Spike Lee Berbagi Tips untuk Membuat Film Tanpa Bujet Besar

5 Desember 2020 17:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Spike Lee menghadiri Oscars 2020 di Hollywood, Amerika Serikat. Foto: REUTERS/Eric Gaillard
zoom-in-whitePerbesar
Spike Lee menghadiri Oscars 2020 di Hollywood, Amerika Serikat. Foto: REUTERS/Eric Gaillard
ADVERTISEMENT
Spike Lee adalah salah satu filmmaker terbaik Hollywood yang sudah tersohor di seluruh dunia. Karya-karyanya banyak yang dikenal, seperti She's Gotta Have It (1986), Jungle Fever (1991), Malcolm X (1992), BlacKkKlansman (2018), hingga Da 5 Bloods (2020).
ADVERTISEMENT
Spike Lee pun menjadi bintang tamu di program Mola Living Live pada Jumat (5/11). Ditayangkan di Mola TV, acara tersebut dipandu oleh Reza Rahadian dan mantan Menteri Luar Negeri, Dino Patti.
Dalam acara itu, Lee membahas berbagai hal. Salah satunya adalah bagaimana cara Lee membuat film bagus, tanpa bujet besar dan independen.
Spike Lee Foto: Slaven Vlasic—Getty Images
Bagi yang belum tahu, She's Gotta Have It adalah film pertama yang Lee sutradarai. Film itu mendapat respons yang bagus, baik dari kritikus dan pecinta film di dunia.
Padahal, She's Gotta Have It adalah film dengan bujet yang sangat kecil, yakni USD 175 ribu atau setara dengan Rp 2,4 miliar. Bahkan, film itu dirilis secara independen.
Spike Lee menuturkan, dibutuhkan banyak tenaga besar untuk menggarap film dengan bujet minim. Namun, jika tak punya uang, Lee merasa ada satu hal yang bisa dikembangkan agar film menjadi menarik.
ADVERTISEMENT
"Saat ini, aku adalah dosen di NYU dan aku selalu menyuruh muridku untuk tidak mempedulikan uang dan lebih giat mencari keresahan utama. Keresahan yang dipikirkan secara matang bisa dijadikan film menarik yang juga dicintai dunia," ungkap Spike Lee.
Spike Lee Foto: Slaven Vlasic—Getty Images
Namun, tentu banyak orang yang sudah memiliki keresahan dan masih bingung mengenai cara mengonversinya menjadi satu film yang utuh. Spike Lee pun memberi tahu, apa langkah selanjutnya yang bisa dilakukan untuk membuat film hebat.
"Setelah punya ide cemerlang, aku tetap harus melakukan riset. Apalagi jika film itu tidak menceritakan kisahmu. Kau harus benar-benar paham dengan topik yang kau angkat. Jadi, setelah memunculkan ide, aku selalu melakukan riset, aku mencari materi yang pas, entah dari film, artikel, berita, dan lain-lain," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Setelah riset, Lee akan menuliskan semua kerangka ide di sebuah notebook. Ia pun memikirkan berbagai hal, mulai dari tema, karakter, bahkan dialog dan musik.
Spike Lee Foto: REUTERS/David McNew
"Saat beberapa notebook rampung, aku baru mulai membuat catatan-catatan kecil untuk kemudan mengaturnya menjadi naskah utuh," kata Spike Lee.
Jika ide cerita sudah sempurna, Lee yakin, orang tidak akan lagi melihat seberapa besar bujet dari film. Sebab, orang sudah tersihir dengan kisah yang terkandung di dalamnya.
Selain bujet, pertanyaan berikutnya adalah soal angle kamera dan berbagai hal teknis lainnya. Bagaimana jika itu menjadi kendala? Haruskah pembuat film masuk sekolah film?
Spike Lee (depan) menerima Piala Oscar untuk Best Adapted Screenplay untuk “BlacKkKlansman” di Academy Awards 2019. Foto: REUTERS/Mike Blake
"Harus diingat, generasiku memerlukan sekolah film, karena kami tidak memiliki peralatan untuk membuat film. Saat ini, teknologi sudah mempermudah semuanya. Orang bisa membuat film dengan ponsel dan editing bisa dilakukan di laptop," ujar Spike Lee.
ADVERTISEMENT
"Kau pun bisa mempelajari teknik-teknik di internet. Jadi, tidak ada alasan buat kamu untuk tidak membuat film, jika kamu memang menyukainya. Teknologi membawa demokrasi bagi industri film," sambungnya seraya mengakhiri obrolan.