membuat kami penasaran, apakah hal itu merupakan fenomena yang lumrah terjadi di Kota Pahlawan tersebut?
Kami pun melakukan wawancara dengan beberapa narasumber yang memang berdomisili di Surabaya. Kami berdiskusi seputar pengalaman buruk mereka saat memesan makanan melalui aplikasi ojek online.

Kisah mereka yang tertipu saat memesan makanan lewat aplikasi ojol

Sajian Geprek Ngider Foto: Dok.GeprekNgider
Pengalaman serupa, pernah dialami oleh Rachmadya Setyo Santoso (28). Kepada kumparan, ia mengatakan kalau dirinya sering tertipu saat memesan makanan melalui aplikasi GrabFood.
Laki-laki yang berprofesi sebagai pekerja swasta itu, juga mengungkapkan bahwa hal seperti ini sering terjadi di Surabaya. Terutama, ia kerap tertipu saat memesan ayam geprek. Beberapa kali memesan, hidangan yang didapatkannya hanya nasi putih, kremesan, dan bahkan tulang ayam berbalut tepung.
ADVERTISEMENT
“Paling banyak di sana tuh, geprek-geprekan yang sering nipu. Kalau mau makan ayam geprek, ya paling datang sendiri ke tempatnya langsung atau enggak pesan dari yang asli. Soalnya, ternyata banyak banget yang zonk gepreknya,” tutur Rachmadya saat dihubungi kumparan, Senin (14/6).
Ilustrasi berbisnis kuliner online Foto: Dok.Shutterstock
Selain nasi ayam geprek, laki-laki yang berdomisili di Surabaya itu juga pernah menemukan beberapa nama restoran terkenal di aplikasi. Misalnya, lanjut Rachmadya, Geprek Bensu diganti nama menjadi Geprek Mozarella; dan ada juga Ronin Sushi yang berganti nama.
“Banyak banget itu ada di GrabFood atau Gofood. Memang, sih kadang harganya lebih murah dibanding aslinya. Tapi nanti yang datang hanya box styrofoam, isi nasi dan ayam secuil,” lanjutnya.
Menurut Rachmadya, restoran-restoran yang menipu ini seringkali terdapat di wilayah Surabaya Timur. Ia menjelaskan, kadang ditemukan tempat makan dengan merek terkenal, bahkan ada yang mendapat bintang atau rating lebih dari empat. Kenyataannya, layanan yang diberikan benar-benar buruk.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya Rachmadya saja. Kami ikut bertanya pada food blogger Surabaya yakni Vicky Laurentina. Berdasarkan pengalamannya, ia terbilang cukup sering beli makanan menggunakan ojek online. Sebulan bisa mencapai 10-15 kali pemesanan.
Tapi, tak semua proses pemesanan makanan itu berjalan mulus. “Saya sudah sering mengalami pesan makanan tidak sesuai aplikasi, ya. Contohnya, saya pesan bebek goreng, ternyata yang datang malah daging gepuk. Pasti ada saja kejadian satu sampai dua kali makanan datang tidak sesuai pesanan di aplikasi,” ungkap Vicky.
Bukan saja merasa ditipu akan sajian yang tak sesuai harapan, Vicky mengaku kalau beberapa kali, ia mendapat layanan buruk perihal jam buka merchant atau restorannya. Meski, dalam aplikasi disebutkan tempat merchant sudah buka, namun saat driver ojol tiba di sana, justru tempat makannya masih tutup.
Ilustrasi delivery makanan Foto: Shutter Stock
“Ketipu jam buka juga sering. Misal, sudah pesan makanan di suatu merchant, begitu driver tiba, ternyata masih tutup. Driver-nya bahkan mengirim saya foto bahwa pintu rumah itu tertutup rapat,” jelas wanita berusia 39 tahun itu.
ADVERTISEMENT
Lantaran banyak yang bisa mendaftarkan diri sebagai merchant di aplikasi online, ia memperkirakan hal ini membuat tingkat pelayanan buruk pun semakin meningkat.
“Banyak driver mengeluh ketika mereka harus ambil pesanan di suatu merchant rumahan yang kurang terkenal, sebab ketika mereka kunjungi ke lokasi merchant-nya, ternyata merchant itu tidak membuka jendela rumahnya sedikit pun (tidak kelihatan seperti sebuah bisnis makanan),” lanjut Vicky.
Kini, baik Vicky maupun Rachmadya, keduanya lebih memilih cari aman saja sebelum benar-benar memutuskan pesan makan lewat aplikasi ojol. Vicky berpendapat, jika ia hanya akan berani beli makan di restoran dengan penilaian 4,5 ke atas. Bila kurang dari itu, dirinya percaya bahwa ada yang salah terhadap merchant tersebut.
ADVERTISEMENT
Sementara, untuk Rachmadya sendiri, memilih mengutamakan pilihan restoran yang sudah banyak orang kenal. “Ya, pesannya yang aman-aman saja, Misal restoran cepat saji seperti Burger King atau McDonald’s. Ataupun, restoran-restoran khas Surabaya yang juga sudah terkenal gitu,” tutupnya.

Tanggapan GrabFood soal kasus penipuan berkedok restoran terkenal di aplikasi ojol

Driver menunjukan produk kemasan Grabfood. Foto: Dok. Grab Indonesia
Menanggapi hal tersebut, GrabFood pun memberikan pernyataan resmi mereka melalui pesan singkat kepada kumparan, Sabtu (12/6), yang berbunyi;
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, dalam pernyataan tersebut juru bicara Grab, juga mengatakan bahwa mereka sedang melakukan investigasi terhadap setiap laporan. Mereka pun menegaskan akan mengambil tindakan apabila mitra merchant terbukti melanggar kode etik yang telah ada.
Reporter: Balqis Tsabita Azkiya