Lebih Baik Mana, Rapid atau Swab Test untuk Skrining Corona Anggota Keluarga?

10 Juni 2020 16:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ilustrasi virus corona PTR Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi virus corona PTR Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Semakin banyaknya pasien positif corona di Indonesia dan ditambah penerapan new normal saat ini, tak heran bila membuat Anda merasa cemas akan keselamatan diri dan anggota keluarga.
ADVERTISEMENT
Moms, bila Anda atau keluarga ada yang merasakan gejala seperti COVID-19, atau belum lama ini sempat kontak dengan orang yang positif terjangkit, maka melaksanakan pemeriksaan awal atau skrining adalah pilihan yang tepat untuk memastikannya.
Ada dua cara yang sering kita dengar yakni rapid test dan swab test atau Real-Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Mana yang lebih baik? Sebelum menjawabnya, kita perlu mengetahui dulu perbedaannya.
Petugas medis menunjukkan hasil negatif pada alat diagnostik cepat (rapid test) COVID-19. Foto: ANTARA FOTO/Aji Styawan

Rapid Test

Rapid test atau tes darah, menggunakan basis serologi dan paling banyak digunakan di China untuk menyeleksi pasien bergejala COVID-19. Tes ini bekerja dengan cara mencari antibodi (imunoglobulin G dan M) dalam darah sebagai bukti bahwa tubuh sedang memerangi virus.
Cara pengambilan rapid test ini, cukup dengan mengambil sampel darah dari seseorang dengan tusuk jari seperti mengetes gula darah. Hasil dari tes ini bisa didapatkan dalam waktu kurang dari 30 menit tanpa memerlukan proses kimia yang rumit oleh tenaga ahli atau analis lab.
ADVERTISEMENT
Bila setelah diperiksa di tubuh Anda terdapat infeksi virus, maka tampak adanya IgG dan IgM yang terbentuk dan jumlahnya menjadi bertambah. Dan hasilnya pun positif jika ada infeksi. Tapi ini belum atau bukan diagnosis bahwa Anda terinfeksi COVID-19, Moms. Bisa jadi demam berdarah, atau lainnya.
Karena ini belum final, Anda akan dirujuk untuk menjalani pemeriksaan lanjutan berupa swab test. Bagaimana bila hasil rapid test Anda negatif? Anda perlu mengulang rapid test 7-10 hari kemudian. Ini karena reaksi imunoglobulin yang dicek baru bisa terbaca, ketika seseorang terinfeksi paling tidak selama seminggu.
Petugas saat tes swab COVID-19 di salah satu pusat perbelanjaan modern di Kota Semarang, Jawa Tengah. Foto: ANTARA FOTO/Aji Styawan

Swab Test

Sementara pada swab test, lendir dari hidung maupun tenggorokan adalah sampel penelitiannya. Cara kerjanya langsung menargetkan antigen pada sampel swab hidung dan tenggorokan, sehingga hasilnya lebih akurat. Antigen sendiri merupakan zat yang dibawa virus atau bakteri penyebab penyakit.
ADVERTISEMENT
Proses ini akan mendeteksi asam ribonukleat (RNA) dari virus corona. Adapun sampel dari tenggorokan diambil untuk mendapatkan material yang berasal dari paru-paru. Setelah diambil, sampel pasien dibawa ke laboratorium untuk menjalani tes reaksi berantai polimerase atau PCR test.
Urutan genetik RNA dari sampel tersebut diisolasi dan disalin balik (reverse transcription) membentuk pasangan DNA. Selanjutnya hasil salinan ini diperbanyak hingga ribuan kali melalui reaksi berantai polimerase, dengan menggunakan siklus termal berulang-ulang untuk memperbanyak DNA yang diuji tersebut. Proses amplifikasi ini biasanya berlangsung hingga 35 kali dan memakan waktu antara 6 jam – 2 hari.
Lantas, mana yang lebih baik dan akurat untuk mendeteksi virus corona di dalam tubuh keluarga?
Ilustrasi positif terkena virus corona. Foto: Shutter Stock
Tes RT-PCR atau swab test merupakan metode yang menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) akurat dalam menguji virus COVID-19. Meskipun akurasinya tinggi, tapi salah satu kekurangannya adalah tes ini masih memiliki limit deteksi.
ADVERTISEMENT
Jadi jika jumlah partikel virus terlampau kecil, maka PCR akan memberikan hasil yang negatif. WHO menyatakan median durasi virus shedding adalah 14 hari yang mana pada periode tersebut, jumlah partikel virus dalam tubuh dapat berfluktuasi.
Beberapa pasien COVID-19 yang sudah sembuh bahkan dilaporkan masih menyebarkan virus setelah 22 hari. Sementara rapid test seperti yang telah disebutkan di atas, hanya mengecek antibodi yang tengah memerangi virus.
Dari keduanya dapat disimpulkan bahwa rapid test belum bisa dikatakan sebagai 'alat tunggal' dalam mendeteksi seorang dengan positif corona dalam tubuhnya. Namun hanya sebagai langkah awal, untuk kemudian sebagai petunjuk tenaga kesehatan apakah dilanjutkan ke swab test dan perlu tidaknya dirawat di RS maupun cukup isolasi di rumah masing-masing.
ADVERTISEMENT
Bila melihat dari biaya yang ditawarkan RS ---yang tidak gratis dari pemerintah, maka harga untuk swab test adalah lebih tinggi dari rapid test, Moms. Sekarang kembali pada kebutuhan Anda dan keluarga.
Adapun pemeriksaan rapid test secara cuma-cuma di puskesmas, mengutamakan melayani orang yang punya riwayat kontak dengan kasus pasien dalam pengawasan; orang yang punya riwayat kontak dengan kasus pasien konfirmasi COVID-19; dan ODP.
Sementara di beberapa RS lainnya, menyediakan layanan baik rapid maupun swab test berbayar dengan harga yang bervariasi.