Kurang Kasih Sayang Orang Tua Sebabkan Tubuh Anak Pendek

1 Juli 2018 11:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ibu menggendong anak. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu menggendong anak. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Stunting atau gangguan pertumbuhan berupa kondisi anak yang bertubuh pendek memang kian jadi perhatian. Tak terkecuali, di Indonesia yang menurut data WHO masuk pada peringkat 5 dunia beberapa tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Kabar tak mengenakkan itu terjadi karena lebih dari sepertiga anak berusia balita di Indonesia, memiliki tinggi di bawah rata-rata yaitu pada 60 bulan setidaknya 120 cm. Bahkan, sampai tahun 2013 jumlah persentase stunting menyentuh 37,2%.
Ada beragam faktor penyebab stunting pada anak. Departemen Kesehatan di laman resminya menyebut, jika stunting banyak dipengaruhi mulai dari masalah asupan gizi hingga krisis politik dan ekonomi di Indonesia.
Pantas saja, pemerintah tampak serius melakukan aneka cara mengatasi masalah stunting di Indonesia. Mulai dari penggelontoran dana untuk meningkatkan infrastuktur kesehatan, pemberian gizi dan air bersih, hingga pengoptimalan peran posyandu di tiap-tiap daerah.
Ilustrasi ibu dan anak.  (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu dan anak. (Foto: Thinkstock)
Tak salah memang, tapi ada hal penting mendasar yang juga tak boleh diabaikan. Yaitu kasih sayang dalam pengasuhan pada setiap orang tua kepada anak.
ADVERTISEMENT
"Attachment (kasih sayang) berupa sentuhan dan afeksi juga tak kalah penting untuk menghindarkan anak stunting yang seringkali luput disadari," ungkap Prof. Ir. Ratna Megawangi, M.Sc, Ph.D, Founder dan Direktur Eksekutif Indonesia Heritage Foundation, di acara peluncuran End of Childhood Report 2018: The Many Faces of Exclusion oleh Save the Children kepada kumparanMOM di Kemang, Jakarta Selatan, Kamis (28/6).
Save The Children melalui gerakan global Yayasan Sayangi Tunas Cilik (YTSC), yang merupakan organisasi internasional anak independen yang berjuang untuk menyelamatkan nyawa anak, memperjuangkan hak, dan membantu mengembangkan potensi mereka. Save the Children Internasional berkantor pusat di Inggris dengan setidaknya ada 120 negara yang beroperasi di tiap negara seperti Indonesia.
Pernyataan Ratna yang juga dikenal sebagai pelopor pengembangan pendidikan holistik di Indonesia itupun, bukan tanpa dasar.
ADVERTISEMENT
Ratna menguraikan sebuah hasil penelitian yang menyatakan jika kurangnya kasih sayang atau sentuhan pada anak bisa menyebabkan stres. Apalagi, jika anak mengalami kekerasan yang bisa menyebabkan reaksi tubuh yang menghambat pertumbuhan, yakni hormon kortisol.
Dalam The Experience of Touch: Research Points to a Critical Role menguatkan, jika sentuhan berdampak besar bagi perkembangan dan pertumbuhan yang baik bagi tubuh dan pikiran.
Skin to skin ibu dan bayi. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Skin to skin ibu dan bayi. (Foto: Thinkstock)
Sesederhana skin to skin yang dilakukan sejak bayi lahir, maka efek neurokimia dalam otak akan memunculkan rasa nyaman dan bahagia.
Stunting, dikatakan pula berkaitan dengan pengerdilan psikologis meskipun anak diberi nutrisi dan perawatan yang cukup secara fisik.
John Bowlby dan Renee Spitz yang merupakan psikoanalisis seperti dikutip The New York Times, mengamati anak-anak yatim piatu dalam Perang Dunia II. Penelitian itu menunjukkan, jika ketiadaan sentuhan fisik anak menyebabkan kegagalan tumbuh kembang bayi.
ADVERTISEMENT
"Itulah mengapa, sesimpel usapan, dielus-elus, dan pelukan yang berarti kasih sayang orang tua kepada anak penting diberikan pada anak sedari kecil. Orang tua perlu mengerti itu, maka perlu awareness building tentang pengasuhan anak," ucap Ratna.