news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Apa Itu Komplikasi saat Melahirkan?

18 Juni 2021 18:56 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ibu melahirkan normal. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu melahirkan normal. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Proses melahirkan yang lancar dan minim trauma tentu menjadi dambaan semua ibu. Meski begitu, terkadang bisa saja muncul komplikasi yang mungkin memerlukan perhatian dan tindakan segera. Komplikasi biasanya terjadi menjelang proses melahirkan, saat melahirkan, atau bahkan sesudah melahirkan.
ADVERTISEMENT
Apa sebenarnya yang menyebabkan seseorang mengalami komplikasi saat melahirkan? Ada banyak penyebabnya, apalagi jika Anda memiliki kondisi atau penyakit yang kronis. Sebaiknya bicarakan dengan dokter tentang cara meminimalkan komplikasinya saat akan melahirkan.
Lalu, apa saja sebenarnya komplikasi yang dapat terjadi saat melahirkan? Berikut penjelasannya.

5 Komplikasi saat Melahirkan

1. Persalinan Lama
Ilustrasi ibu melahirkan. Foto: Shutterstock
Kontraksi dan ketuban pecah adalah salah satu tanda bahwa Anda akan segera melahirkan. Namun walaupun sudah mengalami kontraksi dan ketuban pecah, ternyata pada beberapa ibu, persalinannya tak kunjung datang.
Sehingga jika proses melahirkan terhenti dan tidak mengalami kemajuan, dokter mungkin akan memberikan obat untuk mempercepat persalinan. Penyebab persalinan yang terhenti ini bisa karena kepala bayi dan ukuran panggul Anda tidak pas.
ADVERTISEMENT
Kemudian serviks yang tidak melebar dan kontraksi yang tidak cukup kuat atau jarang terjadi, juga bisa menjadi salah satu faktornya. Sehingga Anda mungkin perlu menjalani operasi caesar jika tidak ada kemajuan dalam proses persalinan normal.
2. Gawat Janin
Ilustrasi melahirkan bayi. Foto: Thinkstock
Beberapa kondisi janin yang tidak meyakinkan bisa menyebabkan komplikasi saat melahirkan. Menurut Medical News Today, bayi yang dinyatakan gawat janin seperti detak jantung tidak teratur pada bayi, masalah dengan tonus otot dan gerakan, hingga kadar air ketubannya yang rendah.
Biasanya penyebab gawat janin ini karena kadar oksigen yang tidak mencukupi, ibu yang mengalami anemia, hipertensi pada ibu, retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR), hingga air ketuban yang bercampur dengan mekonium.
Jika memang komplikasi terjadi karena gawat janin, dokter dan bidan mungkin akan mencoba mengubah posisi ibu saat melahirkan, meningkatkan hidrasi ibu, menjaga oksigenasi untuk ibu, dan amnioinfusion, di mana cairan dimasukkan ke dalam rongga ketuban untuk mengurangi tekanan pada tali pusat.
ADVERTISEMENT
Lalu pada beberapa kasus, dokter mungkin akan melakukan tokolisis, yakni penghentian sementara kontraksi yang dapat menunda persalinan prematur. Kemudian jika memang diperlukan, dokter akan menyarankan untuk melanjutkan persalinan dengan operasi caesar.
3. Masalah Plasenta
Ilustrasi ibu hamil mau melahirkan. Foto: Shutterstock
Ada beberapa masalah plasenta yang dapat diidentifikasi sebelum bayi lahir. Namun masalah plasenta juga dapat terjadi setelah proses melahirkan dimulai, Moms. Masalah tertentu dengan plasenta lebih sering terjadi setelah operasi rahim, seperti operasi caesar sebelumnya.
Adapun kemungkinan masalah dengan plasenta bisa karena beberapa hal, seperti plasenta previa, yakni plasenta yang menutupi seluruh atau sebagian serviks ibu. Kemudian, ada plasenta akreta, yakni plasenta yang tumbuh ke dalam lapisan rahim.
Terakhir, bisa karena solusio plasenta, yakni plasenta yang terlepas dari dinding rahim terlalu cepat. Mengutip Very Well Family, jika semua masalah tersebut tidak segera ditangani, ibu dapat kehilangan banyak darah dan akan membahayakan Anda dan juga bayi.
ADVERTISEMENT
Sehingga sebelum dan selama proses melahirkan, dokter atau bidan akan terus memantau dan memastikan bahwa masalah plasenta apa pun bisa dengan cepat diidentifikasi dan diobati.
4. Masalah Tali Pusat
Ilustrasi ibu hamil yang akan melahirkan. Foto: Shutter Stock
Masalah dengan tali pusat juga dapat menyebabkan komplikasi saat melahirkan, Moms. Seperti tali pusat yang mungkin melilit leher bayi atau tali pusat keluar dari vagina sebelum bayi. Meskipun mungkin menakutkan jika membayangkan tali pusat yang melilit leher bayi, namun seringnya kondisi ini tidak berbahaya.
Dalam kebanyakan kasus, tali pusat hanya melingkar sebentar di leher bayi dan tidak cukup kencang untuk mengganggu pernapasan atau mengganggu proses bayi keluar ke jalan lahir. Tali pusat yang melilit juga jarang memberikan efek jangka panjang pada kesehatan bayi.
ADVERTISEMENT
Jika memang dokter mengidentifikasi ada masalah dengan tali pusat bayi, mereka akan segera memberikan pertolongan supaya persalinan tetap aman. Lebih lanjut, jika tali pusat memang tidak dapat diperbaiki dan bayi menunjukkan tanda-tanda tertekan, Anda mungkin perlu menjalani operasi caesar.
5. Rahim Robek
Ilustrasi ibu melahirkan. Foto: Shutterstock
Rahim robek atau dikenal juga dengan ruptur uterus, biasanya sering terjadi pada ibu hamil dengan bekas luka rahim dari operasi caesar sebelumnya atau operasi rahim lainnya. Itulah sebabnya, jika beberapa dokter mungkin menyarankan ibu hamil yang pernah menjalani operasi caesar untuk menghindari persalinan pervaginam pada kehamilan selanjutnya.
Namun bisa saja kelahiran pervaginam dilakukan pada ibu yang pernah menjalani operasi caesar, hanya saja akan dipantau secara ketat. Pasalnya, risiko rahim robek akan lebih besar, Moms.
ADVERTISEMENT
Mengutip Healthline, rahim robek yang terjadi saat melahirkan dapat disebabkan oleh tekanan yang meningkat saat bayi bergerak melalui jalan lahir ibu. Seringnya, rahim robek di sepanjang lokasi bekas luka operasi caesar sebelumnya. Saat rahim robek, isi rahim termasuk bayi, bisa keluar.