Survei Membuktikan Masyarakat Indonesia Lebih Suka Nonton Film Lokal

17 Januari 2020 9:04 WIB
Diskusi APFI dan survei SMRC mengenai perilaku menonton film bioskop. Foto: Alexander Vito/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Diskusi APFI dan survei SMRC mengenai perilaku menonton film bioskop. Foto: Alexander Vito/kumparan
ADVERTISEMENT
Kebanyakan orang di Indonesia percaya bahwa film-film asing, baik dari Hollywood atau pun Korea Selatan, selalu lebih baik ketimbang film lokal.
ADVERTISEMENT
Demi memecah mitos tersebut, Asosiasi Produser Film Indonesia (APFI) menggelar diskusi awal tahun sekaligus menggaet Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) guna membuat survei mengenai perilaku penonton film bioskop di Indonesia.
Ketua Umum APFI periode 2019-2023, Chand Parwez, membuka forum diskusi dengan sambutan singkat. Ia menjelaskan bahwa industri film Indonesia sedang sangat meningkat drastis pada 2019, berkat banyaknya film-film drama keluarga populer.
com-Ilustrasi streaming film dan series favorit Foto: Shutterstock
Menurut situs filmindonesia.or.id, ada sekitar 51 juta orang yang menonton film. Tapi, itu data dari awal tahun 2019 sampai Desember.
"Kalau menurut APFI, harusnya data itu dihitung sampai film di Desember selesai tayang pada Januari 2020, dan harusnya angkanya meningkat hingga di atas 53 juta," ujar Parwez dalam forum diskusi yang diselenggarakan di Djakarta Theatre, Thamrin, Jakarta Pusat, baru-baru ini.
ADVERTISEMENT
Setelah Parwez memberi kata sambutan, Direktur Komunikasi SMRC, Ade Armando, langsung menunjukkan dua survei mengenai perilaku penonton film bioskop di Indonesia yang dilakukan pada Agustus sampai September 2019 dan Desember 2019.
Diskusi APFI dan survei SMRC mengenai perilaku menonton film bioskop. Foto: Alexander Vito/kumparan
Survei pertama melibatkan 1.220 koresponden berusia 17 tahun ke atas, yang tersebar di total 103 kabupaten dan kota di Indonesia.
Dari survei itu, dibuktikan bahwa 9,3 persen orang Indonesia menonton film lokal, sementara 8,2 persen menonton film asing. Menurut Ade, ini sudah mematahkan teori bahwa masyarakat lebih suka menonton film asing ketimbang film lokal.
"Pada 2015, sempat ada tanda-tanda perfilman Indonesia tidak mengalami pertumbuhan dan bahwa dikhawatirkan bangkrut. Pada 2011, tidak ada film Indonesia yang tembus satu juta penonton, dan pada 2015, hanya ada tiga film yang berhasil. Tapi, data terakhir dari filmindonesia.or.id, ada 15 film yang mencapai satu juta penonton di tahun 2019," kata Ade.
Diskusi APFI dan survei SMRC mengenai perilaku menonton film bioskop. Foto: Alexander Vito/kumparan
Tapi, penelitian itu juga mengungkapkan bahwa 87,4 persen orang Indonesia tidak pernah menonton film lokal, sedangkan 88,4 persen orang tidak menonton film asing.
ADVERTISEMENT
Artinya, film lokal memang sudah lebih memikat ketimbang film asing, tapi hanya 10 persen dari total populasi orang di Indonesia yang berusia di atas 17 tahun masih belum tertarik untuk pergi ke bioskop.
Ade pun lanjut dengan survei ke-2 yang dilakukan pada Desember 2019. Kali ini, jumlah koresponden hanya 1.000 orang dari usia 15 sampai 38 tahun dan tinggal di 16 kota besar di Indonesia.
Survei kedua membuktikan bahwa 67 persen orang lebih suka menonton film lokal dan hanya 55 persen yang menonton film asing. Kebanyakan, orang Indonesia yang gemar menonton film Indonesia adalah mereka yang berusia 15 sampai 22 tahun.
com-Ilustrasi nonton film di bioskop Foto: Shutterstock
Meski sudah mengungguli film asing, masih belum semua orang Indonesia mau pergi ke bioskop untuk menonton. Karena itu, SMRC melakukan survei mengenai alasan orang-orang enggan menonton film di bioskop.
ADVERTISEMENT
Ternyata, ada jawaban yang beragam saat membandingkan koresponden dari wilayah DKI Jakarta, area Jawa selain DKI Jakarta, dan luar Jawa.
Menurut koresponden dari wilayah DKI Jakarta dan area Jawa selain DKI Jakarta, mereka enggan menonton karena tiket terlalu mahal. Sementara orang di luar Jawa, tidak menonton karena lokasi bioskop yang terlalu jauh.
Ilustrasi bioskop XXI. Foto: Shutterstock
Setelah hasil survei diungkap, Hans Gunadi, CEO XXI, tertarik untuk berbicara dalam forum diskusi dan menanggapi masalah harga tiket nonton dan lokasi bioskop yang jauh
"Untuk harga tiket nonton bioskop di Indonesia, itu adalah variabel yang sangat susah untuk dikontrol. Seandainya dibandingkan dengan negara-negara lain, tiket nonton bioskop di Indonesia itu sudah jauh lebih murah. Masalah bioskop yang terlalu jauh, itu kembali lagi ke bagaimana pemerintah membuat akses di suatu wilayah," ujar Hans Gunadi.
ADVERTISEMENT
"Yang jelas, kami selalu berusaha membuka bioskop di berbagai daerah di Indonesia, baik di kota besar atau yang kecil-kecil. Melihat data banyak anak muda yang senang menonton, saya yakin di masa depan industri film akan lebih berjaya," sambungnya.