Jangan Tiup Makanan Anak yang Panas! Kata Dokter, Ini Bahayanya

18 Februari 2020 9:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi karies gigi pada anak balita. Foto:  Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi karies gigi pada anak balita. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Agar cepat dingin, orang tua biasanya meniup makanan anak yang masih panas. Ya, dengan begitu, si kecil bisa lebih cepat menghabiskan makanannya.
ADVERTISEMENT
Tapi tunggu dulu, Moms. Jika Anda sering meniup makanan anak yang panas, Anda sebaiknya tidak melakukan itu lagi! Kenapa?
Ilustrasi ibu menyuapi anak balita Foto: Shutterstock
Melalui tiupan tersebut Anda ternyata bisa menularkan penyakit ke anak, seperti gigi berlubang. Sebab dengan meniup, mengunyah, bahkan menggunakan alat makan yang belum dicuci terlebih dahulu punya risiko berpindahnya Streptococcus mutans dan beberapa jenis Lactobacillus --2 kelompok bakteri penyebab karies gigi-- berpindah ke anak, Moms.
"Jadi bayi-bayi baru lahir tuh (sebenarnya) engga ada bakteri S.mutans di dalam mulut," tulis drg. Dita Firdiana dalam thread mengenai bahayanya meniup makanan anak dalam akun Twitter-nya (@fairyteeth).
Lebih lanjut, Dokter Gigi yang praktik di Difa OHC Klinik Gigi, Jakarta Selatan, juga menjelaskan bahwa ada sebuah riset yang meneliti mengenai air ludah dan plak dari ibu, anak, ayah atau siapapun yang meniup atau bahkan mengunyah makanan anak. Hasilnya mengungkapkan bahwa bakteri S.mutans yang ada di dalam ludah si kecil dan orang tersebut memiliki pola kromosom DNA yang sama alias identik, Moms.
Ilustrasi anak makan pasta. Foto: Shutterstock
Hal itu berarti, koloni bakteri penyebab gigi berlubang tersebut pindah dari gigi, mulut, atau ludah orang yang mengunyah, mengulum, atau meniup makanan anak!
ADVERTISEMENT
"Dan hal ini tetap bisa terjadi bahkan ketika si anak belum tumbuh gigi," tambah drg. Dita.
Ya Moms, hal ini juga sangat mungkin terjadi meskipun gigi anak belum tumbuh. Nantinya koloni bakteri tersebut menetap di dalam mulut bayi, tepatnya di lapisan mukosa langit-langit, gusi, dan lidah. Mengerikannya lagi, S. mutans mampu menggandakan diri lebih cepat daripada kecepatan air ludah melakukan self cleaning dalam mulut bayi atau ana.
Masih di dalam penelitian yang sama, drg. Dita melanjutkan, sebanyak 20 persen bayi berusia 12 sampai 16 bulan sudah terdeteksi memiliki bakteri S. mutans di dalam mulutnya. Padahal, di usia itu, anak-anak biasanya baru memiliki 6 sampai 10 gigi susu. Sementara sampel lain mencatat, terdapat 22 persen bayi yang bahkan saat punya gigi susu pertamanya sudah terdeteksi bakteri S. mutans.
Ilustrasi karies gigi pada anak Foto: Shutter Stock
Nah Moms, tentunya langkah terbaik adalah mencegah daripada mengobati. Cara yang paling mudah, tentu dengan tidak mengunyah, meniup, atau memberikan anak alat makan yang belum dicuci. Lalu, jangan lupa juga untuk membersihkan gusi dan mukosa mulut bayi, bahkan saat si kecil belum memiliki gigi sekalipun.
ADVERTISEMENT
"Jadi saran saja nih, buat bapak ibu yang sudah punya anak, apalagi masih bayi atau balita untuk rajin-rajin cek ke dokter gigi deh. Kalau ada yang bolong ditambal, kalau ada sisa akar dicabut, kalau ada gusi bengkak dan mudah berdarah dicek, banyak karang giginya enggak? Kalau iya rajin scaling," tutup drg. Dita.
Nah Moms, jangan lagi meniup makanan anak, ya. Lebih baik, tunggu beberapa saat, sampai makanan anak menjadi hangat sebelum dikonsumsinya.