Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Ada banyak tempat makan enak di sepanjang jalur MRT . Membentang dari Lebak Bulus hingga Bundaran HI, berbagai warung makan tersembunyi atau hidden gems menunggu untuk disambangi. Mulai dari street food kekinian sampai makanan khas, semuanya ada.
ADVERTISEMENT
Salah satunya, Warung Boma yang terletak di Stasiun MRT Haji Nawi, Fatmawati, Jakarta Selatan. Menyajikan hidangan pecel khas Madiun, tempat makan ini tengah ramai diperbincangkan para penikmat kuliner.
Meski berupa warung tenda sederhana, tapi jangan salah, pembelinya selalu membeludak. Antreannya kerap mengular, hingga puluhan meter panjangnya.
Bahkan, saat kumparan berkunjung ke sana beberapa waktu lalu, antreannya panjang. Padahal, waktu masih menunjukkan pukul 18.30 WIB, sementara jam bukanya masih pukul 19.00 WIB. Gerobaknya saja baru datang di lokasi dan ditata.
Apa sih yang membuatnya begitu istimewa, sampai orang-orang rela mengantre lama 'tuk menyantapnya?
Rupanya, cita rasa yang masih autentik membuat pecel ini terasa spesial. Penjualnya pun masih menggunakan daun pisang yang dibentuk kerucut --dipincuk.
Warung Boma telah dibuka sejak tahun 2012, dan sebelumnya menempati wilayah Haji Nawi. Namun, karena aksesnya yang sudah sulit, mereka pun pindah ke depan Upnormal Fatmawati.
ADVERTISEMENT
Rini, sang pemilik, mengungkapkan bahwa setiap harinya mereka mampu menggiling 20 kilogram kacang. Jadi, kesegaran bumbunya sudah pasti terjamin.
Begitu pula dengan sayurannya. Tiap kali persediaan sayur di warung sudah habis, mereka akan merebusnya lagi di rumah dan mengirimnya ke warung.
Satu porsi pecel Boma dibanderol Rp 16 ribu dengan porsi yang tak begitu banyak, namun cukup mengenyangkan. Variasi sayurannya terdiri dari daun singkong, kenikir, bayam, kecipir, serta kembang turi.
Di atasnya, diberi taburan daun jeruk, rempeyek, serta beberapa cincangan usus. Tak lupa, siraman saus kacang kental yang kecokelatan.
Sebagai teman santap, tersedia aneka lauk mulai dari sate kikil, sate usus, sate telur puyuh, gorengan, telur dadar, hingga tempe dan tahu bacem.
Oh, ya, untuk sambal kacangnya, kita bisa memilih sesuai dengan tingkat kepedasan yang diinginkan.
ADVERTISEMENT
"Ciri khas rasa pecel Madiun itu lebih ke pedas. Cuma, bumbu kita dibikin jadi tiga tingkat --pedas banget, sedang, dan enggak pedas," ungkap Rini kepada kumparan.
Konsistensi bumbu pecelnya memang cukup kental, namun tak membuatnya terasa berat. Nasinya pulen dan lembut, sangat cocok untuk disantap bersama si pecel. Tingkat kematangan sayurnya terasa pas, tak terlalu lembek.
Rasa gurih dan pedas mendominasi, dengan cecapan rasa dan aroma khas daun jeruk. Samar-samar, rasa manis yang tipis ikut menjejak di lidah. Maknyus!
Selain menu nasi pecel, Warung Boma juga punya sajian 'bintang' yang tak kalah menggugah selera; iga cobek (Rp 35 ribu). Potongan iga sapi berbalur rempah, dimasak di atas cobek dengan bumbu irisan cabai, tomat, dan kecap.
ADVERTISEMENT
Menurut Rini, sebelum dicampurkan bumbu, iga direbus terlebih dahulu selama tiga jam dengan campuran aneka rempah. Tak heran, teksturnya sangat empuk dan lumer di mulut.
Bumbunya terasa manis, gurih, dan pedas. Sungguh kenikmatan yang tiada tara. Pantas saja, banyak yang memburu sajian iga ini. Sampai-sampai, sajian ini sudah ludes walau waktu masih menunjukkan pukul 20.00 WIB.
Nah, bila penasaran untuk menjajal kenikmatan nasi pecel ala Warung Boma, usahakan untuk tak datang terlalu malam. Selain antreannya yang menguji kesabaran, kalau telat kita juga tak akan kebagian mencicipi iga cobeknya.
Perlu dicatat, warung pecel di dekat stasiun MRT Haji Nawi ini juga tutup di hari Selasa setiap dua minggu sekali.
Warung Boma
ADVERTISEMENT
Alamat: Jl. RS. Fatmawati Raya No.36 B, Jakarta Selatan (depan Upnormal Fatmawati)
Jam buka: Setiap hari, (pukul 19.00 - 01.00 WIB)