Kata Ahli soal Dampak Long COVID-19 bagi Anak

22 April 2022 17:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dampak Long COVID-19 pada anak. Foto: Dot69/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Dampak Long COVID-19 pada anak. Foto: Dot69/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Tahun ini adalah lebaran ketiga yang harus kita rayakan di tengah pandemi COVID-19. Meski pemerintah telah memberikan kelonggaran dengan mengizinkan masyarakat untuk mudik, tentu kita tetap perlu berhati-hati jika hendak bepergian jarak jauh.
ADVERTISEMENT
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan, mudik massal yang mungkin terjadi dapat menjadi potensi bahaya penularan COVID-19 terutama pada anak-anak. Mengingat ada potensi masyarakat berkerumun selama berjam-jam bahkan berhari-hari di dalam transportasi umum.
“Mudik massal jadi bahaya potensi penularan COVID-19, di mana masyarakat berkerumun berjam-jam di dalam bus bahkan berhari-hari di dalam kapal laut. Menurut data tahun lalu, sesudah liburan terjadi peningkatan kasus COVID-19 pada anak umur 0-6 tahun,” kata Satgas Imunisasi IDAI, Prof. Dr. Dr. Soedjatmiko Sp.A(K), M.Si dalam acara Webinar Pekan Imunisasi 2022 (18/4).
Ya, anak-anak, terutama yang belum divaksin memang termasuk kelompok yang rawan terinfeksi COVID-19. Menurut Prof. Soedjatmiko, selama dua tahun pandemi, rata-rata 2-3 anak meninggal setiap harinya karena COVID-19. Sementara itu, anak-anak yang dinyatakan sembuh juga berisiko mengalami long COVID-19 yang punya dampak jangka panjang.
ADVERTISEMENT

Apa Dampak Long COVID-19 untuk Anak?

Ilustrasi anak sakit COVID-19. Foto: kwanchai.c/Shuttertock
Penelitian menunjukkan 25 persen dari anak yang sembuh dari COVID-19 berisiko mengalami long COVID-19. Artinya, jika sebanyak 800 ribu anak Indonesia pernah terinfeksi COVID-19, maka sekitar 200 ribu yang sembuh akan mengalami long COVID-19. Kondisi ini dinilai dapat mengganggu tumbuh kembang anak.
“Walaupun sudah sembuh dari COVID-19 anak Indonesia berpotensi mengalami long COVID-19 yang dapat mengganggu proses tumbuh kembang mereka. Anak jadi sering sedih, marah, depresi, mengalami gangguan tidur, sakit kepala, sering batuk, dan pilek,” jelas Prof. Soedjatmiko.
Meski dinyatakan sembuh, anak-anak bisa mengalami gejala long COVID-19 selama lebih dari 40 hari selanjutnya. Selain itu, long COVID-19 juga bisa menimbulkan dampak jangka panjang seperti, gangguan kognitif, gangguan memori, hingga gangguan nafsu makan yang bisa menyebabkan produktivitas anak menurun di kemudian hari.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, Prof. Soedjatmiko mengimbau agar orang tua melengkapi vaksinasi COVID-19 pada anak usia 6-17 tahun sebanyak 2 kali. Jika anak masih berusia di bawah 6 tahun, orang tua dan anggota keluarga lainnya juga perlu melengkapi vaksinasinya hingga dosis booster untuk membantu meningkatkan perlindungan pada si kecil, Moms.
“Kalau anak dibawah 6 tahun, orang tua dan anggota keluarga lainnya yang lebih besar sudah di vaksin COVID-19, kemudian anak yang di bawah 6 tahun tersebut sudah mendapatkan imunisasi rutin untuk menjaga atau menambah kekebalannya dari penyakit lain,” pungkas Prof. Soedjatmiko.