Kenapa Ada Banyak Jenis Imunisasi Anak dan Harus Dilengkapi?

22 Mei 2024 11:56 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kenapa Sih Jenis Imunisasi Anak Banyak dan Harus Dilengkapi? Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Kenapa Sih Jenis Imunisasi Anak Banyak dan Harus Dilengkapi? Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemberian imunisasi dasar lengkap merupakan salah satu upaya membentuk kekebalan tubuh anak. Sehingga, anak bisa terhindar dari penularan penyakit berbahaya, serta membantu si kecil agar tidak mudah sakit.
ADVERTISEMENT
Imunisasi dasar sudah bisa diberikan sejak bayi baru lahir, ada yang berupa suntikan dan diminum. Tujuan imunisasi dasar sendiri juga sekaligus upaya membentuk kekebalan kelompok (herd immunity), untuk mencegah penyebaran penyakit berbahaya pada orang-orang yang tidak mendapat imunisasi.
Selain imunisasi dasar, ada juga imunisasi tambahan yang perlu diberikan kepada anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sendiri menganjurkan para orang tua agar anak-anaknya bisa mendapatkan imunisasi tambahan, selain yang sifatnya adalah wajib.
"Tapi, kenapa sih imunisasi anak itu banyak banget?"
Pertanyaan ini mungkin banyak terlintas di pikiran orang tua. Ya Moms, untuk imunisasi dasar lengkap saja sudah banyak jenisnya. Belum lagi imunisasi tambahan lainnya yang perlu dilengkapi.
Namun, menurut Anggota Satgas Imunisasi IDAI, Prof. DR. Dr. Soedjatmiko, Sp.A (K), Msi, hal ini disebabkan oleh banyaknya penyakit yang beredar di tengah masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Kenapa kok imunisasi banyak jenisnya? Karena penyakitnya banyak banget, setiap penyakit vaksinnya beda. Dan dengan banyak imunisasi itu bisa merangsang kekebalan spesifik untuk melawan bakteri dan virus," tegas Prof Miko dalam webinar yang diselenggarakan IDAI, Selasa (21/5).
Ilustrasi Imunisasi. Foto: Shutter Stock
Lantas, apa saja jenis-jenis imunisasi yang perlu dilengkapi oleh anak-anak? Berikut daftar 18 penyakit dan jenis vaksinnya.
Imunisasi Hepatitis B
1. Hepatitis B (radang hati, sakit kuning, hati rusak)
Imunisasi BCG
2. TBC atau tuberkulosis (radang paru, otak, kelenjar, tulang)
Imunisasi bOPV, IPV
3. Polio (lumpuh, cacat)
Imunisasi PCV
4. Pneumonia (radang paru)
Imunisasi DPT-HepB-Hib (Penta), DT (Difteri Tetanus), Td (Tetanus difteri)
5. Difteri (jalan napas tersumbat, otot jantung rusak)
6. Pertusis (batuk lama/rejan, batuk 100 hari)
ADVERTISEMENT
7. Tetanus (kaku otot mulut, punggung, perut, dada, tidak bisa makan atau bernapas)
8. Hib (radang otak, radang paru)
Imunisasi Rotavirus
9. Muntah berak (diare, kekurangan cairan tubuh, dehidrasi berat)
Imunisasi Influenza
10. Influenza (demam, batuk pilek, sesak, radang paru)
Imunisasi Campak Rubela (MR)
11. Campak (radang paru, diare, radang otak)
12. Rubella (janin di dalam kandungan berisiko: otak kecil, buta, tuli, jantung bocor)
Imunisasi Japanese Enchepalitis
13. Japanese Enchepalitis (radang otak melalui gigitan nyamuk)
Imunisasi Varicella
14. Varisela (cacar air)
Imunisasi Hepatitis A
15. Hepatitis A (radang hati oleh virus Hepatitis A)
Imunisasi Tifoid
16. Tifoid (radang usus)
Imunisasi Dengue
17. Dengue (demam berdarah dengue, pengentalan darah, perdarahan oleh virus Dengue)
ADVERTISEMENT
Imunisasi HPV
18. Kanker leher rahim

Pentingnya Melengkapi Imunisasi Anak dengan Kondisi Khusus

Ilustrasi Imunisasi bayi. Foto: Shutter Stock
Selain itu, Prof Miko juga mengingatkan anak-anak berkebutuhan khusus, mengidap penyakit kronis seperti anak dengan kelainan jantung, ginjal, saraf, epilepsi, asma, talasemia, diabetes mellitus, hingga hipertensi, maupun bayi lahir prematur pun tetap berhak mendapatkan imunisasi. Begitu juga anak-anak berkebutuhan khusus seperti autisme, ADHD, down syndrome, disabilitas intelektual, dan lainnya.
Ia menegaskan, kelompok anak-anak tersebut tetap boleh diimunisasi selama kekebalan tubuhnya dalam kondisi normal, serta kondisi klinisnya stabil.
"Mereka justru perlu dilindungi, karena rentan terhadap penyakit menular," ucap Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia (FKUI) itu.
Anak yang seharusnya sedang jadwal imunisasi namun mengalami sedikit batuk, pilek, dan tidak demam pun boleh diimunisasi. Dan bila baru pulih dari penyakit lain, Prof Miko menyebut anak tetap boleh diimunisasi namun diberi jarak satu bulan setelah sembuh.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Prof Miko mengingatkan bahwa anak tetap wajib mendapat suntikan vaksin bila imunisasinya terlewat. Umumnya, anak akan diberi suntikan ganda pada imunisasi yang terlewat. Ia memastikan imunisasi ganda itu terbukti aman dan lebih praktis.
"Jadi, begitu ada orang tua yang sadar imunisasi anaknya enggak lengkap, dia harus dipuji. Segera dilengkapi, nanti urutannya dibantu nakes. Yang dikatakan terlambat diimunisasi itu kalau dia kena penyakit maka terlambat. Jadi, sebelum kena penyakit kita kejar terus," pungkasnya.