Anak Usia 6-11 Tahun yang Punya Komorbid, Bolehkah Diberi Vaksin Corona?

10 November 2021 13:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas kesehatan memberikan dosis pertama vaksin corona Sinovac kepada anak-anak di Bogota, Kolombia.  Foto: Luisa Gonzalez/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Petugas kesehatan memberikan dosis pertama vaksin corona Sinovac kepada anak-anak di Bogota, Kolombia. Foto: Luisa Gonzalez/REUTERS
ADVERTISEMENT
Anak usia 6-11 tahun kini sudah boleh mendapat vaksin corona Sinovac. Ya Moms, BPOM telah mengizinkan penggunaan vaksin Sinovac, karena dari segi keamanan dan imunogenisitas telah memenuhi persyaratan.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, menurut Jubir Vaksinasi Kemenkes dr. Siti Nadia Tarmizi, vaksinasi untuk anak usia 6-11 tahun paling cepat dimulai pada tahun 2022. Sebab, pemerintah perlu menambah dulu stok vaksin dan juga melatih tenaga kesehatan untuk melakukan vaksinasi pada anak usia 6-11 tahun.
"Karena harus tambah vaksin dan latih nakes untuk vaksinasi pada anak kurang dari 12 tahun," jelas dr. Nadia.
Ilustrasi vaksin COVID-19 atau vaksin corona untuk anak. Foto: Shutterstock
Kemudian, menurut rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), vaksin Sinovac dapat diberikan secara intramuskular dengan dosis 3ug (0,5 ml) sebanyak dua kali pemberian dengan jarak dosis pertama ke dosis kedua yaitu 4 minggu.
Tapi, bagaimana dengan anak yang punya komorbid seperti diabetes atau penyakit kronis lainnya? Bisakah mendapat vaksinasi COVID-19? Dan apa saja syaratnya anak bisa mendapat vaksin COVID-19? Yuk, simak penjelasan dokter berikut ini.
ADVERTISEMENT

Penjelasan Dokter soal Pemberian Vaksin Corona untuk Anak yang Punya Kelainan Kronis atau Komorbid

Vaksin COVID-19 atau vaksin corona untuk anak. Foto: Shutterstock
Moms, sebelum mengantarkan anak mendapat vaksin corona, pastikan dulu si kecil dalam keadaan sehat. Menurut Dokter Spesialis Anak, dr. Vicka Farah Diba, M.Sc, Sp.A, anak 6-11 tahun sebaiknya menunda dulu vaksinasi COVID-19 jika sedang demam. Kemudian, anak juga harus sudah bebas atau sembuh dari COVID-19 selama tiga bulan.
“Kemudian anak tidak mendapatkan vaksinasi apa pun selama satu bulan. Lalu kemudian berikutnya untuk anak-anak dengan kelainan kronis, tentu perlu diskusi dulu dengan dokter yang menangani,” jelas dr. Vicka di acara Live Corona Update kumparan pada Jumat (5/11) .
Ya Moms, jika anak Anda memiliki komorbid seperti diabetes melitus yang tidak terkendali atau hipertensi, maka ia harus kontrol dulu dengan dokter sebelum mendapatkan vaksinasi COVID-19. Begitu pula dengan anak yang mendapatkan kemoterapi dan imun defisiensi, mereka juga perlu mendapatkan rekomendasi dari dokter. Jika dokter mengizinkan, maka si kecil bisa mendapat vaksin Sinovac.
Petugas kesehatan memberikan dosis pertama vaksin corona Sinovac kepada anak-anak di Bogota, Kolombia. Foto: Luisa Gonzalez/REUTERS
Apabila anak sehat dan layak mendapatkan vaksinasi COVID-19, pastikan dulu bahwa tubuhnya fit, tidak demam, kemudian berikan juga penjelasan kepada anak bahwa ia akan diberi vaksin COVID-19. Anda juga perlu persiapan apabila setelah vaksin, anak mengalami Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI).
ADVERTISEMENT
Namun sebenarnya, Sinovac merupakan salah satu vaksin yang memiliki KIPI cukup rendah. Sekitar 13 persen pengguna vaksin Sinovac, hanya merasakan nyeri atau bengkak lokal di bekas suntikan saja.
“Tidak ada demam, untuk yang Sinovac. Jadi persiapannya, kalau memang terjadi nyeri (setelah vaksin) bisa diberi obat sesuai keluhannya,” kata dr. Vicka.