Kisah Bayi Kembar di Buleleng, Bali, Bagaimana Kondisinya?

8 Juli 2019 14:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bayi kembar siam lahir di Buleleng, Bali. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Bayi kembar siam lahir di Buleleng, Bali. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Seorang ibu di Bali melahirkan bayi kembar siam berjenis kelamin perempuan. Bayi kembar siam itu lahir pada Rabu (3/7) sekitar pukul 13.00 WITA di RS Shanti Graha, Kabupaten Buleleng, Bali.
ADVERTISEMENT
Menurut keterangan sang ayah, Kadek Redita, sehari sebelum jadwal kelahiran, tepatnya pada Selasa (2/7), Redita mengantar istrinya, Putu Ayu Sumadi (17), ke RS Shanti Graha. Pada saat diperiksa, kabar gembira diucapkan sang dokter. Dokter, kata Redita, menyatakan bayi yang dikandung Ayu kembar dan tak ada tanda-tanda kelainan.
Redita kemudian mulai mengurus proses persalinan istrinya itu di RS Shanti Graha dengan menggunakan layanan BPJS. Dokter rumah sakit itu menyarankan Ayu melahirkan secara caesar.
"Saya pasrah, ini dari kehendak Tuhan," kata Redita, yang tinggal di Banjar Dinas Kanjanan, Desa Joanyar, Kecamatan Seririt, Buleleng, Bali itu.
Bayi kembar siam di RSUP Sanglah, Bali. Foto: Denita Br Matondang/kumparan
Ayu, kata Redita, belum mengetahui bahwa anak yang dikandungnya itu lahir dengan kembar siam. Redita dan tim dokter sengaja merahasiakannya karena kondisi Ayu masih lemah pascaoperasi caesar.
ADVERTISEMENT
Karena alasan peralatan medis yang tak memadai, tim dokter RS Shanti Graha merujuk bayi kembar siam itu untuk dibawa ke RSUD Buleleng. Ternyata di RSUD Buleleng juga sama, tidak memiliki peralatan medis yang memadai.
Bayi dari Redita dan Ayu itu akhirnya dibawa ke RSUP Sanglah. Jarak dari Buleleng ke RSUP Sanglah yang terletak di Denpasar sekitar 94 kilometer.
Kondisi Stabil, Bayi Kembar Siam di Bali Memiliki Harapan Hidup Tinggi. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
Tim dokter sendiri mengabarkan kalau bayi perempuan kembar siam yang lahir di Bulelen, Bali dinyatakan stabil. Bayi yang bagian dada hingga perut menempel tersebut masih dirawat secara intensif di ruang NICU RSUP Sanglah, Bali.
Dokter spesialis anak RSUP Sanglah, dr I Made Artana, SpA, mengatakan telah melakukan proses stabilisasi terhadap bayi selama hampir lima jam di ruang UGD. Menstabilkan meliputi temperatur tubuh, pernapasan, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Kini, bayi memiliki panjang 45 cm dan berat 4,2 kg ini sedang dipantau tim dokter berkaitan dengan organ dalam, seperti jantung, hati, saluran pencernaan, dan sebagainya.
"Sekarang kita baru berlanjut ke prediagnosis untuk mencari tahu perkembangan organ-organ apa yang masih perlu ditelusuri lebih lanjut sampai ke dalam, untuk menentukan apakah perlu melakukan penambahan support (organ dalam tambahan) terhadap bayi tersebut, apakah ada infeksi atau tidak. Sekarang masih dalam fase stabilisasi," kata Artana.
Bayi kembar siam tersebut masih ditempatkan dalam sebuah inkubator. Selang infus disematkan untuk mensuplai nutrisi. Kedua bayi itu pun telah berhasil membuang kotoran dari lubang anusnya untuk pertama kali.
Bapak dari bayi kembar siam, Kadek Rudita menunjukan foto bayinya di RSUP Sanglah, Bali. Foto: Denita Br Matondang/kumparan
Sementara itu, dokter spesialis bedah anak RSUP Sanglah, dr I Made Darmajaya, memprediksi bayi milik Kadek Redita (24) dan Putu Ayu Sumadi (17) memiliki harapan hidup tinggi. Sebab, biasanya bayi kembar siam yang mampu bertahan selama 24 jam memiliki daya tahan yang cukup baik apabila dirawat dengan intensif.
ADVERTISEMENT
"Tapi masih terlalu dini mengatakan bahwa ini pasti hidup. Namun, minimal kita bisa penjelasan bahwa di hari ketiga masih bertahan dengan tanda vital dan fungsi pencernaan yang baik," ucap Darmajaya. Meski demikian, ia tak bisa memastikan apakah dua perempuan ini dapat dipisahkan. Selain faktor daya bertahan hidup tersebut, ada bagian tubuh yang memang sulit untuk dipisahkan.
"Kalau pun ketemu dia kasus yang bisa hidup, bukan langsung dipisahkan lagi, dibuat pemetaan apakah bisa dipisah atau tidak. Banyak kembar siam yang sampai besar tidak bisa dipisah. Misalnya, ada organ tubuh belakang yang menempel," ujar dia.
"Nanti akan ada tim yang mengerjakan USG, liver, photo rontgen komposisi ususnya, dokter jantung memastikan jantungnya normal atau tidak," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Sedangkan untuk urusan biaya perawatan, Dirut RSUP Sanglah I Wayan Sudana, mengatakan semua sudah ditanggung BPJS Kesehatan. Bayi kembar siam tersebut sudah terdaftar di BPJS.
"Untuk biaya, pasien dipastikan sudah terdaftar di BPJS kesehatan. Sehingga dia tak perlu memikirkan terkait biaya tersebut," kata Sudana.
Akan tetapi, besaran biaya operasi dan perawatan bayi ini pihak RS belum bisa memperkirakan. Sebab, dalam kasus kembar siam ada banyak tahapan-tahapan medis yang akan diperlukan.
"Setiap kasus kembar siam akan berbeda-beda kasus dan cara penanganannya sehingga tidak bisa dipastikan berapa biaya dibutuhkan," ujarnya.
Ya, ayah bayi kembar siam itu sebelumnya pernah mengungkapkan kekhawatirannya terkait biaya yang harus ia bayar ke rumah sakit. Pria yang berprofesi sebagai buruh bangunan ini khawatir, penghasilannya yang sebesar Rp 60 ribu per hari tak cukup untuk melunasi biaya medis di rumah sakit. Dia berharap ada bantuan dari pemerintah setempat atau pun warga untuk kesembuhan anaknya.
ADVERTISEMENT
"Berharap ada bantuan, dari pemerintah atau warga," Redita.
Kita doakan semoga bayi kembar siam Redita dan Ayu selalu dalam kondisi stabil ya, Moms. Semoga juga, kedua orang tuanya diberikan kesehatan dan kekuatan dalam mendampingi proses medis yang dihadapi bayinya.