Pandemi Mengancam Perempuan Jepang Tak Bisa Memberi Cokelat di Hari Valentine

9 Februari 2021 13:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cokelat Valentine Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Cokelat Valentine Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Memberi cokelat di Hari Valentine memang sudah menjadi tradisi bagi masyarakat dunia. Tapi tradisi ini dijalankan agak berbeda oleh warga Jepang —khususnya perempuan. Selama bertahun-tahun, perempuan di Jepang telah terbiasa memberi cokelat kepada para laki-laki di Hari Valentine. Ya, hanya perempuannya saja.
ADVERTISEMENT
Sementara, para laki-laki akan membalas pemberian hadiah tersebut di Hari Putih yang dirayakan setiap 14 Maret, seperti dikutip dari SoraNews24. Sayangnya, pembatasan di Jepang yang berlaku selama pandemi turut mengancam jalannya tradisi tersebut di tahun ini.
Lebih dari sekadar ungkapan kasih sayang untuk kekasih, hari Valentine di Jepang juga dikenal sebagai ‘hari cokelat.’ Tidak hanya untuk pacar atau suami,para perempuan di Jepang akan memberikan cokelat kepada laki-laki lain; seperti rekan kerja mereka. Hadiah Valentine ini dikenal sebagai giri choco atau "cokelat wajib."
Cokelat Valentine ala Jepang. Foto: Dok. Pixabay
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, ada perdebatan tentang tradisi memberi cokelat wajib; dan beberapa orang berpikir tahun ini mungkin menjadi titik balik dari tradisi tersebut. Pasalnya, cokelat wajib adalah bentuk ucapan terima kasih untuk tindakan kebaikan, dukungan, atau bantuan yang diberikan rekan kerja laki-laki sepanjang tahun.
ADVERTISEMENT
Namun, dengan banyaknya orang yang menghabiskan waktu bekerja dari rumah, mereka cenderung membentuk gaya kerja yang lebih mandiri —karenanya dirasa tidak terlalu penting untuk mengucapkan terima kasih di Hari Valentine.
Selain itu, Valentine tahun ini berlangsung dalam keadaan pembatasan di Jepang, di mana orang-orang diminta untuk membatasi kunjungan yang tidak perlu. Maka dari itu, hilang juga kesempatan untuk membeli cokelat wajib di supermarket. Jika seseorang ingin memberi cokelat, maka mereka harus mengatur waktu bertemu secara langsung; atau mengirimkannya ke tempat tinggal penerima —menambah kerumitan dan biaya lainnya.
Sejumlah orang berdiri di depan toko yang tutup di distrik perbelanjaan, di Tokyo, Jepang. Foto: REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Faktor terakhir yang mengubah tradisi ini adalah waktu pelaksanaan Valentine, yang bertepatan di hari Minggu —yang kemungkinan besar akan mengurangi antusiasme untuk pemberian cokelat di kantor (karena harus dilakukan sebelum atau setelah Valentine itu sendiri).
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, tanggal 14 Maret atau White Day, di mana laki-laki akan memberikan hadiah kembali kepada rekan kerja perempuan mereka, juga jatuh pada hari Minggu. Membentuk situasi dan kerumitan yang sama dengan Hari Valentine.
Walaupun pengertian tradisi “cokelat wajib” yang terkesan cukup menuntut, kebiasaan ini tidak secara umum dibenci seluruh perempuan di Jepang.
Jadi, meskipun tradisi ini akan dijalankan sedikit berbeda lantaran di tengah pandemi, namun masih ada kemungkinan perempuan Jepang mau memberikan cokelat dengan caranya masing-masing. Tetapi, bagi perempuan Jepang yang sudah lama menganggap tradisi ini menguras energi dan kantong mereka, Valentine tahun ini mungkin akan terasa lebih menyenangkan.
Reporter: Natashia Loi