Rawon Kembali Masuk Dalam Daftar Sup Terenak di Dunia Versi Taste Atlas

23 Januari 2024 9:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nasi hangat ditambah rawon daging khas Surabaya bisa jadi alternatif menu Lebaran. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Nasi hangat ditambah rawon daging khas Surabaya bisa jadi alternatif menu Lebaran. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Taste Atlas, situs yang menyediakan informasi dan peringkat tentang berbagai jenis makanan dari seluruh dunia, kembali merilis daftar sup terenak di dunia. Rupanya rawon kembali masuk dalam daftar tersebut.
ADVERTISEMENT
Kabar itu pun diumumkan langsung di laman Instagram Taste Atlas. Rawon menempati posisi keempat sebagai sup terenak di dunia versi Taste Atlas di tahun 2023.
"Rawon adalah hidangan unik Indonesia yang berasal dari Jawa Timur. Sup yang beraroma ini biasanya dibuat dengan daging sapi yang dimasak perlahan dengan bahan tradisional lainnya seperti daun jeruk nipis, serai, jahe, dan cabai," tulis Taste Atlas.
Elemen utama pada rawon adalah buah kluwek, kacang hitam Indonesia. Kluwek jika dikonsumsi mentah dapat beracun karena mengandung sianida. Agar bisa dikonsumsi, biji kluwek harus diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan racunnya.
"(kluwek) ini digiling dengan bahan-bahan dan bumbu lain, memberikan hidangan rasa asam dan warna hitam yang gelap dan unik," sambung kalimat tersebut.
ADVERTISEMENT
Ini bukan kali pertama rawon mendunia. Di tahun 2022, rawon juga sudah masuk dalam daftar sup terenak di dunia versi Taste Atlas. Kala itu Rawon berada di peringkat ke-20. Selain rawon ada juga gulai, soto, laksa, hingga mi kocok yang masuk dalam daftar tersebut.
Kemudian pada awal Agustus tahun lalu, Taste Atlas juga kembali merilis daftar sup terenak. Rawon menduduki peringkat pertama mengalahkan sup-sup lainnya dari berbagai negara.
Dikutip dari laman Kemenparekraf, konon, rawon telah dikenal sejak masa Kerajaan Majapahit. Fakta ini terungkap melalui aksara yang mencantumkan hidangan ini dalam Prasasti Taji (901 M) di Ponorogo, Jawa Timur. Dalam prasasti tersebut, rawon diidentifikasi dengan nama "rarawwan". Keyakinan masyarakat berkembang bahwa Ponorogo menjadi asal-usul rawon sebelum akhirnya menyebar ke seluruh penjuru Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Dalam catatan "Serat Wulangan Olah-olah Warna-warni" (1926), disebutkan bahwa dahulu rawon merupakan hidangan istimewa bagi para raja. Awalnya, rawon terbuat dari daging kerbau, tetapi seiring berjalannya waktu, daging sapi menjadi lebih umum dan mudah ditemukan. Kini, daging rawon diproses sedemikian rupa hingga menjadi lembut dan mampu menyerap kuah secara sempurna, berkat proses perebusan dengan campuran bumbu khusus.