Teater Gandrik 'Para Pensiunan 2049' Digelar 25-26 April

23 April 2019 21:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Teater Gandrik 'Para Pensiunan 2049' Foto: Instagram @kayanproduction
zoom-in-whitePerbesar
Teater Gandrik 'Para Pensiunan 2049' Foto: Instagram @kayanproduction
ADVERTISEMENT
Butet Kartaredjasa hingga Djaduk Ferianto terlibat dalam seni pertunjukkan Teater Gandrik dalam lakon horor dan jenaka bertajuk 'Para Pensiunan 2049'. Pementasan tersebut merupakan yang pertama kali diadakan di Ciputra Artpreneur, Kuningan, Jakarta pada 25-26 April mendatang.
ADVERTISEMENT
Butet Kartaredjasa selaku pimpinan produksi dan pemeran dalam pementasan 'Para Pensiunan 2049' mengaku, alasannya memilih cerita tersebut karena ingin mengangkat semangat anti-korupsi. Menurutnya, beragam upaya untuk memberantas korupsi kerap menemui titik buntu.
"Maka, kita meminjam setting waktu, kira-kira 30 tahun lagi. Betapa semakin absurdnya sebuah masyarakat ketika menemui jalan buntu itu, sehingga membuat satu kebijakan melahirkan undang-undang yang sangat abnormal, yang sangat mengada-ada," ucap Butet Kartaredjasa saat konferensi pers di Ciputra Artpreneur, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (23/4).
Konferensi pers Teater Gandrik di Ciputra Artpreneur, Kuningan, Jakarta Selatan. Foto: Aria Pradana/kumparan
Salah satu isi cerita dalam pertunjukan itu, ketika ada seseorang yang melakukan tindakan korupsi, maka saat meninggal dunia, jenazahnya tidak dapat dikebumikan sebelum dia memenuhi sejumlah syarat yang dibutuhkan. Beberapa di antaranya adalah SKKB (Surat Keterangan Kematian yang Baik) hingga SIM (Surat Izin Meninggal).
ADVERTISEMENT
"Kira-kira, begitulah kebijakan-kebijakan pada level yang sangat tidak bermutu. Tapi toh, juga tidak bisa menyelesaikan problem korupsi. Bahkan, satu klimaksnya nanti sungguh ironi, orang yang masih hidup karena memiliki SKKB, maka orang yang masih hidup itu terpaksa menjadi almarhum, he-he-he," ungkap Butet sambil tertawa.
Untuk memberikan sajian terbaik bagi para penonton, sejumlah aktor yang terlibat dalam pementasan tersebut membutuhkan waktu sekitar lima bulan lebih. Namun, pada Februari lalu, sejumlah naskah diubah dan para aktor tersebut memulai latihannya dari awal lagi.
Butet berharap, pementasan kali ini tidak hanya diminati oleh penonton fanatiknya, tapi dapat menyasar kalangan anak muda dan milenial. Butet menambahkan bahwa Teater Gandrik dapat menjadi sarana baru bagi masyarakat yang haus akan seni hiburan.
ADVERTISEMENT
"Kalau sudah nonton Gandrik, ya, siapa tahu senang, jadi kami punya satu audiens baru. Dan itu bukan hanya Teater Gandrik yang diuntungkan, tapi masyarakat seni pertunjukan yang diuntungkan karena kita mempunyai umat yang baru untuk mengapresiasi produk-produk seni pertunjukan," terangnya.
Menurut pria asal Yogyakarta tersebut, seni teater saat ini mampu memikat masyarakat untuk berbondong-bondong menonton pertunjukan. Sebab, seni pertunjukan dianggap mampu menjadi oase seseorang untuk mencari sumber pengetahuan dan dapat menjadi bahan edukasi yang baik.
Butet juga mengungkapkan bahwa semakin banyak orang terdidik dan cerdas, maka produk-produk kebudayaan semakin bisa diterima oleh masyarakat yang teredukasi.
"Hidup itu tidak hanya ekonomi saja, tapi hidup itu untuk memuliakan kecerdasan dari setiap orang, karena di dalam teater orang itu akan menemukan sesuatu yang bukan bersifat pragmatis," terangnya.
Konferensi pers Teater Gandrik di Ciputra Artpreneur, Kuningan, Jakarta Selatan. Foto: Aria Pradana/kumparan
Selain itu, seni pertunjukan saat ini dinilai Butet mampu memikat sejumlah pihak untuk memberikan dukungan yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan semata. Hal itu juga membuktikan kesadaran masyarakat terhadap seni pertunjukkan semakin meningkat.
ADVERTISEMENT
"Kayak teater gini 'kan, bukan profit making, ini kan sebenernya produk kultural, yang perlu disubsidi sebagaimana para ilmuan bekerja di laboratorium meneliti sesuatu yang bukan profit oriented, tapi itu harus di-support. Nah, produk-produk kebudayaan kurang lebih seperti itu, maka senang sekali saya," pungkas Butet Kartaredjasa sambil tersenyum.
Tim kreatif 'Para Pensiunan 2049' terdiri dari Butet Kartaredjasa, Agus Noor, Susilo Nugroho, dan Djaduk Ferianto. Selain itu, sejumlah seniman seperti Purwanto, Indra Gunawan, Sukoco, Sony Suprapto Beny Fuad Hermawan, hingga Akhmad Yusuf Pratama turut memeriahkan pementasan.
Pemesanan tiket sudah dapat dilakukan secara online. Harga tiket juga dibagi menjadi beberapa kelas, mulai dari kelas Titanium seharga Rp 2 juta, Platinum seharga Rp 1,5 juta, Diamond seharga Rp 750 ribu, Gold seharga Rp 500 ribu, Silver seharga Rp 300 ribu, dan Bronze seharga Rp 200 ribu.
ADVERTISEMENT