
Tak heran, banyak orang tua yang mulai membiasakan anaknya untuk fasih berkomunikasi dengan bahasa Inggris sejak dini. Salah satu caranya dengan mendaftarkan anak ke sekolah internasional.
Di sisi lain, hal ini kerap menimbulkan masalah baru bagi kemampuan mother tongue atau bahasa ibu si kecil. Misalnya, anak sulit mengungkapkan pendapatnya dengan lugas menggunakan bahasa ibu, lalu lebih memilih mengutarakannya dengan bahasa Inggris.
Situasi ini juga yang menjadi perhatian salah satu guru Bahasa Inggris kelas 12 di Jakarta Intercultural School (JIS), Jodi Berry. Bertahun-tahun mengajar di sekolah internasional yang memiliki murid dari berbagai bangsa dan budaya, membuat ia menyadari bahwa sangat penting bagi sebuah sekolah untuk bisa menghargai bahasa ibu para muridnya.
“Kami mendengar cerita tentang anak-anak yang multibahasa, dan mereka yang menolak menggunakan bahasa tertentu di rumah saat mereka tumbuh dewasa. Jadi saya benar-benar merenungkan mengapa itu terjadi dan bagaimana kami dapat membantu siswa menavigasi kompleksitas tersebut, karena ini bukan hanya kompleksitas bahasa tapi juga kompleksitas identitas,” ujar Jodi dikutip dari The JIS Podcast ‘Strong Language: Multilingualism in International School’.
Menurut Jodi, saat anak menguasai bahasa internasional dan bahasa negara asal, ia tidak hanya dapat berkomunikasi dengan lancar, si kecil juga akan mengetahui identitas asli mengenai jati dirinya. Sehingga, anak lebih menghargai suatu perbedaan, baik dari segi bahasa dan budaya.
Lantas, selain memperlancar komunikasi, sebenarnya seberapa penting memberikan pendidikan bilingual kepada anak?
4 Manfaat Mengajarkan Anak Dua Bahasa Sejak Dini
1. Meningkatkan perkembangan otak
Dilansir laman Mom Loves Best, umur optimal untuk mengajarkan dua bahasa adalah sejak umur 6 bulan hingga 6 tahun. Namun yang perlu diperhatikan, sebelum Anda mengajarkan si kecil beberapa bahasa, pastikan kemampuan tumbuh kembang anak sesuai dengan kurva normal.
Pada usia 0-3 bulan, otak anak berada dalam tahap yang paling fleksibel, dan pada usia 6 bulan, mereka sudah dapat belajar bahasa kedua semudah mereka belajar berjalan dan belajar bahasa utama mereka.
Berdasarkan pemaparan dari laman Michigan State University Extension, menggunakan dua bahasa secara bergantian juga menjadi latihan yang sangat baik untuk otak anak. Anak-anak bilingual mungkin memiliki kemampuan superior untuk fokus pada satu hal yang menjadi tanda dari perkembangan kecerdasan kognitif yang baik.
2. Lebih menghargai budaya dan kelompok lain
Bahasa tidak hanya menjadi alat komunikasi, tapi juga dapat membentuk kesadaran anak terhadap identitasnya. Rasa ingin tahu lebih dalam mengenai identitas yang dimilikinya pun dapat tumbuh.
Misal, dengan mengetahui bahwa teman dari berbagai daerah memiliki tradisi dan adat masing-masing, anak akan tertarik mencari tahu apa tradisi dan adat yang dimiliki daerahnya.
Selain itu, kesadaran bahwa teman-temannya memiliki latar belakang berbeda dapat menumbuhkan rasa empati. Anak akan belajar untuk memahami dan menempatkan diri saat menghadapi budaya berbeda.
3. Meningkatkan kemampuan komunikasi
Sebagai seorang bilingual, anak akan lebih lugas dan percaya diri saat berkomunikasi dengan orang lain yang memiliki bahasa berbeda. Soft skill ini tentunya akan membuka peluang yang lebih besar untuk anak melanjutkan pendidikan ke sekolah favorit serta peluang kerja yang lebih luas.
Belajar bahasa berarti juga belajar budaya. Sehingga anak-anak bilingual biasanya memiliki peluang yang lebih tinggi untuk menjalin relasi dekat dengan teman selain budaya asalnya.
4. Anak lebih mudah beradaptasi
Adaptasi dan dapat menyesuaikan diri dengan segala situasi menjadi bekal anak untuk tumbuh di masyarakat. Tidak hanya dengan orang lain yang berbeda bahasa dan budaya, tapi juga orang dari bahasa yang sama namun berbeda latar belakang.
Hal ini pun disadari oleh Jakarta Intercultural School (JIS). Sebagai sekolah yang memiliki siswa multikultural dari berbagai negara, sejak dulu JIS selalu mendukung anak-anak didiknya dengan mengadakan program-program yang dapat menunjang pembelajaran budaya dan bahasa, termasuk bahasa ibu.
Melalui English as an Additional Language (EAL) Program yang berada di bawah Student Support Team, JIS akan membantu siswa yang bahasa pertamanya bukan bahasa Inggris untuk mencapai kemahiran membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan dalam bahasa Inggris. Nantinya guru EAL akan menyediakan materi, berkolaborasi dalam merancang program dan mengembangkan strategi di dalam kelas, dan aktif mengajak murid untuk praktik di kelas.
Ada juga Speech and Languages Services untuk murid tingkat SD sampai SMP kelas 8. Bersama Speech-Language Pathologists, JIS melakukan pendampingan bagi siswa yang mengalami kesulitan berkomunikasi, baik artikulasi maupun kelancaran dalam berbahasa.
Demi memperkenalkan keanekaragaman budaya Indonesia, JIS mengadakan acara Indonesia Week dengan tema berbeda setiap tahunnya. Selama 3-5 hari, siswa akan diajak aktif menggunakan bahasa Indonesia, mengikuti workshop seni tradisional seperti gamelan, hingga mengenakan kostum tradisional.
Selain Indonesia Week, JIS juga memiliki program untuk belajar budaya internasional, seperti Uniting Nations Day (untuk SMP & SMA) dan Uniting Nations Week (untuk SD, selama 3 hari). Di sini, para siswa, guru, hingga orang tua murid dapat mengenal budaya dari negara lain lewat booth-booth dari berbagai negara yang mewakili keanekaragaman siswa JIS.
“Saya ingin siswa menghargai bahasa Inggris dengan aksen mereka yang indah. Dan saya juga ingin orang tua mencintai bahasa ibu dan mengajar anak-anak mereka untuk mencintai bahasanya,” pungkas Jodi.
Yuk, simak selengkapnya di The JIS Podcast di sini. Selain penjelasan Jodi Berry, The JIS Podcast juga menghadirkan narasumber lain, mulai dari siswa, pengajar, hingga staf sekolah yang akan berbagi informasi inspiratif dan inovatif seputar Jakarta Intercultural.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan Jakarta Intercultural School