Edwin Nazir, Ketua APROFI, Prediksi Industri Film Indonesia Rugi Rp 1,6 Triliun

16 Mei 2020 13:16 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Edwin Nazir. Foto: Dok: Instagram @edwinnazir
zoom-in-whitePerbesar
Edwin Nazir. Foto: Dok: Instagram @edwinnazir
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 sudah terjadi selama dua bulan di Indonesia. Banyak sektor industri yang terdampak dan industri film adalah salah satunya.
ADVERTISEMENT
Edwin Nazir, Ketua Umum Asosiasi Produser Film Indonesia (APROFI), menjadi bintang tamu program Live Corona Update di kumparan membahas nasib industri film Indonesia di masa pandemi COVID-19.
Live Corona Update Eps. 27 Nasib Industri Film di Tengah Pandemi. Foto: kumparan
Dari segi ekonomi, Edwin menjelaskan seberapa merugikannya pandemi COVID-19 terharap industri film Indonesia. Apalagi, Edwin mengetahui seberapa besar potensi pasar di Indonesia.
"Tahun lalu, penonton film nasional itu hampir 52 juta. Prediksinya, penonton di tahun ini bertambah. Bahkan, ada teman-teman yang memprediksi, tahun ini penonton kita bisa sampai 60 juta," ungkap Edwin.
Meski tidak tahu pasti, Edwin pun coba memprediksi berapa kerugian finansial yang dialami industri film Indonesia di masa pandemi COVID-19. Dari prediksi Edwin, jumlah kerugian yang dialami tergolong sangat besar.
Ilustrasi Industri Film Foto: Indra Fauzi/kumparan
"Dari awal tahun kemarin sampai Maret, dari film yang sudah tayang, kira-kira kita mendapat sekitar 11 sampai 12 juta penonton. Karena sekarang berhenti, artinya ada 40 juta potensi penonton yang hilang," terang Edwin, Jumat (15/5).
ADVERTISEMENT
"Rata-rata, satu tiket bioskop itu Rp 40 ribu. Ya, kalau 40 juta penonton yang hilang, karena kita juga enggak tahu, kan, kapan mereka bisa nonton lagi, ya, ada potensi kerugian mencapai Rp 1,6 triliun," sambungnya.
Edwin Nazir. Foto: Dok: Instagram @edwinnazir
Selain memberi tahu jumlah kerugian, Edwin juga menjelaskan bahwa pemerintah sudah mengimbau agar semua rumah produksi menghentikan proses syuting film sejak akhir Februari. Hal itu dilakukan karena ada ratusan orang yang terlibat di proses syuting sebuah film dan berpotensi menjadi tempat penularan COVID-19.
"Kalau untuk bioskop sendiri, per 23 Maret 2020 sudah diminta berhenti sementara oleh pemerintah," tuturnya.
Edwin juga mengungkapkan, ada total 17 film yang berhenti melakukan proses syuting pada Maret dan April. Ada lima sampai enam film yang sedang dalam tahap proses syuting, namun akhirnya terpaksa dihentikan.
Film-film Indonesia yang tunda tayang dan syutingnya ditunda Foto: Sabryna Putri Muviola/kumparan
"Jumlah itu pasti bertambah. Karena, film yang syuting bulan Juni dan Juli kemungkinan juga harus mundur. Sedangkan, biasanya dalam sebulan itu bisa ada lima sampai 10 produksi film. Ya, pasti jumlahnya akan selalu bertambah," kata Edwin.
ADVERTISEMENT
Banyak juga film Indonesia yang penayangannya terpaksa ditunda, karena bioskop tidak boleh beroperasi di masa pandemi COVID-19. Padahal, Edwin menyampaikan, biasanya setiap minggu ada dua sampai tiga film nasional yang rilis di bioskop.
"Dengan sekarang sudah 2 bulan (bioskop) berhenti beroperasi, ada 16 judul film nasional yang saat ini belum bisa tayang," ujarnya.