Bayi 1,5 Kg di Tasik Tak Dimasukkan ke NICU dan Meninggal, Ini Kata Dokter

22 November 2023 15:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bayi 1,5 Kg di Tasik Tak Dimasukkan ke NICU dan Meninggal, Ini Kata Dokter. Foto: Thinkstock
zoom-in-whitePerbesar
Bayi 1,5 Kg di Tasik Tak Dimasukkan ke NICU dan Meninggal, Ini Kata Dokter. Foto: Thinkstock
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini ramai seorang ibu di Tasikmalaya melahirkan bayi dengan berat 1, 5 kilogram atau masuk kategori Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), namun tak dimasukkan oleh bidan ke dalam tabung inkubator atau fasilitas Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Bahkan, usai melahirkan di bidan klinik A, anaknya itu sempat dijadikan bahan untuk konten di medsos tanpa izin pihak keluarga. Sehari setelah kelahiran, bayi itu pun meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Moms, kasus tersebut menjadi pelajaran bagi banyak pihak. Penanganan bayi usai persalinan tidak boleh disepelekan, terlebih untuk bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
BBLR adalah kondisi ketika bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2,5 kilogram. Sementara, berat badan bayi baru lahir yang dianggap normal berada di angka 2,5 hingga 4 kilogram.
Perlu diketahui bahwa BBLR berbeda dengan kasus bayi prematur. Ya Moms, bayi prematur merupakan bayi yang lahir kurang bulan dan biasanya memang lahir dengan berat badan rendah. Tapi, BBLR juga bisa terjadi pada bayi yang lahir cukup bulan.
Menanggapi hal tersebut, Dokter Spesialis Anak, dr. Reza Abdussalam, Sp.A, mengungkapkan idealnya semua bayi yang lahir BBLR harus dilakukan persalinan di rumah sakit yang memiliki fasilitas NICU.
ADVERTISEMENT
"Idealnya semua bayi yang kemungkinan lahir BBLR harus dilakukan persalinan di rumah sakit yang memiliki fasilitas NICU," katanya.
Faktor utama terjadinya BBLR adalah karena faktor ibu, faktor plasenta, dan faktor janin. Faktor ibu contohnya jika ibu kurang gizi, usia ibu kurang dari 18 tahun, ibunya mengalami anemia, atau mengalami hipertensi maupun preeklamsia.
‘’Sedangkan faktor plasenta, dicurigai kalau terjadi solusio plasenta atau plasenta previa. Sementara faktor janin, dicurigai jika terjadi kehamilan ganda atau gemeli, ataupun gangguan kongenital saat di janin,’’ kata Dokter Reza kepada kumparanMOM.
Dalam kasus BBLR, bayi membutuhkan perawatan yang tepat karena kondisi ini bisa berisiko buruk pada tumbuh kembangnya ke depan. Ya, hambatan dalam proses tumbuh kembang si kecil bisa mempengaruhi tingkat kecerdasannya di masa depan.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi bayi prematur. Foto: Shutter Stock
Bayi lahir dengan BBLR bisa mengalami beberapa komplikasi, seperti hipotermia, hipoglikemia, hiperbilirubin, gangguan napas, kesulitan minum, dan gangguan saluran cerna.
‘’Serta bisa terjadi pendarahan otak yang hal ini bisa mengakibatkan masalah jangka panjang, seperti gangguan perkembangan dan gangguan pertumbuhan,’’ ujarnya.
‘’Idealnya hampir semua bayi yang lahir BBLR tetap diberikan ASI sama seperti bayi yang lahir normal, akan tetapi pemberian ASI ini juga dilihat dari kondisi bayi, apakah kondisi bayi itu memungkinkan untuk pemberian ASI atau tidaknya. Apalagi jika bayi dengan BBLR mengalami gangguan napas ataupun infeksi,’’ pungkas Dokter Reza.