news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Cerita Lukman Sardi soal Anaknya yang Punya Mata Minus Sejak SD

28 November 2022 13:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lukman Sardi di acara ramah tamah media jelang malam FFI 2019, Minggu (8/12). Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Lukman Sardi di acara ramah tamah media jelang malam FFI 2019, Minggu (8/12). Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
ADVERTISEMENT
Mata minus atau miopia tak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga bisa dialami anak-anak. Ya Moms, kebiasaan sehari-hari, kekurangan asupan nutrisi, hingga faktor genetik, bisa menjadi penyebab anak mengalami mata minus.
ADVERTISEMENT
Hal yang sama juga dialami oleh anak dari aktor ternama Tanah Air, Lukman Sardi. Pemeran film Paranoia tersebut berbagi cerita mengenai putra keduanya, Akira, yang mengalami mata minus saat usianya masih sekolah dasar yaitu 10 tahun.
“Akira sekarang umur 10 tahun. (Mata minus) itu sekitar satu tahun yang lalu sih, awalnya matanya kayak sering kedip-kedip gitu,” ujar Lukman saat hadir dalam acara peluncuran Lensa MiYOSMART untuk Terapi Myopia (Minus) Pada Anak dari Hoya Vision Care Indonesia di Bale Nusa, Kebayoran Baru (23/11).
Kebiasaan mengedipkan atau memicingkan mata yang terjadi berulang kali membuat Lukman khawatir dan curiga. Akhirnya, ayah dari tiga anak itu memutuskan untuk membawa buah hatinya ke rumah sakit agar mendapatkan pemeriksaan. Hasilnya, Akira dinyatakan mengalami mata minus dengan angka yang berbeda pada kedua matanya.
ADVERTISEMENT
“Ternyata beneran ada minusnya di kanan dan kiri itu beda, ada yang 1,00 ada yang 0,7 kalau nggak salah. Akhirnya konsultasi dan dia harus menggunakan kacamata sampai sekarang,” lanjut Lukman.
Bagi orang dewasa saja, mata minus sangatlah mengganggu penglihatan. Apalagi, jika kondisi itu terjadi pada anak-anak. Mata minus akan mengganggu aktivitas sekaligus mempengaruhi tumbuh kembang si kecil jika tidak diberikan perawatan yang tepat.
Lantas, apa sebenarnya penyebab mata minus pada anak dan seperti apa gejala yang perlu diwaspadai?

Penyebab dan Tanda Mata Minus pada Anak

Lukman Sardi dalam acara Peluncuran Lensa MiYOSMART untuk Terapi Myopia pada Anak bersama Hoya di Bale Nusa, Kebayoran Baru, Jakarta, Rabu (23/11/2022). Foto: Hutri Dirga Harmonis/kumparan
Mata minus atau miopia adalah terjadinya ketidaksesuaian antara panjang bola mata atau kurva bola kornea dengan kekuatan optiknya. Hal ini membuat anak tidak bisa memfokuskan cahaya yang masuk agar jatuh di retina, melainkan di depannya. Mata minus bisa terjadi karena berbagai hal termasuk kebiasaan sehari-hari dan kekurangan nutrisi.
ADVERTISEMENT
“Mata minus atau miopia ini bisa terjadi karena anak terus-terusan menggunakan penglihatan jarak dekat, misalnya saat menggunakan handphone. Menurut penelitian terbaru juga ada kaitannya dengan kekurangan asupan vitamin D,” ungkap dokter spesialis mata, dr. Zoraya A. Feranthy, SpM, yang juga hadir dalam acara tersebut.
Selain itu, mata minus juga bisa terjadi akibat faktor genetik. Jika salah satu atau kedua orang tua mengalami mata minus, maka akan meningkatkan risiko hal yang sama pada anak di kemudian hari.
dr. Zoraya A. Feranthy, SpM, dalam acara Peluncuran Lensa MiYOSMART untuk Terapi Myopia pada Anak bersama Hoya di Bale Nusa, Kebayoran Baru, (23/11). Foto: Hutri Dirga Harmonis/kumparan
Menurut dr. Zoraya, anak-anak dengan mata minus akan mengalami beberapa gejala umum seperti memicingkan mata atau memiringkan kepala saat melihat dari jauh. Hal ini dilakukannya agar dapat melihat objek di depannya lebih jelas. Selain itu, si kecil mungkin juga kerap mengeluhkan kepalanya pusing setelah beraktivitas seperti sekolah.
ADVERTISEMENT
“Mungkin kalau ibu-ibu suka melihat anak-anaknya di rumah kok ada yang kalau nonton TV-nya makin seru, jadi makin miring kepalanya atau disebut upnormal head position,” lanjut dr. Feranthy.
Nah Moms, jika si kecil mengeluhkan beberapa gejala tersebut, dr. Zoraya menyarankan agar Anda segera membawanya ke dokter mata untuk mendapatkan pemeriksaan. Bahkan, akan lebih baik jika orang tua membawa anak untuk pemeriksaan mata rutin sejak dini tanpa menunggu adanya keluhan. Ini akan membantu mencegah risiko mata minus sekaligus deteksi dini.