Marwani hanya bisa tidur, makan, dan berbaring di kasurnya. Wajahnya pucat, raganya lungkrah. Sehari-hari ia menggunakan lonceng bila hendak meminta bantuan dari anak atau suaminya untuk sekadar makan atau disisir rambutnya. Hingga akhirnya, ibu empat anak itu wafat, seluruh keluarga berduka.
Kesedihan itu tak berlangsung lama. Roh Ibu ternyata tetap di rumah bersama ‘kawan-kawan’ sedunianya kini. Sedetik kemudian, suasana berganti menjadi ngeri. Kengerian ‘Pengabdi Setan’ itu bahkan terbawa hingga ke alam bawah sadar sebagian penontonnya.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814