The Visit: Talita Setyadi dan Mimpi Besar Menembus Pasar Eropa

7 Januari 2017 10:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Talita Setyadi saat ditemui tim kumparan di BEAU (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
BEAU by Talita Setyadi. Familiar dengan nama yang satu ini? Ya. BEAU merupakan artisan bakery asal Indonesia yang secara spesifik memproduksi French pastry sebagai menu andalannya. Hadir sejak April 2015, kini BEAU bisa dengan mudah kamu temukan di dua tempat; East Mall Grand Indonesia dan jalan Cikajang no. 29, Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
BEAU by Talita Setyadi di Jl. Cikajang no. 29. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Ada fakta menarik dibalik perempuan berambut pendek yang satu ini. Meski kini berprofesi sebagai pastry chef sekaligus entrepreneur, Talita nyatanya justru memiliki dasar pendidikan yang jauh berbeda. Ia menempuh pendidikan di University of Auckland dengan jurusan musik jazz. Setelah lulus, Talita baru menyadari bahwa ia memiliki kecintaan terhadap dunia pastry. Hal inilah yang membuatnya melangkahkan kaki menuju Le Cordon Bleu di Paris untuk mendalami dunia kuliner.
Sourdough, primadona BEAU. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Semua berawal dari hal kecil. Dulu pada saat masih berkuliah di New Zealand, Talita sering membawa muffin dan cupcakes buatannya untuk dinikmati bersama teman satu bandnya. Rasa bahagia yang sulit dilukiskan kata-kata selalu dirasakan Talita saat hasil karyanya disukai dan dinikmati oleh orang-orang disekitarnya.
ADVERTISEMENT
"Dan yang saya suka, itu mirip sama musik dimana kita bisa touching everyone's heart and making them happy," ujarnya sambil tersenyum.
Talita Setyadi saat ditemui tim kumparan di BEAU (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Kembali ke Jakarta pada 2013, pada awalnya Talita mengaku tak memiliki kepercayaan diri yang cukup untuk mewujudkan mimpinya, yaitu membuka sebuah toko kue. Sedikit banyak, ia terpengaruh dengan ucapan orang-orang yang mengatakan bahwa memulai sebuah bisnis itu susah.
Namun ia menemukan sebuah titik balik untuk keluar dari mental blocks tersebut setelah bertemu dengan salah seorang temannya di Bali. Jika orang lain bisa, kenapa kita tidak? Akhirnya Talita membulatkan tekadnya dan mengambil langkah pertama untuk membentuk brandnya sendiri.
Akhirnya, nama BEAU lah yang dipilih. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Mulanya, Talita hendak menamai bakerynya dengan Talita's Kitchen, sesuai dengan nama blog miliknya, yaitu wwww.talitaskitchen.com. Namun setelah berkonsultasi dengan graphic designernya, nama itu dirasa terlalu panjang dan kurang pas. Akhirnya, nama BEAU menjadi pilihan karena simpel dan mudah diingat. BEAU diambil dari bahasa Perancis yang berarti tampan.
ADVERTISEMENT
Kini BEAU sudah berdiri selama satu setengah tahun dan memiliki lebih dari 100 varian artisan pastry. Namun dari antara semuanya, varian sourdough yang menjadi primadona BEAU. Sourdough merupakan roti yang dibuat dengan bantuan ragi alami. Ragi tersebut didapat dari fermentasi bakteri candida milleri dan lactobacillus.
Hal inilah yang membuat sourdough terasa asam dan bertekstur juicy. Sourdough tinggi akan nutrisi, bagus untuk pencernaan, dan membantu mengeluarkan zat-zat tak berguna dalam tubuh. Ini merupakan favorit Talita dan sangat sesuai dengan karakter BEAU yang selalu menggunakan bahan alami tanpa bahan pengawet dan pengembang.
Pada awalnya memang sulit untuk memperkenalkan dan mengedukasi masyarakat mengenai manfaat mengonsumsi sourdough dibanding roti lainnya. Hal ini dikarenakan orang Indonesia lebih terbiasa dengan roti yang bertekstur lembek, kebalikan sourdough yang berkulit keras dan crunchy. Namun dengan kesabaran dan tekad yang kuat, akhirnya perjuangannya membuahkan hasil.
ADVERTISEMENT
"I told them it's gonna be worth it. Karena nggak cuma kita maju dan berkembang, tapi ya customer-customer kita pun akan teredukasi, dan akhirnya industri bakery pun akan berkembang," lanjutnya lagi. Berkat usahanya, kini sourdough selalu menjadi bestseller BEAU dan telah disupply ke 50-an cafe, restoran, dan hotel di Jakarta.
Menekuni dunia bisnis, diakui Talita semua hal berpusat pada diri sendiri. Ia berprinsip bahwa tantangan itu ada hanya jika kita mempercayainya. Jika tidak, semua hal itu mungkin untuk dilakukan.
Dalam membuat roti pun, Talita selalu menantang para karyawannya untuk berani melangkah lebih maju. Misalnya dengan membuat sourdough, croissant, dan semua produk pastry BEAU tanpa menggunakan pengembang dan premix. Semuanya natural dan murni menggunakan teknik.
ADVERTISEMENT
"Mereka aku tantang untuk lebih maju lagi, one step ahead. Lebih bekerja keras lagi, dan setelah mereka lihat hasilnya bagus dan mereka pun belajar, mereka akan senang juga. And I am happy that I am able to share. That's how we train," katanya bersemangat.
Mari lupakan pastry sejenak. Dalam setiap kreasi cake yang diciptakan Talita, ia selalu menggunakan bahan-bahan asli Indonesia. Seperti kreasi terbarunya, Mont Violet yang bahan dasarnya terbuat dari ubi ungu. Rasa manis yang pas dan tekstur lembutnya melebur dengan indah di dalam mulut. Bagi pecinta rasa manis, cake yang satu ini patut dicoba.
Mimpi untuk membuka bakery sudah terwujud, mimpi berikutnya yang lebih besar sudah menanti. Talita menuturkan, bahwa dirinya sangat ingin roti atau produk kuliner miliknya bisa masuk ke supermarket.
ADVERTISEMENT
Sambil tertawa lepas, Talita menuturkan kisahnya. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
"I am thinking this is the time we raise the calibre of our mass supermarket products. This is the time," tuturnya percaya diri. Namun tentunya dengan brand milik sendiri dan produk yang berkualitas dan menggunakan bahan-bahan alami.
Talita juga tengah mempersiapkan dirinya dan BEAU untuk melangkah lebih jauh, yaitu menuju Bali. Namun hal ini dirasanya masih membutuhkan persiapan yang matang. Bali baginya merupakan gerbang untuk bisa menembus pasar Internasional, karena banyak orang asing yang berkunjung kesana. Ia juga sangat berharap bahwa suatu hari nanti, BEAU bisa menjadi salah satu bakery yang diakui dunia dan membuka franchise di luar negeri, khususnya Eropa.