Jangan Bertahan dalam Hubungan Rumah Tangga yang Kasar! Ini Alasannya

17 April 2018 17:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kekerasan (Foto: pixabay )
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kekerasan (Foto: pixabay )
ADVERTISEMENT
Anda mungkin sering menyaksikan berbagai tindakan kekerasan rumah tangga yang ada di sekitaran Anda, baik itu dari berita di media sosial, maupun dalam kehidupan Anda sendiri. Salah satu korban yang mendapatkan dampak buruk dari KDRT adalah anak.
ADVERTISEMENT
Meski anak tidak secara langsung mendapatkan perlakukan kasar dari Anda maupun pasangan, tapi secara psikologis, anak akan terkena dampaknya. Dampak psikologis itu kemudian bisa mendatangkan trauma yang berkepanjangan dan terbawa sampai ia dewasa kelak.
Dikutip dari laman The Health Site, Dr Sanghanayak Meshram, psikiater dan seksolog di Mumbai berpendapat bahwa anak-anak yang menyaksikan pelecehan atau kekerasan yang dilakukan ayah kepada ibu, maupun sebaliknya, kelak berpotensi bisa memiliki perilaku yang sama dengan orang tuanya.
“Kita ambil contoh, misalnya anak usia lima tahun melihat ayahnya memukul, menampar dan menendang ibunya. Sang anak yang belum bisa mengerti hal tersebut justru bisa mengikuti jejak ayahnya saat besar nanti,” ujar Meshram.
Ilustrasi kekerasan terhadap perempuan. (Foto: Pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kekerasan terhadap perempuan. (Foto: Pexels)
Meski proses seperti ini tidak terjadi dalam semalam, tapi jika anak terus melihat kekerasan di dalam rumah, maka tidak heran jika anak berprilaku secara agresif saat remaja nanti.
ADVERTISEMENT
“Untuk anak perempuan, yang melihat ibunya mengalami kekerasan dalam rumah tangga mungkin juga secara tidak sadar mulai percaya bahwa pelecehan dan perlakuan seperti itu adalah normal dalam suatu hubungan,” tambahnya.
Anak yang sering melihat kekerasan dalam rumah tangga juga mungkin memiliki sifat pemurung. Anak akan terlihat menjadi pendiam, pemurung, dan mudah menangis. Ia juga mungkin sama sekali tidak menunjukkan raut wajah yang ceria dalam keadaan yang menyenangkan sekalipun. Ketidakmampuan anak untuk mencari kesenangan atau melepaskan beban pikiran dengan efektiflah yang akan menghilangkan perasaan positif dari dirinya