Cerita Karina Nadila yang Pernah Jadi Korban Body Shaming

27 Juli 2019 13:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Karina Nadila. Foto: Maria Gabrielle Putrinda/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Karina Nadila. Foto: Maria Gabrielle Putrinda/kumparan
ADVERTISEMENT
Karina Nadila mengaku pernah menjadi korban body shaming. Hal tersebut dialami Karina saat mengikuti ajang kecantikan Puteri Indonesia 2017.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, pada saat Alya Rohali hingga Indira Sudiro mengikuti kontes kecantikan pada tahun 1990-an, standar kecantikan bagi masyarakat belum separah saat ini. Terutama terkait postur tinggi badan.
"Tiba-tiba ada satu momen di mana beauty queen itu tingginya tinggi banget, apalagi miss luar negerinya juga tinggi banget. Akhirnya ada standar yang akhirnya kalau beauty queen itu harus seperti itu," ucap Karina Nadila saat ditemui di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Jumat (26/7).
Karina Nadila. Foto: Aria Pradana/kumparan
Karina sendiri mengaku memiliki postur tubuh yang pas-pasan. Ia mengungkapkan, kala itu ada beberapa netizen yang beranggapan dirinya tak layak mengikuti kontes kecantikan tersebut.
"Kurus, ceking, cungkring, kurang gizi, pokoknya itu sering banget ada. Apalagi suara aku cempreng lagi," beber Karina.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut tak membuat Karina berputus asa. Perempuan berusia 26 tersebut malah ingin menunjukkan bahwa fisik dan penampilan bukanlah menjadi satu-satunya syarat menjadi pemenang.
Namun, ia tak menampik bahwa seorang Puteri Indonesia harus memiliki intelektual tinggi.
"Aku berusaha mengisi amunisi perangnya sebelum terjun sebaik mungkin. Walaupun secara fisik, secara badan sangat pas-pasan. Banyak orang yang kontra kayak 'enggak bisalah, beauty queen itu kan harus seksi badannya, harus bahenol, harus body goals," kata Karina Nadila.
"Jadi Puteri Indonesia itu mungkin badannya harus keren. Tapi, itu adalah brain, beauty, behavior yang bisa disubsidi silang. Kalau tinggi loe pas-pasan, tapi otak loe enggak boleh pas-pasan istilahnya gitu," jelasnya.
Perempuan kelahiran Jakarta tersebut kemudian berusaha fokus dan tidak memedulikan komentar-komentar buruk orang lain terhadap dirinya. Ia juga memutuskan menyaring komentar yang masuk di sosial medianya.
ADVERTISEMENT
"Lama-lama aku kesel juga diginiin. Enggak mungkin kalau aku enggak kesel itu munafik. Sampai aku masukin di control comments. Peoples can't comment on my post,"kata dia.
Beruntung, kata Karina, ia juga di kelilingi orang-orang yang selalu mendukungnya. Ia bersyukur sekaligus berusaha menjadikan kekurangan yang ada di dirinya sebagai suatu kelebihan.
Di akhir wawancara, ia pun memberikan dukungan kepada para korban body shaming agar tidak memusingkan respons negatif orang lain, tapi harus belajar mencintai diri sendiri.
"Karena aku pernah di posisi itu enggak bersyukur, tapi semenjak aku bersyukur aku jadi lebih happy dalam menjalani hidup," tutup Karina Nadila.