Kasus Campak dan Rubella di Indonesia Naik 15 Kali Lipat Selama Pandemi COVID-19

29 Juni 2022 18:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
11
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak campak. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak campak. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 cukup menyita perhatian masyarakat. Akibatnya, ada beberapa hal yang mungkin kurang diperhatikan hingga menimbulkan dampak yang cukup signifikan. Salah satunya adalah imunisasi anak.
ADVERTISEMENT
Ya Moms, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, terjadi penurunan cakupan imunisasi yang signifikan sejak pandemi COVID-19. Pada tahun 2020, misalnya. Dari target 92,9 persen, angka yang berhasil dicapai hanya 84,2 persen. Sementara itu, pada tahun 2021, target yang seharusnya 93 persen, hanya bisa dicapai sebanyak 84,2 persen.
“Berdasarkan buletin data imunisasi per tanggal 9 Mei 2022, menunjukkan gap yang semakin besar antara target Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) dengan cakupan IDL pada bulan Januari – Desember 2021, yaitu sebesar 9,8 persen, Ini artinya cakupan lebih sedikit dari target imunisasi nasional.” jelas Plt Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes RI Dr. Prima Yosephine, MKM., dalam Press Conference Bulan Imunisasi Anak Nasional 2022 yang diadakan secara daring pada Selasa (28/6).
ADVERTISEMENT

Penurunan Imunisasi Berimbas pada Peningkatan Kasus Campak dan Rubella

Ilustrasi anak campak. Foto: Shutter Stock
Penurunan cakupan imunisasi anak pada tahun 2021 berimbas pada kenaikan kasus campak dan rubella di Indonesia. Pada awal tahun 2022, kasus campak dan rubella yang terkonfirmasi di laboratorium meningkat lebih dari 15 kali lipat dibandingkan pada awal tahun 2021.
Tak hanya campak dan rubella, kasus difteri juga menunjukkan peningkatan. “Demikian juga kasus suspek difteri pada minggu ke-1 sampai minggu ke-18 tahun 2022 meningkat 60 persen dibanding periode yang sama di tahun 2021,” ujar Dr. Prima.
Bila tidak segera diatasi, peningkatan kasus penyakit pada anak tersebut dapat menjadi beban ganda di tengah pandemi yang belum selesai. Selain itu, Indonesia juga akan mengalami kegagalan dalam mencapai target eliminasi campak-rubella pada tahun 2023.
ADVERTISEMENT

Gencarkan Kembali Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN)

Ilustrasi anak imunisasi. Foto: Shutter Stock
Menurut Dr. Prima, solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggencarkan kembali program imunisasi anak melalui Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) 2022. Program ini terbagi menjadi dua tahap. Tahap pertama sudah dilaksanakan pada Mei 2022 lalu di luar Pulau Jawa. Sementara itu, tahap kedua akan dimulai pada Agustus 2022 di Pulau Jawa.
“Pelaksanaan BIAN harus berhasil mencapai target 95 persen untuk imunisasi tambahan campak dan rubella, dan target 80 persen untuk imunisasi kejar OPV, IPV, dan DPT-HB-Hib, agar kita dapat meningkatkan imunitas anak-anak kita dan menutup gap imunitas yang terjadi,” kata Dr. Prima.
Program BIAN 2022 terdiri dari dua kegiatan, yaitu imunisasi tambahan dan imunisasi kejar. Imunisasi tambahan berfokus pada pemberian satu dosis imunisasi campak-rubella tambahan tanpa memandang status imunisasi sebelumnya dan dapat diikuti oleh anak usia 9 bulan sampai 12 tahun. Sementara itu, imunisasi kejar bertujuan untuk melengkapi imunisasi OPV, IPV, dan DPT-HB-Hib untuk anak usia 12 – 59 bulan yang belum menerima dosis tersebut.
ADVERTISEMENT