Hadapi Red Line dan Fans Bawel Jadi Tantangan Online Shop K-Pop

11 Mei 2018 19:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Album K-Pop. (Foto: Garin Gustavian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Album K-Pop. (Foto: Garin Gustavian/kumparan)
ADVERTISEMENT
Meski menguntungkan, ada berbagai tantangan yang harus dilalui jika fans ingin membuka bisnis merchandise K-Pop di Indonesia. Mulai dari risiko penipuan hingga kesabaran saat menghadapi pembeli, penjual harus siap dengan berbagai kemungkinan yang ada.
ADVERTISEMENT
Ari (28 tahun), seorang fans BTS yang membuka jasa penjualan merchandise K-Pop sejak 2013, telah menghadapi berbagai tantangan. Misalnya, saat ia harus menghadapi peraturan red line (penahanan barang oleh Ditjen Bea dan Cukai atas barang-barang yang dokumennya dianggap tidak sesuai), hingga saat ini masih menghalanginya untuk bisa berjualan produk kosmetik secara bebas di Indonesia.
"Pun, proses pengurusan bea cukai untuk barang-barang yang masuk ke Indonesia lama dan rumit, makanya aku sangat menghindari pemesanan dalam jumlah banyak, karena akan makin lama dan mahal pengurusannya," sebutnya.
Selain itu, Ari juga mengatakan bahwa ia pernah dua kali ditipu saat menjual barang K-Pop secara online.
Album dan Photocard K-Pop (Foto: Intan Alfitry Novian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Album dan Photocard K-Pop (Foto: Intan Alfitry Novian/kumparan)
"Penipuan pernah kena dua kali. Yang pertama di PHP-in sama pemilik tempat acara, katanya boleh jualan di tempat tapi setelah barang diproduksi dan dibawa ke tempat acara mendadak dilarang, jadilah banyak stok mati," kata Ari.
ADVERTISEMENT
Ia juga pernah ditipu oleh sesama penggemar saat hendak menitipkan pembelian barang untuk produk resmi idolanya.
"Ditipu oleh satu fansite yang menawari jasa pembelian sepatu Puma yang berkolaborasi dengan BTS. Aku sudah bayar ke dia tapi barangnya enggak dikasih, jadi akhirnya aku harus balikin uang pembeli dengan dana pribadi," lanjutnya.
Selain itu, ada juga tantangan ketika penjual harus bersabar dalam berinteraksi dengan pembeli. Maya (26 tahun), pemilik online shop Koalgoo, mengatakan bahwa salah satu hal yang dianggapnya mengesalkan adalah ketika ada pembeli yang menawar di luar batas wajar.
"Aku sudah bilang enggak mau kalau segitu, tapi masih saja maksa. Mau marah, tapi harus nahan emosi, sih," sebut Maya.
Photocard K-Pop (Foto: Intan Alfitry Novian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Photocard K-Pop (Foto: Intan Alfitry Novian/kumparan)
Sementara itu, Tata (bukan nama sebenarnya), pemilik dari online shop Jewels Kshop mengatakan, terkadang ia harus menjawab pertanyaan pembeli dengan sabar.
ADVERTISEMENT
"Pertanyaan, 'Kak, kakak trusted (bisa dipercaya), enggak?'. Kadang mau jawabnya bagaimana, begitu. Enggak mungkin kan, kalau dijawab, 'Enggak, aku enggak trusted, bagaimana dong'," sebutnya.
Tentu Tata hanya bisa bersabar menghadapi berbagai pertanyaan 'ajaib' dari para pelanggan.
Akan tetapi, bukan berarti bahwa tidak ada hal menyenangkan yang dialami oleh para pemilik online shop merchandise K-Pop. Selain keuntungan yang bisa diperoleh dari pasar yang besar, ada hal-hal yang bisa menyenangkan hati selama mereka berjualan.
Lightstick K-Pop. (Foto:  Helmi Afandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Lightstick K-Pop. (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
Maya mengatakan, berjualan merchandise K-Pop bisa memberikan penghasilan tambahan, sehingga ia tidak perlu merepotkan orang tuanya lagi. Selain itu, ia juga bertemu beberapa teman baru melalui usahanya ini.
Sementara Tata mengatakan bahwa ada hal-hal kecil selama berjualan yang membuatnya senang.
ADVERTISEMENT
"Suka-nya banyak, kok. Membaca kalau mereka mengabari barang sudah sampai dan (mendengar) mereka (bilang) terima kasih, happy udah dibantuin orderan-nya. Begitu saja sudah membuat aku senang, enggak tahu kenapa," ungkapnya.