Karya Terbaru Garin Nugroho, 'Planet-Sebuah Lament', Siap Dipentaskan

16 Desember 2019 16:56 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Garin Nugroho, sutradara. Foto: Munady Widjaja/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Garin Nugroho, sutradara. Foto: Munady Widjaja/kumparan
ADVERTISEMENT
Sebelum membuat film 'Kucumbu Tubuh Indahku' yang kemudian meraih hasil cemerlang di ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2019, sutradara Garin Nugroho telah melanglang buana dengan berbagai karya. Film bisu hitam putih berbalut orkestra gamelan bertajuk 'Setan Jawa' salah satunya.
ADVERTISEMENT
Film itu kemudian dipentaskan di berbagai ajang seni bergengsi dunia, mulai dari Melbourne, Amsterdam, London, Glasgow, Singapura, dan Berlin.
Di awal tahun depan, Garin siap untuk mempertunjukkan karya terbarunya yang bertajuk 'Planet-Sebuah Lament'. Karya tersebut akan dipentaskan dalam bentuk seni pertunjukan kontemporer di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, pada 17 dan 18 Januari 2020.
Lament atau lamentasi adalah sebuah seni meratap. Seniman dari seluruh dunia biasa menginterpretasikan lament dalam bentuk lagu, lukisan, atau seni pertunjukan.
Untuk Garin, 'Planet-Sebuah Lament' adalah karya ratapan yang sangat penting untuk dipentaskan ketika menyambut tahun baru 2020. Ada satu misi khusus yang ingin Garin sampaikan melalui pertunjukan tersebut.
"Di beberapa budaya dunia, saat ada yang bencana atau kematian biasanya lament akan berkumandang. Jadi lament itu adalah sebuah ratapan atau ekspresi kesedihan, tapi dengan tujuan akhir membangkitkan berbagai nilai positif," ungkap Garin Nugroho ketika ditemui di Studio Tari Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (16/12).
ADVERTISEMENT
"Ini adalah upaya bersama, sebagai bangsa atau komunitas, untuk bangkit dan melahirkan keindahan. Kalau planet itu kan ya, orang-orang memang harus selalu membangun sebuah planet atau dunia baru yang lebih baik," ujar Garin Nugroho.
Garin Nugroho (tiga dari kiri) dan para penari di pentas 'Planet-Sebuah Lament' foto: Alexander Vito/kumparan
Terinspirasi dari berbagai bencana alam yang terjadi di dunia akhir-akhir ini, pentas 'Planet-Sebuah Lament' bercerita tentang seorang laki-laki sebatang kara dan sebuah telur yang selamat dari bencana tsunami dahsyat. Ia pun berupaya mencari cara untuk menetaskan telur itu sekaligus menyelamatkan diri dari limbah plastik yang telah berubah menjadi monster ganas.
"Isu keterbatasan pangan dan energi pasti menjadi pembahasan utama di 2020. Jadi, telur di karya ini adalah representasi dari pangan dan energi. Secara keseluruhan 'Planet-Sebuah Lament' ini adalah representasi dari harapan atau doa umat manusia dalam menghadapi dan bangkit dari semua masalah alam," ujar Garin.
ADVERTISEMENT
Rianto, penari sekaligus inspirasi Garin dalam membuat film 'Kucumbu Tubuh Indahku, akan ikut berperan sebagai burung serupa dewa di 'Planet-Sebuah Lement'. Ada pula Boogie Papeda sebagai sang lelaki sebatang kara, serta tiga penari dari Papua, Douglas D'Krumpers (Sorong), Pricillia EM Rumbiak (Jayapura), dan Bekham Dwaa (Jayapura), yang berperan sebagai monster limbah plastik.
Sebagai pengiring musik, Garin menunjuk Mazmur Choir dari Kupang. Mereka akan menyanyikan tembang-tembang lament pentatonis yang mengiringi penampilan para penari.
"Saya sengaja banyak menyertakan seniman dari timur Indonesia. Karena, saya merasa seni melanesia sangat langka dan jarang diekspos. Padahal, ada seni yang luar biasa padahal dari tanah melanesia," kata Garin.
Konferensi pers pentas 'Planet-Sebuah Lament' foto: Alexander Vito/kumparan
Setelah pentas di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, kisah 'Planet-Sebuah Lament' akan menjadi pembuka di ASIA TOPA, Asutralia, festival triennial untuk tiga cabang seni, yakni musik, rupa, dan pertunjukan.
ADVERTISEMENT
Jala Adolphus, perwakilan dari Asia TOPA, pun punya harapan besar pada 'Planet-Sebuah Lament'.
"Menurut saya, seni kontemporer dari Indonesia, khususnya melanesia, perlu dibawa ke dunia internasional. Karena itu, kami bekerja keras sejak dua setengah tahun lalu untuk menggarap proyek ini," tutur Garin Nugroho.
Tiket untuk menonton pentas 'Planet-Sebuah Lament' sudah bisa didapatkan melalui loket.com dan Go-Tix. Ada berbagai kategori harga, yakni Rp 250 ribu (Bronze), Rp 450 ribu (Silver), Rp 700 ribu (Gold), dan Rp 1 juta (Platinum).