Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Tentu tidak mudah bagi orang tua mana pun saat mendengar anaknya didiagnosis terkena gangguan spektrum autisme atau autism spectrum dissorder (ASD). Ya Moms, Anda mungkin merasa bingung, sedih atau bahkan putus asa dengan kondisi ini.
ADVERTISEMENT
Membesarkan anak dengan autisme memang membutuhkan pola asuh khusus. Oleh sebab itu, Anda butuh mendapat support system terbaik dari lingkungan Anda.
Selain dari suami dan keluarga, tak ada salahnya juga untuk mencari support system lainnya, seperti bergabung di komunitas anak dengan autisme. Ya, karena punya kondisi yang senada, bergabung di dalam komunitas bisa membuat Anda punya teman berbagi.
Meski begitu, Anda mungkin bingung bagaimana cara memilih komunitas yang tepat. Hal itu pun dirasakan oleh Lusia Agstrikusmarti. Wanita asal Bogor ini memiliki anak yang didiagnosis mengalami autisme. Anak laki-lakinya yang bernama Devin, kala itu didiagnosis dokter mengalami autisme saat berusia 3 tahun.
Perasaan campur aduk tentu dirasakan oleh Lusia saat mengetahui bahwa ternyata anaknya berbeda. Namun hal tersebut, tidak membuatnya larut dalam kesedihan. Ia pun memutuskan untuk bergerak mencari informasi tentang autisme, hingga mencari komunitas autisme agar ia dapat bertukar informasi dengan sesama orang tua.
ADVERTISEMENT
"Saat itu juga langsung cari di internet, terapi yang bagus untuk Devin di mana, sampai memutuskan mencari komunitas autisme, saya cari di internet, yang ada kontaknya, langsung saya dan suami hubungi," ujar Lusia, saat dihubungi kumparanMOM belum lama ini.
Lusia pernah bergabung pada beberapa komunitas. Ya Moms, ia memang beberapa kali berganti komunitas untuk mencari tempat ternyaman untuknya dan Devin. Hingga akhirnya, ia kini menetap bergabung di komunitas Rumah Autis.
Rumah Autis adalah suatu komunitas yang berfokus pada anak-anak autis. Kegiatan dalam komunitas ini pun tak hanya untuk anak-anaknya saja. Di dalamnya juga ada kegiatan family gathering untuk para orang tua.
"Tadinya kan kita cuman tahu dari google, tapi itu hanya teori kan, kalau ikut komunitas kan langsung ketemu. Jadi kadang-kadang mengisi ya. Saya jadi tahu kalau sama anak autis itu enggak boleh dikasari, tapi harus tegas. Tadinya saja galak, padahal enggak boleh gitu, saya tahu ini dari sharing dari yang berpengalaman," ujar Lusia.
ADVERTISEMENT
Sejak masuk ke dalam komunitas tersebut, Lusia mengaku, banyak perubahan pada dirinya dalam mendidik Devin. Hingga kini usia Devin telah menginjak 16 tahun, ia masih bergabung dalam komunitas Rumah Autis. Meski kini ia sudah jarang berkumpul karena kondisi pekerjaannya yang padat, namun komunikasi tetap ia lakukan melalui grup Whatsapp.
Bisa Bertukar Informasi dengan Sesama Orang Tua
Ada juga Vivien Jap, wanita asal Jakarta Utara, yang juga mempunyai anak dengan autisme . Kepada kumparanMOM, ia bercerita bahwa anak laki-lakinya yang bernama Sebastian didiagnosis mengalami autisme saat berusia 2 tahun.
“Waktu itu masih tinggal di Afrika. Jadi di sana awalnya di semacam center buat anak-anak spesial. Kayak persiapan buat masuk sekolah,” ujar Vivien saat dihubungi kumparanMOM, belum lama ini.
ADVERTISEMENT
Pertengahan tahun 2016 Vivien dan keluarganya kembali ke Indonesia. Ia langsung memutuskan untuk bergabung ke dalam beberapa komunitas. Tujuannya agar ada kemajuan untuk tumbuh kembang anaknya.
Melihat anaknya menyukai alat musik piano, ia mendaftarkan anaknya ke club musik Ven's Club, yang memang punya program khusus untuk anak berkebutuhan khusus. Vivien pun tak menyangka, dalam waktu yang cukup sebentar, Sebastian bisa memainkan piano dengan dua tangan.
"Kurang dari 3 bulan sudah mulai bisa baca note balok, udah mulai bisa main, Desember ikut konser tahunan miss Veny, udah bisa main lagu Twinkle-twinkle dari atas panggung. Itu benar-benar satu kemajuan banget kan, padahal kan saya sebelumnya sempat hopeless," ujar Vivi.
Selain itu, ia juga bergabung dalam komunitas Sensory Lab, yaitu komunitas orang tua yang mempunyai anak dengan autisme. Komunitas ini juga banyak memberikan informasi hingga pendidikan tambahan untuk anak dengan autisme.
ADVERTISEMENT
“Di Sensory Lab ada hiking, kelas private seperti literacy basket, math, renang. Terus once in a while ada juga kegiatan-kegiatan bersama semacam field trip, seperti ke Kidzania, salah satu contoh nya,” ujar Vivien.
Tak hanya itu, Vivien juga memasukan anaknya ke dalam komunitas Social Club, di mana banyak kegiatan positif yang diberikan untuk menunjang perkembangan anaknya. “Kalau di Social Club, Tian terapi speech di sana, dia juga ikut art class,” jelas Vivien.
Selain bermanfaat untuk anak, Vivien juga merasakan manfaat bergabung dengan komunitas untuk dirinya sendiri. Misalnya saja, bisa bertukar informasi, hingga mendapat dukungan dari para orang tua lain yang punya kondisi serupa.
"Kebantu sih, saya bukan tipe yang aktif sosialisasi cuman dengan adanya kita join di group, kita baca-baca, mereka juga menghadapi masalah yang sama. Kadang kita bisa share kalau kita ngalamin, terus share sekolah di sini yang bagus, les dini yang bisa menerima anak special, hal kayak gitu berguna banget," ujar Vivien.
ADVERTISEMENT
Ajarkan anak bersosialisasi
Sementara itu, menurut Jessie Teh, bergabung bersama komunitas atau club anak-anak autisme, bisa membuat anaknya belajar bersosialisasi. Ya Moms, Jessie juga memiliki anak dengan autisme bernama Marco Emmanuel Rudtio. Ia juga bergabung bersama komunitas dan memasukkan anaknya ke dalam klub musik khusus untuk anak dengan autisme.
"Kadang kita kalau liburan ngajak playdate bareng, contoh lagi liburan di Bashito ada kuda dan sebagainya ayo kita bawa anak-anak ke sana. itu sih waktunya kita bersama-sama sih , jadi anak-anak itu kan perlu sosialisasi juga kan, dengan adanya ngumpul-ngumpul itu lumayan bagus sih walaupun mereka sometimes tidak peduli satu sama lain sih , tapi mereka juga jadi belajar bersosialisasi sih," ujar Jessie saat dihubungi kumparanMOM.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, dengan bergabung di club musik, Jessie mengatakan anaknya kini punya keterampilan baru yang membanggakan.
"Semenjak di Vens Club Musik, tidak sampai setahun, kurang lebih hanya setengah tahun Marco sudah bisa bermain dengan dua tangan dengan lagu sangat sederhana,” kisah Jessie.
Nah Moms, itulah beberapa manfaat bergabung bersama komunitas. Pastikan Anda bergabung di dalam komunitas yang tepat, agar bisa jadi support system yang baik bagi Anda dalam membesarkan anak.