4 Jenis Gangguan Plasenta yang Perlu Diwaspadai Ibu Hamil

12 Januari 2022 8:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi plasenta. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi plasenta. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Plasenta adalah organ yang berkembang di dalam rahim selama kehamilan, dan bertugas menyediakan oksigen, nutrisi, dan menghilangkan produk limbah bayi. Ya Moms, plasenta ini terhubung ke bayi melalui tali pusat.
ADVERTISEMENT
Biasanya, plasenta menempel di bagian atas atau samping rahim. Namun dalam beberapa kasus, plasenta dapat berkembang di lokasi yang salah atau menempel terlalu dalam ke dinding rahim.
Jika plasenta mengalami gangguan, maka ibu hamil harus waspada karena dapat mempengaruhi keselamatan dan kesehatan ibu serta janin. Lantas, gangguan plasenta apa saja ya yang perlu dipahami ibu hamil?

4 Gangguan Plasenta yang Perlu Diwaspadai Ibu Hamil

Ilustrasi plasenta pada ibu hamil. Foto: Shutter Stock
1. Plasenta Previa
Plasenta previa terjadi ketika plasenta menutupi sebagian atau seluruh serviks karena posisinya di bawah rahim. Kondisi ini dapat menyebabkan pendarahan hebat selama kehamilan dan juga saat persalinan.
Plasenta previa dianggap tidak akan menjadi masalah jika terjadi di awal kehamilan. Sebab, seiring bertambahnya usia kandungan, plasenta masih bisa bergeser ke arah atas.
ADVERTISEMENT
2. Plasenta Akreta
Seperti dikutip dari Mayo Clinic, plasenta akreta adalah kondisi kehamilan serius yang terjadi ketika plasenta tumbuh terlalu dalam ke dinding rahim. Ya Moms, biasanya, plasenta terlepas dari dinding rahim setelah melahirkan.
Namun, pada ibu yang memiliki plasenta akreta, maka sebagian atau seluruh plasenta akan tetap menempel. Sehingga, hal ini dapat menyebabkan kehilangan darah yang parah setelah melahirkan.
Plasenta akreta ini dianggap sebagai komplikasi kehamilan berisiko tinggi. Jadi, jika kondisi ini terdiagnosis selama kehamilan, kemungkinan perlu melakukan operasi caesar lebih awal dan dapat diikuti dengan operasi pengangkatan rahim.
Ilustrasi plasenta ibu hamil. Foto: Shutter Stock
3. Solusio Plasenta
Solusio plasenta terjadi ketika sebagian plasenta atau seluruhnya terpisah dari dinding bagian dalam rahim sebelum melahirkan. Hal ini pun dapat menurunkan atau menghalangi suplai oksigen dan nutrisi ke bayi, dan menyebabkan pendarahan hebat pada ibu.
ADVERTISEMENT
Biasanya solusio plasenta terjadi di trimester ketiga kehamilan, terutama di minggu-minggu menjelang melahirkan. Tanda dan gejala solusio plasenta meliputi pendarahan vagina, sakit perut, sakit punggung, rahim kaku, dan kontraksi rahim.
Penyebab solusio plasenta sering kali tidak diketahui. Namun, kemungkinan besar penyebabnya karena trauma atau cedera pada perut saat kecelakaan atau jatuh. Kondisi ini juga bisa jadi karena kehilangan air ketuban.
4. Plasenta Inkreta dan Perkreta
Plasenta inkreta terjadi ketika plasenta tumbuh di tengah dinding rahim dan menempel pada otot rahim. Sementara itu, plasenta perkreta terjadi ketika plasenta tumbuh sepenuhnya melalui dinding rahim.
Mengutip laman website Beth Israel Deaconess Medical Center (BIDMC), plasenta inkreta dan perkreta sering tidak menimbulkan tanda atau gejala selama kehamilan, meskipun perdarahan vagina selama trimester ketiga mungkin terjadi.
ADVERTISEMENT
Namun, kondisi ini dapat mengalami komplikasi saat melahirkan, karena sebagian atau seluruh plasenta akan tetap melekat. Sehingga, dapat menyebabkan kehilangan darah yang parah setelah melahirkan.
Jika kondisi ini didiagnosis selama kehamilan, ibu hamil kemungkinan perlu melakukan operasi sesar dini, Moms.