Riset: 1 dari 3 Orang Indonesia Hipertensi karena Pola Makan Tinggi Garam

21 Mei 2024 10:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Acara Beat Hypertension 2024 membahas pentingnya mencegah hipertensi di kalangan masyarakat Indonesia. Foto: Dok.Tropicana Slim
zoom-in-whitePerbesar
Acara Beat Hypertension 2024 membahas pentingnya mencegah hipertensi di kalangan masyarakat Indonesia. Foto: Dok.Tropicana Slim
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penyakit hipertensi atau darah tinggi menjadi salah satu jenis silent killer atau pembunuh senyap. Hipertensi juga bisa meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, dan penyakit mematikan lainnya.
ADVERTISEMENT
Penyakit hipertensi bukan hanya bisa menyerang orang dewasa, melainkan juga anak muda. Menurut "Riset Kesehatan Dasar Indonesia 2018", di Indonesia terdapat 20 persen orang berusia 25-34 tahun dan lebih dari 30 persen orang yang berusia 35-44 tahun mengalami hipertensi berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah.
Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia, dr. Eka Harmeiwaty, Sp. N turut menyampaikan hal yang sama, bahwa “Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, satu di antara tiga orang Indonesia menderita hipertensi dan ironisnya masih banyak yang tidak menyadari bahwa dirinya hipertensi karena hanya sekitar satu dari delapan orang dewasa Indonesia yang rutin mengukur tekanan darah.”
Lebih lanjut, mengutip siaran resmi yang kumparanFOOD terima, Selasa (21/5), dr. Eka mengatakan bahwa hipertensi sebenarnya masih bisa dicegah. Sebab, ada beberapa faktor penyebab hipertensi yang sebenarnya bisa kita cegah.
Ilustrasi cek hipertensi di rumah sakit. Foto: Shutterstock
“Ada dua faktor penyebab hipertensi, yaitu faktor bawaan dan faktor gaya hidup. Untuk faktor bawaan, seperti usia dan keturunan, tentunya sulit untuk dikendalikan. Namun, faktor gaya hidup adalah faktor yang masih bisa dikelola untuk menurunkan risiko terkena hipertensi,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Menariknya, menurut dr. Eka, pola hidup tidak sehat adalah faktor yang paling memungkinkan untuk bisa kita kendalikan sendiri. Bahkan, faktor ini berperan besar dalam memengaruhi risiko hipertensi.
Salah satunya cara menjaga pola hidup sehat agar tak terkena hipertensi adalah, dengan mengurangi konsumsi garam berlebih. “Terkait pola makan tinggi garam, faktanya asupan garam rata-rata masyarakat dunia diperkirakan 10,8 gram per hari, dua kali lipat lebih banyak dari rekomendasi WHO, yaitu maksimal 5 gram garam per hari (setara satu sendok teh per hari). Konsumsi garam berlebih ini dapat meningkatkan tekanan darah dan risiko hipertensi,” ujar Noviana Halim, Brand Manager Tropicana Slim.
Acara Beat Hypertension 2024 membahas pentingnya mencegah hipertensi di kalangan masyarakat Indonesia. Foto: Dok.Tropicana Slim
Oleh karena itu, disarankan untuk memerhatikan label makanan dan memasak sendiri di rumah sebagai salah satu alternatif untuk mendukung pola makan lebih sehat. Namun, kita juga harus waspada dengan garam tersembunyi pada pelengkap yang kerap kita tambahkan pada makanan, seperti pada saus, kecap, dan bumbu.
ADVERTISEMENT
Maka itu, sebagai salah satu brand alternatif untuk mereka yang sedang menjaga pola hidup sehat, Tropicana Slim menghadirkan pilihan mulai dari kecap manis, kecap asin, kaldu jamur, saus tiram, dan produk bumbu lainnya yang rendah garam.
Dengan mengonsumsi produk masakan dan memasak sendiri di rumah, diharapkan akan lebih banyak masyarakat yang bisa menjaga pola hidup sehat dan terbebas dari risiko hipertensi.
Tak hanya itu, dr. Eka juga mengingatkan untuk rutin memeriksa tekanan darah guna mendeteksi dini risiko hipertensi.
“Bagi masyarakat yang berusia di bawah 40 tahun disarankan melakukan cek tekanan darah setiap 3-5 tahun sekali. Sementara itu, bagi mereka yang berusia di bawah 40 tahun namun memiliki faktor risiko, misalnya obesitas, dianjurkan untuk mengecek setiap tahun. Setelah berusia di atas 40 tahun, pengecekan tekanan darah lebih rutin sangat disarankan, apalagi jika memiliki masalah kesehatan kronis,” pungkas dr. Eka.
ADVERTISEMENT