Bagaimana Menjelaskan Kematian pada Anak?

30 Januari 2018 21:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak mengalami perubahan emosional. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Anak mengalami perubahan emosional. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Orang tercinta yang dekat dengan anak Anda baru saja meninggal dunia. Balita Anda kemudian sering bertanya, "Ma, Nenek ke mana? Kok, tidak pernah datang lagi?" atau, "Kenapa aku nggak bisa ketemu Kakek lagi?" dan berbagai pertanyaan lainnya.
ADVERTISEMENT
Bagaimana ya, cara terbaik untuk menjelaskannya?
Saat menghadapi situasi seperti ini, banyak orang tua yang khawatir penjelasan mereka akan sulit diterima atau salah dipahami anak. Akhirnya, tak jarang orang tua yang memilih membuat kebohongan-kebohongan.
Anak tidak mau mendengar (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Anak tidak mau mendengar (Foto: Pixabay)
Bagaimana menurut Anda, Moms? Baikkah cara ini?
Menurut para ahli, mungkin untuk sementara waktu kebohongan dapat membungkam keingintahuan balita, namun Anda justru akan menciptakan kebingungan yang berlarut-larut pada anak. Belum lagi, jika anak justru tidak percaya pada penjelasan Anda dan suatu hari mengetahuinya. Bukan tak mungkin, ia menjadi kecewa, marah dan lebih sulit menerima bahwa Anda telah membohonginya selama ini.
Jadi sebenarnya bagaimana menjelaskan kematian pada anak Anda? KumparanMom (kumparan.com) merangkum beberapa cara yang dapat Anda coba:
ADVERTISEMENT
Berkata Jujur
Ilustrasi anak dan orangtua (Foto: Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak dan orangtua (Foto: Flickr)
Memang tidak mudah mengatakan hal yang sebenarnya pada anak. Namun, Anda perlu bersikap terbuka dan membiarkan anak mengajukan pertanyaan-pertanyaan serta memberi kesempatan untuk berdiskusi mengenai hal ini. Jelaskan apa adanya sambil membagi kepercayaan spiritual Anda kepada anak terkait kematian.
Namun, berhati-hati dan pilihlah kata-kata yang bijak agar tidak membuat anak membenci Tuhan, ya. Jangan sampai karena Anda bilang, "Nenek dibawa Tuhan ke surga karena Tuhan sayang sama Nenek," lalu anak merasa Tuhan merenggut orang yang dikasihinya atau Tuhan tidak menyayanginya.
Sederhanakan Bahasa
Ibu dan anak (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ibu dan anak (Foto: Pixabay)
Kemampuan anak untuk berpikir dan memahami sesuatu yang abstrak masih terbatas sehingga anak harus ditunjukkan oleh hal-hal secara nyata yang ada di sekitarnya. Karena itu, coba jelaskan kematian orang tercinta dengan bahasa sederhana dan konkret. Jangan menggunakan bahasa yang berbelit-belit sulit dipahami anak.
ADVERTISEMENT
Anda bisa memulainya dengan apa itu kematian? Mengapa orang bisa mengalami kematian? Apa yang terjadi ketika orang mengalami kematian?
Anda juga perlu menghindari penggunaan bahasa yang justru semakin membingungkan anak. Seperti menjelaskan bahwa kematian berarti pergi jauh, tidur dalam waktu lama, atau hilang entah ke mana.
Selain akan menimbulkan perasaan ditinggalkan pada anak, penjelasan ini bisa meninggalkan trauma pada anak atau rasa takut -bahkan sekadar untuk pergi tidur. Bisa juga anakakan merasa bersalah karena berpikir orang yang dicintai pergi karena ulah atau kesalahannya.
Kematian adalah Selamanya
Jelaskan pelan-pelan pada anak, jika orang yang telah meninggal atau mengalami kematian itu akan dikubur atau dikremasi untuk selamanya. Sehingga, Ia tidak akan kembali di tengah-tengah keluarga atau tidak akan bisa ditemui lagi. Namun, kita masih bisa menyanyangi mereka dengan selalu mendoakan mereka, berbuat baik untuk membuat bangga mereka dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Dampingi anak
Ibu menyayangi anak (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ibu menyayangi anak (Foto: Pixabay)
Setelah menjelaskan tentang kematian pada anak, bukan berarti tugas Anda selesai. Anda masih perlu mendampingi anak selama ia dalam tahap pemulihan. Bagaimanapun, anak-anak juga memiliki emosi yang bisa diluapkan. Peluk anak, biarkan ia mengungkapkan perasaannya, dan bersiaplah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan anak yang mungkin akan berkembang seiring waktu.
Selain itu, Anda juga harus bersabar. Seperti Anda, anak juga perlu waktu.