Mindful Eating, Metode agar Kebiasaan Ngemil Dapat Dibatasi

14 Desember 2017 18:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrai ngemil di kantor. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrai ngemil di kantor. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Siapa yang tak suka ngemil? Nampaknya semua orang gemar mengkonsumsi camilan apa saja, baik itu makanan manis atau asin. Begitupun dengan orang Indonesia yang ternyata mempunyai hobi ngemil, bahkan ada sebuah riset yang dilakukan Mondelez Indonesia menunjukkan jika 64 persen masyarakat Indonesia mengkonsumsi cemilan bersama dengan orang-orang terdekat.
ADVERTISEMENT
Layaknya koin yang memiliki dua sisi, ngemil rupanya membawa dampak buruk jika dikonsumsi secara berlebihan. Selain dapat meningkatkan berat badan, ngemil berlebihan juga dapat memicu munculnya rasa bersalah pada diri sendiri yang dapat berujung pada turunnya mood seseorang.
Menyimpan camilan di atas meja.  (Foto: Thinkstock )
zoom-in-whitePerbesar
Menyimpan camilan di atas meja. (Foto: Thinkstock )
Rasa bersalah itu muncul karena seseorang sebenarnya sadar dan tahu bahwa tubuhnya tidak terlalu membutuhkan asupan cemilan dan kegiatan ngemil hanya dilakukan karena adanya ego dan lapar mata. Hal ini akan menimbulkan rasa stres terutama jika seseorang sedang menjalani program diet.
Lantas, bagaimana cara menghilangkan rasa bersalah setelah menyantap camilan? Psikolog Tara de Thouars mengatakan bahwa menanamkan kebiasaan ngemil yang cermat sangat penting. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan metode mindful eating dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
"Salah satu hal penting ketika menyantap cemilan adalah kita harus mempunyai prinsip mindful eating. Yaitu makan secara sadar,” ujar Tara deThouars saat ditemui kumparan (kumparan.com) di sesi Snack Talk Mondelez di Bunga Rampai, Mampang, Jakarta Pusat, Kamis (14/12).
Mindful eating dapat diartikan sebagai metode menyantap makanan dengan melibatkan kelima panca indera manusia, yaitu mata, hidung, telinga, lidah dan kulit. Rupanya, metode ini telah dilakukan oleh para biksu sejak zaman dahulu sebagai bentuk penghormatan terhadap makanan yang telah disajikan.
Tak sulit untuk menerapkan metode ini. Menurut Tara, hal pertama yang harus disadari adalah pemahaman mengenai alasan sebenarnya mengapa tubuh membutuhkan camilan, apakah memang tubuh benar-benar membutuhkan camilan atau sekadar ingin memanjakan perut saja.
Protein Bar dianggap sebagai camilan sehat. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Protein Bar dianggap sebagai camilan sehat. (Foto: Thinkstock)
Hal ini tentu harus disadari betul karena 56 persen masyarakat Indonesia ternyata sering membeli camilan tanpa merencakanannya terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
"Apapun perilaku kita sebelum bertindak, pastikan bahwa tindakan kita selalu harus ada tujuannya. Kalau tidak ada alasan yang kuat, perilaku kita bisa dibilang tidak cermat," paparTara.
Selanjutnya adalah rileks. Ketika sedang menyantap cemilan, seseorang dituntut untuk fokus terhadap makanan yang disantap.
Memperhatikan setiap detail bungkusnya, menghirup aroma yang keluar dari makanan, merasakan setiap tekstur dan rasa yang tercipta ketika kita menyantap camilan, serta menikmati setiap proses hingga rasa camilan adalah sederet cara yang harus dilakukan oleh setiap orang jika ingin menerapkan mindful eating.
Di akhir pembicaraan, Tara berujar jika cara ini benar-benar diterapkan dengan konsisten, maka metode ini akan membawa manfaat yang banyak untuk tubuh. "Dengan metode ini, keinginan untuk makan cemilan secara berlebih dapat dikurangi secara drastis. Selain itu kita dapat lebih memahami apa yang terbaik dan sangat dibutuhkan oleh tubuh," tutup Tara.
ADVERTISEMENT