Untitled Image

Kecerdasan Emosional Dapat Dukung Keberhasilan Anak di Masa Depan, Kok Bisa?

23 November 2021 8:30 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kecerdasan emosional akan terus berkembang seiring dengan usia anak. Ya Moms, wajar bila di usia balita si kecil belum mampu mengendalikan emosinya dengan baik. Terkadang, ia mungkin merengek ketika meminta sesuatu dan menangis saat keinginannya tidak dituruti.
Meski begitu, seiring berjalannya waktu, Anda perlu mengajarkan anak untuk bisa mengelola emosinya dengan baik. Ya, kecerdasan emosional anak perlu diasah sejak dini untuk menunjang kehidupannya di masa depan. Seseorang yang mampu mengelola emosinya cenderung punya empati yang tinggi terhadap orang lain serta bisa memaksimalkan potensi dirinya untuk menghadapi berbagai masalah kehidupan.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk membangun kecerdasan emosional anak, Moms. Salah satunya dengan social emotional learning (SEL) yang diterapkan di sekolah.
Ilustrasi anak belajar di sekolah. Foto: Shutterstock

Apa itu SEL?

Pada dasarnya, metode SEL akan membantu siswa mengembangkan soft skill yang dibutuhkan di masa depan. Konsep pembelajaran ini menetapkan lima kompetensi yang membantu anak untuk memahami dan mengenal emosi mereka.
Lima kompetensi tersebut yaitu kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan menjalin hubungan dengan orang lain, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Metode SEL juga dapat mendorong kebahagiaan siswa, terutama dalam proses belajar, Moms.
Sebagai sekolah nonprofit yang berfokus mengantarkan siswanya menjadi pribadi terbaik bagi dunia, Jakarta Intercultural School (JIS) menyadari bahwa metode SEL merupakan salah satu aspek penting untuk mendukung pembelajaran siswa. Karena itulah, melalui penerapan SEL di JIS, para siswa tidak sekadar diajarkan untuk berprestasi di akademik, mereka juga diminta untuk menerima emosi yang ada dalam setiap situasi.
Ilustrasi anak belajar di sekolah. Foto: Shutterstock

Social Emotional Learning di Jakarta Intercultural School

Penerapan SEL dapat membuat para guru Jakarta Intercultural School menyadari bahwa setiap siswa memiliki potensi yang berbeda, sehingga mereka perlu dibimbing dengan gaya belajar yang sesuai.
Setiap tahap kegiatan pembelajaran dirancang untuk mendorong interaksi siswa dalam mengemukakan pendapat, memecahkan masalah, hingga berani mengambil keputusan mengenai isu-isu sosial dan emosional. Kegiatan yang didukung oleh perangkat teknologi digital abad 21 dari Jakarta Intercultural School pun membimbing para siswa melalui serangkaian tugas yang terstruktur dan tetap menyenangkan, Moms.
Di sisi lain, karena siswa telah terbiasa mengelola emosinya dengan baik, mereka tidak malu bertanya ketika mengalami kesulitan dalam belajar. Hal ini membuat guru lebih mudah untuk memberikan penjelasan yang lebih mudah dimengerti oleh siswa tersebut. Rasa cinta belajar di kalangan siswa pun bisa tumbuh karena selama di sekolah, ia tidak merasa tertekan.
Ilustrasi anak belajar di sekolah. Foto: Shutterstock
Bahkan, saat pembelajaran jarak jauh (PJJ), para siswa JIS tetap menunjukkan kecerdasan emosional yang optimal berkat penerapan SEL. Mereka mampu mengatur waktu untuk belajar dan bermain dengan baik. Ketika memberikan pelajaran melalui Zoom, para guru JIS melihat bahwa siswa terus berkomitmen untuk menyelesaikan tugas-tugas tanpa mengesampingkan persahabatan dengan teman-teman sekelasnya.
Pada akhirnya, metode SEL dapat meningkatkan keberhasilan para siswa di sekolah maupun kehidupannya. Hal itu terlihat dari cara siswa Jakarta Intercultural School melihat sisi lain saat situasi pandemi.
Ketika mereka tidak bisa bertemu guru dan teman sekelas, belajar di rumah dapat membuat para siswa lebih dekat dengan orang tuanya. Mulai dari sarapan bersama hingga menemani belajar dan mengerjakan tugas. Waktu-waktu yang berkualitas ini pun membuat para siswa JIS merasa lebih bahagia. Dampaknya, PJJ bisa jauh lebih menyenangkan.

Student Support Team (SST) dan Learning Center di JIS

JIS menyadari, lingkungan belajar yang inklusif dapat mendukung penerapan metode SEL di sekolah. Karena itulah, guna mendukung kebutuhan belajar setiap siswa dari PAUD hingga kelas 12 SMA, Jakarta Intercultural School menghadirkan Student Support Team (SST).
Ilustrasi anak belajar di sekolah. Foto: Shutterstock
SST merupakan sekelompok profesional dari berbagai multidisiplin yang siap membantu siswa saat mereka mengalami kesulitan, baik secara akademik maupun emosional. Semua orang yang tergabung dalam SST telah mengantongi lisensi, sehingga mereka dapat menyusun strategi yang tepat untuk masing-masing siswa, Moms.
SST di JIS terdiri dari spesialis pembelajaran, terapis bicara dan bahasa, terapis okupasi, konselor sekolah, dan psikolog. Sebagai tim yang kohesif, mereka akan bekerja sama dengan guru dan orang tua untuk memantau siswa yang mungkin menunjukkan tanda-tanda keterlambatan atau kesulitan dalam pembelajaran maupun tonggak perkembangan mereka. Dengan begitu, tim SST dapat menganalisis kebutuhan siswa tersebut dan menyusun strategi rencana perawatan individual.
Jakarta Intercultural School juga meluncurkan JIS Learning Center untuk tahun ajaran 2022-2023. Terdiri dari ruang kelas intensif, JIS Learning Center dapat membantu siswa yang sedang kesulitan dalam belajar. Dipersonalisasikan dengan metode belajar di JIS yang menyenangkan dan efektif, Learning Center akan menjadi tempat yang bisa memenuhi berbagai kebutuhan fisik, perilaku, akademik, hingga sosial-emosional anak.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai JIS Learning Center, Anda dapat klik di sini. Sementara itu, untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan program sekolah yang ada di JIS, Anda dapat mendengarkan The JIS Podcast yang telah mengudara di Spotify.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan Jakarta Intercultural School (JIS)
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten