news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Anak Susah Makan, Orang Tua Harus Bagaimana?

8 Februari 2020 11:48 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak menolak makan. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak menolak makan. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Melihat anak makan dengan lahap, tentu bisa membuat orang tua senang. Setuju, Moms? Apalagi, jika si kecil mau mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, meliputi karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur dan buah-buahan.
ADVERTISEMENT
Namun, bagaimana jika anak susah makan? Ketika ibu hendak menyuapi makan, si kecil malah memilih untuk tutup mulut atau bahkan menghindar dengan berbagai cara, misalnya berlarian ke sana ke sini. Kondisi seperti ini biasanya membuat ibu cemas, karena takut kebutuhan gizi si kecil tidak terpenuhi dengan baik.
Kalau sudah begini, kira-kira apa yang harus dilakukan orang tua? Apakah kondisi ini hanya terjadi pada anak di usia tertentu saja?
Ilustrasi bayi menolak makan atau MPASI. Foto: Shutterstock
Menurut Dokter Spesialis Anak, dr. Fransisca Handy, SpA, nafsu makan buruk pada anak yang sehat umumnya terjadi di usia 6 bulan-3 tahun atau 1.000 hari pertama kehidupan si kecil. Namun, ia menegaskan bahwa anak susah makan dapat terjadi di usia berapa pun bahkan pada anak remaja.
ADVERTISEMENT
Sebelum berkonsultasi ke dokter, ada baiknya orang tua melihat kembali kurva pertumbuhan Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan kurva dari Center for Disease Control Prevention (CDC, 2000). Biasanya, paduan ini pun terdapat di dalam buku KIA (Buku Kesehatan Ibu dan Anak) yang ibu terima di rumah sakit atau puskesmas. Hal ini untuk memastikan pertumbuhan anak normal atau tidak.
"Kurva pertumbuhan anak harus sejajar. Jadi, kita hubungkan titik-titiknya, garisnya itu tidak memotong. Itu artinya, dia tumbuh dengan baik,” tutur dr. Fransisca ketika ditemui di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (4/2).
Anak menolak makan. Foto: Thinkstock
Sebaliknya, jika garis grafik seperti melandai dan garis atau titik-titiknya memotong, masih kata dr. Fransisca, itu tandanya ada suatu masalah pada pertumbuhan anak. Pada kondisi itu, Anda sebagai orang tua harus segera berkonsultasi ke dokter.
ADVERTISEMENT
Anak yang suka pilih-pilih makanan atau picky eater sendiri menjadi salah satu penyebab si kecil susah makan. Apalagi, jika si kecil lebih menyukai fast food atau makanan cepat saji dibanding makan sayur atau makanan sehat lainnya. Jika sudah begitu, orang tua harus membuat aturan yang tegas pada anak.
“Oke ya untuk sebuah pengalaman, anak enggak kuno-kuno amat nyobain (makanan atau minuman) ini itu. Tapi, ada rules yang ditetapkan bersama orang tua,” ucapnya.
Ilustrasi anak makan sayur. Foto: Shutter Stock
Lantas, aturan seperti apa yang perlu diterapkan orang tua?
Moms, sejak balita, Anda harus memberikan pemahaman ke anak dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti, tentang bahaya yang bisa terjadi bila terlalu sering makan fast food. Misalnya saja, menerapkan aturan, tentang seberapa sering anak boleh makan makanan cepat saji.
ADVERTISEMENT
Anda boleh saja membuat aturan soal cheating day yang dilakukan setiap bulan sekali atau malah per 3 bulan sekali. Hal ini dilakukan agar aturan yang dibuat tetap berjalan menyenangkan, tanpa adanya rasa terlalu dibatasi.
“Seiring anaknya membesar, kita beri pengertian kenapa sih kita tidak beri ia makan junkfood. Tapi hal ini bukan berarti dia tidak makan (junkfood) sama sekali. Seberapa jarang saja anak diaturnya,” tutup dr. Fransisca.