3 Ketakutan yang Sering Dirasakan Ibu Hamil

2 Desember 2020 8:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ibu hamil merasa cemas. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ibu hamil merasa cemas. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bisa hamil dan menimang buah hati mungkin jadi momen yang sangat dinanti-nanti pasangan yang sudah menikah. Meski menjalani kehamilan dengan penuh suka cita, tak dipungkiri jika setiap ibu hamil tentu punya kekhawatiran tersendiri dalam menjalani kehamilan.
ADVERTISEMENT
Ya, sebut saja rasa cemas karena berat badan yang terus naik, khawatir tidak bisa memberikan nutrisi terbaik dan masih banyak lagi. Apalagi, jika ini adalah pengalaman pertama Anda ya, Moms.
Tapi, jangan berlebihan memikirkan kekhawatiran itu. Sebab, terlalu cemas justru bisa menimbulkan stres dan hal itu berbahaya bagi kesehatan Anda dan janin.
Dilansir Parents berikut ketakutan-ketakutan terbesar yang umum dirasakan wanita saat hamil.

3 Ketakutan yang Sering Dirasakan Ibu Hamil

Ilustrasi Janin. Foto: Shutter Stock
Banyak calon ibu merasa khawatir kurang memberikan asupan bergizi untuk janin, sehingga dapat menimbulkan kecacatan. Padahal, hanya orang-orang berisiko tinggi saja yang berkemungkinan memiliki bayi cacat lahir. Faktor-faktor risiko biasanya karena sang ibu memiliki penyakit diabetes, epilepsi, obesitas, perokok dan yang mengonsumsi alkohol.
ADVERTISEMENT
Untuk menghindari terjadinya cacat lahir, Anda harus selalu mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang setiap harinya. Hindari makan ikan yang mengandung merkuri dan daging yang kurang matang. Konsumsi minimal 400 mikrogram asam folat setiap harinya untuk mengurangi risiko cacat tabung saraf.
Selain itu, Anda juga harus memastikan kondisi kesehatan yang stabil saat masa kehamilan. Jika Anda mempunyai kelebihan berat badan, maka lebih baik melakukan diet sebelum melakukan program hamil. Kemudian, pastikan gula darah Anda terkontrol ya, Moms.
Semua ibu hamil tentu saja sangat takut kehilangan si kecil yang telah dinanti-nanti. Tapi, tak semua ibu hamil mempunyai risiko keguguran yang tinggi, Moms. Risiko keguguran bagi wanita berusia di bawah 35 tahun sebanyak 10-12 persen, sedangkan di atas 35 tahun 18 persen. Risiko keguguran akan semakin tinggi jika wanita hamil di atas usia 40 tahun, yaitu 34 persen.
ADVERTISEMENT
Menurut Michael Lu, MD, Profesor Kebidanan dan Ginekologi di Sekolah Kedokteran David Geffen di Universitas California, Los Angeles, risiko keguguran akan turun menjadi 5 persen saat Anda melakukan USG pada usia kandungan 6 sampai 7 minggu dan bisa mendengar detak jantung bayi di dalam kandungan.
Untuk mengurangi ketakutan yang berlebihan, Anda harus mengingatkan diri sendiri bahwa keguguran terjadi akibat adanya kelainan kromosom yang tidak dapat dicegah.
Bayi Prematur Foto: Shutterstocks
Semua ibu berharap bayi bisa lahir tepat pada waktunya. Tapi, pada keadaan tertentu, ada beberapa bayi yang lahir sebelum waktunya atau prematur. Hal ini menjadi kekhawatiran tersendiri bagi seorang ibu karena bayi prematur biasanya lebih rentan terhadap penyakit.
ADVERTISEMENT
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kelahiran bayi prematur adalah memiliki kelainan rahim, obesitas, tekanan darah tinggi hingga diabetes. Jadi, usahakan Anda selalu mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang agar berat badan terjaga. Kemudian, pastikan juga gula darah dan tekanan darahnya normal.

Jangan Stres Berlebihan

Ibu Hamil Stres Foto: Shutterstock
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, ketakutan-ketakutan yang Anda rasakan adalah hal yang wajar terjadi. Tapi, jangan sampai berlebihan, apalagi sampai membuat Anda stres.
Stres ringan biasanya tidak akan memengaruhi kesehatan janin. Tapi stres berat yang disertai depresi berkepanjangan dapat meningkatkan risiko kelahiran bayi prematur atau bayi yang memiliki berat badan rendah.
Saat stres dan depresi menimpa sebaiknya Anda langsung menemui dokter atau psikolog untuk mendapatkan perawatan. Ceritakan segala kecemasan yang sedang dipikirkan agar mendapatkan solusi terbaik. Mereka mungkin akan mengajari Anda untuk latihan relaksasi dan visualisasi yang mampu menurunkan hormon stres.
ADVERTISEMENT
Menurut Sari Shepphird, Ph.D., Psikolog di Los Angeles, Anda juga bisa melakukan praktik pernapasan dalam. Saat menarik napas, bayangkan hal-hal yang membuat Anda khawatir dan hembuskan napas sambil melepaskan semua kekhawatiran tersebut.