Mengenal Parechovirus, Virus Berbahaya yang Menyerang Bayi di Amerika Serikat

11 Agustus 2022 10:08 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bayi sakit. Foto: Simplylove/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi sakit. Foto: Simplylove/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada Juli lalu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengeluarkan peringatan kesehatan untuk dokter di beberapa negara bagian di Amerika Serikat tentang virus yang berpotensi membahayakan bayi. Hal tersebut disebabkan adanya laporan mengenai infeksi parechovirus (PeV) dan kematian pada satu bayi baru lahir di Connecticut, Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Scary Mommy, kematian seorang bayi bernama Ronan Delancy tersebut terjadi pada Juni 2022. Pada usianya yang masih 8 hari, ia tertular PeV dengan menunjukkan beberapa gejala, seperti ruam di wajah, dada memerah, sering menangis, kejang, hingga akhirnya koma. Setelah bertahan hidup selama kurang lebih 20 hari, ia akhirnya meninggal dunia.
PeV bukanlah virus baru. Mengutip Healthline, PeV adalah patogen atau kuman yang umum pada anak-anak. Patogen tersebut memiliki empat spesies virus. Namun, hanya satu yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia, yaitu PeV-A. PeV-A juga memiliki beberapa jenis, salah satunya adalah PeV-A3 yang sering dikaitkan dengan penyakit parah pada bayi.

Gejala Infeksi Parechovirus

Ilustrasi demam merupakan salah satu gejala infeksi PeV. Foto: Shutterstock
Menurut Andrea Berry, dokter anak penyakit menular di Rumah Sakut Anak Universitas Maryland, Amerika Serikat, PeV dapat menyebabkan berbagai gejala, mulai dari gejala ringan hingga parah. Namun, gejala parah dari PeV lebih jarang terjadi.
ADVERTISEMENT
Pada bayi usia 6 bulan sampai anak usia 5 tahun, infeksi PeV biasanya menyebabkan beberapa gejala, seperti infeksi saluran pernapasan atas, demam, dan ruam di kulit. Sementara itu, pada bayi usia di bawah 3 bulan, infeksi virus ini dapat menimbulkan penyakit yang lebih berat, seperti sepsis, kejang, dan meningitis.

Bagaimana Proses Penularan Parechovirus?

Ilustrasi virus PeV. Foto: Shutter Stock
Menurut CDC, orang yang terpapar PeV dapat menularkan virus tersebut melalui kotoran dan droplets, baik bergejala maupun tidak. Penularan melalui droplet terjadi selama 1 – 3 minggu setelah orang tersebut terinfeksi. Sementara itu, penularan melalui kotoran dapat terjadi hingga 6 bulan setelah infeksi terjadi.
Beberapa penelitian telah menemukan bahwa PeV-A cenderung menular pada musim panas dan gugur. Namun, hal tersebut tak menutup kemungkinan bahwa virus tersebut dapat menyebar pada musim apa saja layaknya COVID-19.
ADVERTISEMENT

Cara Menjaga Bayi dari Paparan Parechovirus

Ilustrasi ibu dan bayi. Foto: Shutter Stock
Pandemi COVID-19 mengajarkan kita untuk lebih berhati-hati terhadap penularan virus. Meski PeV masih ditemukan di Amerika Serikat, orang tua tetap perlu waspada dan melakukan langkah pencegahan agar si kecil tidak terpapar virus tersebut.
Menurut dr. Berry, langkah pencegahan PeV sama seperti penyakit pada umumnya. “Pada umumnya, anak yang sakit tidak boleh bermain dengan anak lain, apalagi jika sedang demam. Namun, karena penyakit parah (dengan infeksi PeV) sangat jarang, saya tidak berpikir kita harus mengambil tindakan pencegahan tambahan untuk mencegah penularan parechovirus saat ini,” jelasnya.
Dr. Berry menambahkan, jika bayi berusia di bawah 3 bulan mengalami gejala tersebut, orang tua harus segera membawanya ke dokter.
ADVERTISEMENT
“Bayi tidak dapat berbicara kepada kita dan memberitahu kita gejalanya. Kadang ia hanya demam dan sakit ringan. Di lain waktu, mungkin ada infeksi yang lebih serius, seperti meningitis, yang memerlukan rawat inap dan perawatan suportif,” pungkasnya.