Studi Baru Hubungkan Jumlah Konsumsi Telur dengan Tingkat Risiko Diabetes

20 November 2020 9:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pasien diabetes tak masalah makan coklat. Foto: Thinkstock
zoom-in-whitePerbesar
Pasien diabetes tak masalah makan coklat. Foto: Thinkstock
ADVERTISEMENT
Kamu selalu beranggapan bahwa telur adalah makanan yang sehat —dan kamu tidak salah, telur memang bergizi. Namun, konsumsi satu jenis makanan yang berlebihan merupakan resep dari berbagai sumber penyakit. Mengutip Eat This, sebuah studi baru menemukan bahwa sering makan telur cukup erat kaitannya dengan risiko diabetes.
ADVERTISEMENT
Namun sebelum kamu memutuskan untuk berhenti makan telur, penting untuk mengetahui konteks dari penelitian ini. Penelitian yang dipublikasikan British Journal of Nutrition mengamati peningkatan signifikan dalam jumlah konsumsi telur di China — ironisnya terjadi bersamaan dengan lonjakan tajam diagnosis diabetes tipe 2. Maka dari itu, peneliti menyarankan kemungkinan adanya hubungan antara kedua hal tersebut.
"Selama beberapa dekade terakhir, China telah mengalami transisi nutrisi yang substansial dan membuat banyak orang beralih dari pola makan tradisional —yang terdiri dari biji-bijian dan sayuran, ke pola makan yang lebih diproses —yang mencakup daging, camilan, dan makanan padat energi dalam jumlah yang lebih banyak," kata ahli epidemiologi dan peneliti Ming Li, Ph.D., dari University of South Australia dalam sebuah pernyataan.
Ilustrasi telur busuk Foto: dok.Shutterstock
"Pada saat yang sama, konsumsi telur juga terus meningkat; dari 1991 hingga 2009, jumlah orang yang makan telur di China hampir dua kali lipat," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Dalam periode waktu yang sama, angka diabetes juga terus meningkat. Saat peneliti memeriksa laporan diet dari sekitar 8.500 peserta, mereka menemukan bahwa orang-orang yang makan satu atau lebih telur setiap hari, risiko diabetesnya meningkat hingga 60 persen.
Meski begitu, penelitian ini hanya berbicara mengenai kemungkinan hubungan makanan dan penyakit tersebut (bukan telur sebagai penyebab diabetes). Jadi, para peneliti melihat hubungan antara konsumsi telur dan peningkatan diabetes, yang terjadi pada saat yang bersamaan —tetapi mereka tidak dapat membuktikan hubungan langsung antara keduanya.
Selain penelitian ini, sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 2009 di Diabetes Care, juga menemukan adanya hubungan kuat antara tingkat konsumsi telur harian yang tinggi dan peningkatan risiko diabetes tipe 2 pada laki-laki dan perempuan. Perlu dicatat, studi tersebut memeriksa data dari lebih dari 56.000 orang dalam uji coba penelitian kesehatan.
Ilustrasi Telur Dadar Foto: Shutterstock
Dalam studi itu, para peneliti mencatat bahwa hal tersebut mungkin terjadi karena kolesterol makanan yang ditemukan dalam telur dapat meningkatkan kadar gula darah. Kadar gula darah yang tinggi dapat meningkatkan risiko resistensi insulin —risiko lebih tinggi juga untuk terkena diabetes.
ADVERTISEMENT
Namun, baik dalam penelitian itu maupun yang penelitian terbaru, para peneliti selalu menambahkan bahwa telur memang memiliki banyak manfaat nutrisi; protein, vitamin B2, dan mineral seperti seng dan zat besi. Maka itu, kamu tidak perlu berhenti mengonsumsi telur —hanya perlu memperhatikan jumlah yang dikonsumsi.
Misalnya, pertimbangkan makan dua telur untuk sarapan dua kali seminggu daripada satu (atau dua) telur setiap pagi. Makanlah telur dalam jumlah yang masuk akal, atau jumlah sedang. Kembali lagi, pola makan berlebihan tentu tidak baik untuk tubuhmu, bukan?
Reporter: Natashia Loi