Daging Kambing Diolah Jadi Makanan Bayi, Boleh Enggak Sih?

31 Juli 2020 12:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ilustrasi daging kambing Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi daging kambing Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Daging kambing identik dengan perayaan Hari Raya Idul Adha atau Lebaran Haji. Berbagai hidangan favorit keluarga, dapat dimasak menggunakannya. Tapi bagaimana dengan makanan bayi atau MPASI, apakah juga boleh dibuat dari daging kambing?
ADVERTISEMENT
Orang tua umumnya memang ragu mengolah daging kambing untuk jadi makanan bayi. Jangankan bayi, kepada anak atau balita saja mungkin tidak banyak yang memberikannya. Ini karena, banyak mitos miring beredar terkait daging kambing. Selain sering dikatakan menyebabkan darah tinggi, daging kambing juga dituduh tinggi kolesterol.
Tapi benarkah begitu?

Fakta Tentang Lemak dan Kolesterol Daging Kambing

Ilustrasi lemak pada daging kambing Foto: BlackWolfi via Pixabay
Jika dibandingkan daging sapi atau ayam, daging kambing ternyata mengandung lemak dan kolestrol paling rendah, Moms. Kandungan protein daging kambing tingginya setara dengan daging merah lainnya.
Hal ini dijelaskan oleh dr.Jovita Amelia MSc SpGK, Spesialis Nutrisi Klinik dari RS Pelni Petamburan dan Ciputra Hospital, Jakarta. Ia memaparkan tiap 40-50 gram daging kambing mengandung sekitar 7 gram protein.
ADVERTISEMENT

Tidak Menyebabkan Darah Tinggi

Ilustrasi daging kambing Foto: Shutterstock
Makan olahan daging kambing sebenarnya sangat baik, asalkan Anda menyingkirkan jeroan, babat, otak, dan usus kambing. Perlu diingat pula, bukan daging kambing yang menyebabkan darah tinggi melainkan banyaknya garam yang Anda masukkan saat memasaknya.
“Daging kambing kan berbau lebih menyengat dibandingkan daging merah lain, biasanya diberi banyak garam untuk mengurangi baunya. Inilah cara pengolahan yang menyebabkan darah tinggi. Kalau diolah tanpa garam atau garamnya sedikit sebenarnya enggak masalah,” tutur dr Jovita saat dihubungi kumparanMOM.

Boleh Dikonsumsi Anak, Balita Bahkan Bayi

ilustrasi makanan bayi berbahan daging kambing Foto: Shutterstock
Daging kambing bisa dikonsumsi siapapun, termasuk anak, balita bahkan bayi. Menurut Jovita, anak usia dua tahun yang sudah makan masakan rumah seperti anggota keluarga lain juga boleh makan daging kambing. Sementara untuk ibu yang ingin memberikannya pada bayi, daging kambing juga boleh dikonsumsi sebagai Makanan Pendamping ASI (MPASI) mulai usia 7-10 bulan.
ADVERTISEMENT
“Boleh saja diberikan kepada bayi sebagai MPASI. Asalkan pilih bagian yang mengandung paling sedikit lemak. Karena bayi hanya bisa makan yang teksturnya halus, sebaiknya daging kambing digiling atau dicincang halus,” tambah Jovita. Daging kambing yang minim lemak terletak pada paha atas dan bahu.

Waspadai Efek Panas Daging Kambing

ilustrasi daging kambing giling Foto: Shutterstock
Namun ingat Moms, daging kambing dan daging domba memiliki thermogenic effect yang lebih tinggi daripada daging merah lainnya. Thermogenic effect adalah efek panas yang dihasilkan dari sistem metabolisme saat mencerna bahan makanan. Artinya, memakan kambing dapat melancarkan metabolisme karena butuh energi lebih banyak.
Karena menimbulkan efek panas pada pencernaan anak-anak, sebaiknya jangan terlalu banyak memberi daging kambing pada balita dan bayi.
ADVERTISEMENT
Kita juga tidak boleh lupa mencuci bersih daging kambing sebelum dimasak. Tak hanya itu, saat mengolahnya, gunakanlah pisau dan talenan yang berbeda dengan yang biasa Anda gunakan untuk memotong sayur dan buah. Ini semua untuk mencegah perkembangbiakan bakteri pada daging kambing.