Memahami Proses Seleksi Film Nominasi FFI 2019

6 Desember 2019 11:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Komite FFI 2018-2020, aktor Lukman Sardi. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Komite FFI 2018-2020, aktor Lukman Sardi. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Malam penganugerahan Festival Film Indonesia (FFI) 2019 akan segera digelar pada Minggu (8/12) mendatang. Acara tersebut diselenggarakan di Grand Studio Metro TV, Jakarta Barat.
ADVERTISEMENT
Tahun ini, akan ada lima film panjang yang masuk ke dalam nominasi 'Film Cerita Panjang Terbaik'. Sederet film itu adalah '27 Steps of May', 'Bumi Manusia', 'Dua Garis Biru', 'Keluarga Cemara', dan 'Kucumbu Tubuh Indahku'.
Proses pemilihan sebuah film untuk menjadi nominasi di FFI ternyata cukup panjang. Selama ini, belum banyak yang mengetahui bagaimana alur pemilihan film menjadi nominasi.
Beberapa waktu lalu, kumparan sempat berbincang dengan Lukman Sardi dan Totot Indrarto selaku Ketua Komite dan Komite Komunikasi FFI 2018-2020. Mereka membahas perubahan sistem pemilihan nominasi dan juga perkembangan film di Indonesia.
"Kalau sekarang kita punya tim kurasi, kurator, ada 7 orang. Tahun lalu enggak, karena tahun lalu sistemnya film yang tayang dalam tenggat waktu tertentu, kita serahin ke asosiasi biar dia ngeluarin rekomendasi, nominasinya siapa aja," ungkap Lukman Sardi.
Ketua Komite FFI 2018-2020, aktor Lukman Sardi. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Alasan perubahan sistem ini adalah karena asosiasi merasa kesulitan untuk menjaring ratusan film yang menjadi peserta FFI. Sementara itu, FFI selalu menekankan fokusnya pada kualitas yang baik.
ADVERTISEMENT
"Kita juga paham, sulit juga asosiasi buat nonton ratusan film itu, apalagi kita juga mau ngomongin kualitas, harus lebih detail. Makanya kita berpikir kayaknya sebelum masuk ke asosiasi, harus dikurasi dulu, kolektif yang memang punya latar belakang akademis yang kuat," ujar Lukman.
Dalam memilih kurator pun, komite FFI tak mau main-main. Mereka tak hanya sekadar memilih pembuat film yang memiliki pengalaman banyak, tapi juga harus punya latar akademis yang kuat.
Tim kurator menyeleksi sekitar 123 film menjadi 38 film saja. Setelahnya, mereka menyerahkan kepada asosiasi untuk menjaring kembali menjadi deretan nominasi.
"Untuk menentukan siapa pemenangnya, ini dilakukan oleh semua member FFI, semua orang yang sudah masuk nominasi dan sudah menang Citra, bukan sembarangan. 18 film diputar, member yang datang nonton film-film itu, sesuai kategori itu," ucapnya.
Festival Film Indonesia 2019. Foto: Instagram/@festivalfilmid
Hasil voting yang dilakukan oleh seluruh member FFI, akan dibawa lagi ke tim akuntan publik untuk menghitung dan menentukan hasilnya. Semua itu dilakukan agar rahasia dan kualitas FFI tetap terjaga.
ADVERTISEMENT
"Yang hitung akuntan publik, sampai akhir kita enggak tau siapa pemenangnya, sampai amplop itu dibuka di awarding night, sistemnya penginnya dijaga dan melibatkan semua orang yang berhuhungan dengan film berkualitas," tutur Lukman.
Praktisi periklanan, pengamat perfilman, Ketua Komite Film di Dewan Kesenian Jakarta, Totot Indrarto. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Menutup perbincangan, Totot Indrarto mengatakan bahwa saat ini jarak antara film berkualitas dan komersil sudah menyempit. Ini artinya kualitas industri film tanah air makin lama makin berkembang.
"Dulu tahun 1970-1990an film yang menang FFI itu film yang enggak lalu, beda sama film 'Suzzanna', 'Warkop' yang waktu itu laku. Sekarang keliatan banyak film bagus yang laku, calon menang aja ada 'Bumi Manusia', 'Dua Garis Biru', film laku gitu. Segi itu udah pasti, masih dekat gap antara selera penonton dan kualitas," pungkasnya.
ADVERTISEMENT