Ketua Satgas COVID-19 IDAI: Lebih Dari 20 Anak Meninggal Terkonfirmasi Corona

6 Juni 2020 11:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ilustrasi anak terbaring sakit karena virus corona Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi anak terbaring sakit karena virus corona Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
"Ya, hingga hari ini sudah lebih dari 20 anak meninggal karena virus corona," dr Yogi Prawira Sp.A(K) menyampaikan dengan nada prihatin saat dihubungi kumparanMOM, Jumat (5/6). dr Yogi adalah Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, dr. Yogi menyampaikan hal yang sama dalam satu diskusi tematik online yang diadakan oleh Human Initiative pada Kamis (4/6). Pada diskusi tersebut, ia lebih dulu menunjukkan beberapa data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
"Data yang saya tampilkan ini dari Kemenkes per 22 Mei lalu, total pasien anak kurang dari 18 tahun mencapai 19.196. Rinciannya, 954 OTG (Orang Tanpa Gejala), 10.375 ODP (Orang Dalam Pemantauan), 7.152 PDP (Pasien dalam Pengawasan), dan 715 terkonfirmasi positif COVID-19," ujarnya.
dr. Yogi kemudian menjelaskan bahwa dari data tersebut, ada yang dirujuk, dirawat, sebagian sembuh, namun ada juga yang akhirnya meninggal dunia.
dr Yogi Prawira Sp.A(K), Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Foto: Dok.Pribadi
"Sekitar 452 meninggal, namun dari data keseluruhan. Jadi bukan hanya yang terkonfirmasi positif tadi. Kami berusaha menganalisis mengenai penyebab kematian dan berapa persentase berdasarkan usia. Bayi itu 39 persen, paling tinggi, balita 31 persen kemudian anak usia sekolah dan remaja sekitar 26 persen," paparnya.
ADVERTISEMENT
Ya Moms, ternyata sebanyak 39 persen anak di Indonesia yang meninggal karena COVID-19 berusia 29 hari-11 bulan. Sedih sekali ya, mengetahuinya?
Lantas kenapa angka anak yang terinfeksi COVID-19 di Indonesia tinggi? Bukankah awalnya dikatakan virus corona cenderung menyerang orang lanjut usia?
dr. Yogi menjelaskan bahwa sebenarnya angka mortalitas sebelum terjadinya pandemi di Indonesia sudah cukup tinggi. Sebagai contoh, data dari tahun 2017 menyebutkan, mortalitas pada balita di Indonesia mencapai 25,4 per 1.000 sementara Malaysia hanya 8,4 per 1.000.
Angka tersebut terkait dengan 5 penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian pada anak di Indonesia, yaitu: pneumonia, cedera, diare, campak dan AIDS.
Lebih Dari 450 Anak Meninggal Karena Corona Foto: Shutterstock
Tidak hanya itu, kondisi gizi anak pun terkait. Berdasarkan data dari 2018 lalu sebanyak 30,8 persen balita di Indonesia mengalami stunting.
ADVERTISEMENT
"Artinya anak-anak Indonesia masih banyak yang mengalami gangguan atau masalah gizi yang kronik, maka imunitas terganggu. Jadi bisa dibilang, modalnya sudah bermasalah," dr Yogi mengingatkan.
Itulah kenapa, IDAI terus mengimbau semua pihak untuk mengutamakan hak sehat anak di masa pandemi virus corona ini. Tentunya termasuk kita Moms, para orang tua.
Utamakan hak sehat anak di masa pandemi COVID-19 Foto: Shutterstock
"Intinya, kita minta awareness dari masing-masing. Selama wabah belum bisa dikendalikan, jangan lengah, Jangan mengendur. Mungkin saat ini kita capek, lelah harus WFH dan mengajari anak di rumah. Tapi percayalah, itu jauh lebih ringan dibandingkan harus dipisahkan dari anak yang sakit kritis dan masuk PICU (Pediatric Intensive Care Unit) karena COVID-19," dr Yogi memberi pesan pada orang tua melalui kumparanMOM, Jumat (5/6).
ADVERTISEMENT
Ia menambahkan, "Angka kematian 2% untuk statistician mungkin tampak rendah. Tapi bayangkan, 2% dari sekian puluh juta anak usia sekolah yang berisiko terpapar dan sakit. Berapa juta anak yg akan sakit berat dan meninggal? Lalu anak siapa yang akan dikorbankan? Bukankah satu orang anak yang meninggal saja sudah terlalu banyak?"