Kata Psikolog soal Pendampingan untuk Anak yang Jadi Korban Pelecehan Seksual

16 September 2022 16:00 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kekerasan pada anak. Foto: MIA Studio/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kekerasan pada anak. Foto: MIA Studio/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kisah pilu datang dari seorang anak perempuan berusia 12 tahun di Medan, Sumatera Utara. Sejak umur 7 tahun, ia menjadi korban pelecehan seksual oleh orang-orang terdekatnya, hingga anak tersebut kini terkena HIV.
ADVERTISEMENT
Ya Moms, kasus yang dialami korban cukup panjang. Mulanya, sejak bayi hingga berusia 7 tahun, korban tinggal bersama ibunya. Kondisinya, sang ibu telah berpisah dengan ayahnya. Di rumah yang ditinggali, ibunya tinggal bersama pacarnya yang berinisial B. Di situlah, pertama kali korban mendapat pelecehan dari B.
Setelah ibu korban meninggal dunia, korban kemudian dirawat ayahnya. Di tempat itu juga tinggal nenek korban berinisial K dan adik neneknya, yakni pria inisial CA. Di tempat itu korban diduga dicabuli CA.
Kejadian tersebut membuat sang nenek memutuskan mengajak korban ke Palembang untuk tinggal bersama keluarga lain. Sementara ayah korban kabur dari rumah dikarenakan memiliki banyak utang.
Ilustrasi kekerasan pada anak. Foto: Shutterstock
Setelah pulang dari Palembang, korban bersama neneknya kembali ke Medan. Dia tinggal bersama anak dari kakak neneknya berinisial A kurang lebih 2 tahun atau tepatnya hingga tahun 2021. A diduga merupakan seorang muncikari. Sedangkan pengakuan korban, dia bersama anak A sempat diajak menemui seorang pria lalu dijual Rp 300.000.
ADVERTISEMENT
Selama tinggal di rumah A, ia kerap mendapatkan perilaku kekerasan termasuk kekerasan seksual. Suami A berinisial Al juga ternyata adalah salah satu pelakunya. Korban mengakui juga pernah ditelanjangi, digantung dengan tulisan di lehernya bahwa dia pencuri.
Akhirnya, korban pindah ke rumah teman neneknya selama 8 bulan. Kemudian dia pindah lagi dan kini bersama keluarganya berinisial AY. Baru 3 bulan tinggal di rumah AY, korban sakit. Sudah dibawa berobat tidak membuatnya sembuh. Akhirnya, nenek korban meminta AY menghubungi Team Fortune Community untuk membantu pengobatan ke rumah sakit.
Lalu setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan, didapati bahwa korban positif HIV. Imbasnya, kondisi psikologi korban jadi terganggu, membuatnya labil dan trauma sehingga pemeriksaan oleh polisi pun belum dilakukan. Sementara kondisi fisiknya kini perlahan pulih.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi kekerasan pada anak. Foto: Shutterstock
Kisah korban yang memilukan ini mendapat banyak reaksi dari masyarakat. Lantas, bagaimana pendampingan yang sebaiknya diberikan untuk anak yang jadi korban pelecehan seksual?

Bagaimana Pendampingan untuk Anak yang Jadi Korban Pelecehan Seksual?

Menjadi korban pelecehan seksual pasti akan menimbulkan dampak psikologis yang kuat pada diri anak. Menurut psikolog anak dan remaja, Alzena Masykouri, M.Psi, pada kondisinya sekarang yang sedang mengalami trauma, sangat penting untuk mendapatkan penanganan profesional seperti psikolog klinis anak maupun dokter.
"Korban perlu dipulihkan dulu secara fisik dan juga psikis. Keluarga terdekat dan orang-orang yang berada di sekelilingnya memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa korban aman dan merasa nyaman," ujar Alzena kepada kumparanMOM.
Alzena menegaskan sangat tidak bijak apabila korban dijadikan 'tontonan' atau ditanya berulang kali mengenai peristiwa yang dialaminya. Hal ini justru bisa berdampak pada pemulihannya lebih sulit serta memperburuk kondisi psikisnya.
Ilustrasi pelecehan seksual pada anak. Foto: narikan/Shutterstock
Penting bagi orang-orang di sekeliling korban untuk memiliki kepedulian. Ya Moms, Alzena menuturkan, kepedulian merupakan kunci utama peranan masyarakat dalam menjaga dan melindungi anak-anak dari bahaya pelecehan seksual.
ADVERTISEMENT
Meski kita bukanlah keluarganya, tetapi bila melihat ada anak-anak lain yang mengalami pelecehan seperti korban, maka penting untuk melakukan pendampingan. Dan jangan lupa, koordinasikan juga perlindungan dan pendampingan ini dengan pihak-pihak berwenang, Moms.
"Jika kita peduli dengan keseharian mereka, tentu akan terlihat bila ada hal yang di luar kebiasaan. Cara bermain, cara berinteraksi. Anak pun akan merasa nyaman dengan orang yang peduli terhadap mereka dan membuat mereka merasa aman untuk bercerita bila ada yang mereka rasakan tidak benar. Koordinasi dengan pihak yang berwenang, seperti unit perlindungan perempuan dan anak di kepolisian juga sangat penting, agar langkah penanganannya tepat," tuturnya.
Sehingga, ia menegaskan yang terpenting saat ini adalah keluarga maupun yayasan/lembaga pendamping korban untuk memastikan kondisi kesehatannya pulih, serta ada penanganan khusus agar kondisinya tetap sehat. Di sisi lain, penanganan traumanya pun juga wajib dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
ADVERTISEMENT
"Akan perlu waktu panjang untuk memulihkan kondisi fisik dan psikis. Diperlukan dukungan dari orang-orang yang berada di sekitar anak agar ia dapat menjalani kehidupannya sehari-hari seperti layaknya anak seusianya dan menjaga anak ini agar ia dapat hidup sehat dan berada dalam lingkungan yang membuatnya aman," tutup Alzena.