Pola Makan dan Gaya Hidup Sehat Belum Tentu Cegah Risiko Penyakit Jantung

19 Februari 2020 19:12 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi sakit jantung Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sakit jantung Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Penyakit jantung merupakan salah satu gangguan kesehatan yang mematikan dan bisa menyerang tiba-tiba. Gejalanya pun tak selalu bisa dikenali. Ada penderita sakit jantung yang sudah mengalami berbagai keluhan; seperti nyeri dada, berdebar, atau pingsan berulang.
ADVERTISEMENT
Tapi, ada juga yang belum merasakan gejalanya dan belum mengalami keluhan apa pun. Justru, kondisi inilah yang cenderung lebih berbahaya, karena penderita belum menyadari adanya gangguan jantung pada dirinya.
Menurut dr Leonardo Paskah Suciadi, Sp.JP, Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Siloam Hospitals Kebon Jeruk mengatakan, perlu dilakukan pengenalan penyakit lebih lanjut.
Ada dua tahap yang sebaiknya dilakukan; screening atau penilaian faktor risiko, serta mengecek apakah sudah ada penyakit jantung atau belum.
Apalagi, penyakit jantung tak hanya disebabkan akibat bertambahnya usia. Lebih lanjut, dr Paskah menjelaskan, penyakit jantung ada banyak jenisnya. Misalnya, katup bocor, infeksi pada jantung, atau lubang jantung yang lebih banyak terjadi pada penderita penyakit jantung berusia muda.
Ilustrasi penyakit jantung. Foto: Thinkstock
Sedangkan, penyakit sumbatan pembuluh darah atau jantung koroner, serta bengkak jantung memang lebih sering menyerang orang berusia lanjut.
ADVERTISEMENT
"Jadi, ada beberapa jenis penyakit jantung yang lebih sering terjadi pada usia muda, ada beberapa yang pada usia lanjut," ungkapnya saat dihubungi kumparan melalui sambungan telepon, pada Rabu, (19/2).
Biasanya, penyakit jantung pada orang-orang yang di bawah 40 tahun, lebih sering disebabkan akibat infeksi dan kelainan genetik. Dijelaskan oleh dr Paskah, faktor gaya hidup yang tidak sehat, merokok, dan sebagainya memang berkontribusi pada penyakit jantung. Namun, berbagai hal tersebut agak jarang menjadi faktor utama pada usia yang terlampau muda.
Seberapa besar pengaruh konsumsi makanan terhadap timbulnya penyakit jantung?
Pola makan dan asupan makanan yang tidak sehat dalam jangka waktu lama, juga bisa meningkatkan risiko timbulnya penyakit jantung. Namun, ditegaskan dr Paskah, itu bukanlah satu-satunya faktor, tapi ia berkontribusi pada berbagai jenis faktor lainnya.
ADVERTISEMENT
Misalnya, makanan tinggi gula atau kalori, akan memicu diabetes. Makanan dengan kadar lemak tinggi akan mengarah ke gangguan kolesterol, dan makanan yang asin akan memicu hipertensi.
"Diabetes, kolesterol, dan hipertensi itu faktor risiko timbulnya penyakit jantung, serta penyakit jantung koroner," imbuh dr Paskah.
Fast food Foto: Pixabay
Kebiasaan dan pola makan yang tidak teratur pun, tak akan memengaruhi timbulnya penyakit jantung secara langsung, tapi bisa meningkatkan risiko penyakit degeneratif tersebut.
Ketika kita makan dalam porsi besar di malam hari, misalnya, akan memicu obesitas dan diabetes. Secara tak langung, itu juga akan mengganggu kesehatan jantung.
Cara meminimalisir risiko penyakit jantung
Lantas, apa saja yang harus dilakukan untuk meminimalisir risiko timbulnya penyakit jantung?
ADVERTISEMENT
Gaya hidup sehat tetap jadi prioritas utama. Mengatur pola makan, khususnya membatasi asupan garam, gula, dan daging merah serta daging olahan. Berbagai makanan tersebut menjadi musuh utama bagi jantung dan pembuluh darah.
Selain itu, kurangi gaya hidup yang kurang sehat seperti merokok, serta konsumsi alkohol berlebih.
Satu hal lagi yang tak kalah penting, adalah melakukan screening atau check up secara rutin. Sebab, pola makan sehat dan olahraga rutin bukan berarti bisa mengeliminasi penyakit jantung.
Perlu diingat, tak semua penyakit jantung ada hubungannya dengan gaya hidup. Semisal, infeksi jantung yang bisa terjadi kapan saja.
Ilustrasi kesehatan jantung. Foto: Foto: Shutter Stock
"Saya punya pasien yang mengalami kelainan katup bawaan, dia habis scaling gigi, dan sekarang kumannya dari gigi menempel ke katupnya. Akibatnya, terjadi infeksi katup dan jantungnya bengkak. Sebelumnya dia totally normal," terang lulusan Kedokteran Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah di Universitas Padjadjaran tersebut.
ADVERTISEMENT
Laki-laki dianjurkan untuk melakukan screening pada usia 40 tahun ke atas, sedangkan perempuan di atas 50 tahun, atau setelah menopause.
Apabila ada kelainan jantung pada keluarga di usia muda --sebagai contoh, orang tua yang meninggal akibat sakit jantung pada usia sangat muda-- disarankan untuk melakukan check up lebih dini.
"Jadi pesan utamanya, kalau kita sudah gaya hidup sehat, olahraga dan makan baik, belum tentu itu semua mengeliminasi penyakit jantung jenis tertentu. Check up juga diperlukan," pungkas dr Paskah.
Rentang waktu screening-nya tergantung dari hasil pemeriksaan awal. Bila hasil pemeriksaan menunjukkan kesehatan jantung sangat baik, check up bisa diulangi dengan frekuensi yang lebih jarang, mungkin lima tahun sekali.
ADVERTISEMENT