Kemendikbud Hidupkan Kembali Karya Sastra Indonesia Lewat Sandiwara Sastra

7 Juli 2020 21:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sandiwara Sastra. Foto: Instagram/@happysalma
zoom-in-whitePerbesar
Sandiwara Sastra. Foto: Instagram/@happysalma
ADVERTISEMENT
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meluncurkan podcast Sandiwara Sastra sebagai bentuk inovasi dan bagian dari program Belajar dari Rumah di masa pandemi COVID-19. Alih wahana karya sastra Indonesia ke dalam medium audio ini ditujukan untuk memperkenalkan dan menghidupkan kembali karya-karya sastra Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Sastra menempati posisi penting dalam pemajuan budaya dan pembentukan karakter bangsa,” ujar Mendikbud Nadiem Makarim pada konferensi pers peluncuran Sandiwara Sastra di Jakarta, Senin (06/07).
com-Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim saat melakukan konferensi Dana BOS 2020, Senin (10/2). Foto: dok. kemdikbud.go.id
Pandemi, menurut Mendikbud Nadiem Makarim, memberi waktu bagi masyarakat untuk memetik makna dan belajar menjadi manusia kuat yang mampu menyosong masa depan. Sementara itu, melalui tokoh-tokoh dalam karya sastra, masyarakat dapat mengenal lebih dekat sifat kemanusiaan.
“Sandiwara Sastra bukan hanya menjadi sebuah karya seni dan inovasi. Lebih dari itu, ini adalah jalan untuk mengangkat literasi,” ucap Mendikbud Nadiem Makarim.
Sandiwara Sastra dapat disimak mulai 8 Juli pukul 17.00 WIB melalui podcast audio @budayakita. Diperankan oleh aktor-aktor terkemuka Indonesia, sandiwara audio yang masing-masing berdurasi 30 menit ini juga akan disiarkan melalui Radio Republik Indonesia (RRI).
ADVERTISEMENT
“Saya mengajak seluruh pelajar dan mahasiswa kembali menghidupkan dan mengenal karya sastra terbaik Indonesia melalui Sandiwara Sastra,” kata Mendikbud Nadiem Makarim.
Kemendikbud memiliki misi pemajuan kebudayaan dan pembentukan karakter, salah satunya melalui peningkatan kemampuan literasi. Sandiwara Sastra adalah bagian dari misi tersebut.
“Kemendikbud melakukan upaya pelestarian sastra melalui Sandiwara Sastra. Semakin banyak orang membaca dan mendengarkan karya sastra, semakin banyak juga orang yang menemukan nilai-nilai kehidupan dan pengaruh sastra bagi kehidupan,” ujar Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid.
Lebih lanjut, Hilmar Farid mengatakan Kemendikbud juga ingin membangkitkan minat untuk menulis agar tercipta karya-karya sastra baru yang berkualitas. Juga gerakan untuk menghidupkan kembali kecintaan terhadap sastra Indonesia di kalangan anak muda.
ADVERTISEMENT
“Sandiwara Sastra adalah langkah untuk mendekatkan khazanah sastra kita kepada publik. Di masa lalu, sandiwara audio yang disiarkan lewat radio sangat populer. Ketika muncul media audio-visual dan media sosial, bentuk ini mulai memudar popularitasnya. Tapi belakangan ada kebangkitan media audio seperti podcast. Kemendikbud berharap sandiwara sastra ini bisa turut mewarnai ruang media baru dan juga mengangkat kembali kejayaan sastra Indonesia,” tutur Hilmar Farid.
Sandiwara Sastra merupakan kolaborasi produksi antara Kemendikbud, Yayasan Titimangsa, dan KawanKawan Media. Alih wahana karya sastra ini diproduseri oleh aktor film dan teater Happy Salma dan produser film Yulia Evina Bhara.
Disutradarai oleh sutradara teater, aktor film, dan pendiri Teater Garasi Gunawan Maryanto, Sandiwara Sastra akan dilengkapi dengan tata musik dan suara yang akan membuat alih wahana karya sastra semakin dapat dipahami maknanya.
ADVERTISEMENT
Sandiwara Sastra memberi ruang kepada aktor-aktor, seperti Adinia Wirasti, Ario Bayu, Asmara Abigail, Atiqah Hasiholan, Chelsea Islan, Chicco Jerikho, Christine Hakim, Eva Celia, Happy Salma, Iqbaal Ramadhan, Jefri Nichol, Lukman Sardi, Lulu Tobing, Marsha Timothy, Mathias Muchus, Maudy Koesnaedi, Nicholas Saputra, Oka Antara, Pevita Pearce, Reza Rahadian, Rio Dewanto, Tara Basro, Vino G. Bastian, dan Widi Mulia untuk mengajak pendengar berkelan, mengembara mengikuti alunan suara dan masuk pada cerita melalui peran yang dimainkan.
Sebagai tahap pertama dari seri Sandiwara Sastra, 10 karya sastra yang dapat dinikmati masyarakat adalah adaptasi dari novel Ronggeng Dukuh Paruk (Ahmad Tohari), novel Helen dan Sukanta (Pidi Baiq), cerita pendek Kemerdekaan (Putu Wijaya), cerpen Menunggu Herman (Dee Lestari), cerpen Berita dari Kebayoran (Promoedya Ananta Toer), novel Lalita (Ayu Utami), cerpen Seribu Kunang-kunang di Manhattan (Umar Kayam), cerpen Persekot (Eka Kurniawan), novel Layar Terkembang (Sutan Takdir Alisjahbana), dan novel Orang-orang Oetimu (Felix K. Nesi).
ADVERTISEMENT