Penjelasan Ilmiah Kenapa Anak dan Ibu Hamil Paling Rentan Terdampak Polusi Udara

19 Agustus 2023 16:38 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak pakai masker. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak pakai masker. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Polusi udara yang kian parah setiap harinya di wilayah Jakarta dan sekitarnya masih menjadi kekhawatiran para orang tua. Terlebih, banyak orang tua yang mengeluhkan bahwa sang anak mengalami masalah batuk pilek yang tak kunjung sembuh dalam waktu lama.
ADVERTISEMENT
Fenomena peningkatan batuk pilek pada anak ini juga disampaikan langsung oleh Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia, Dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K).
“Akhir-akhir ini kita memang menemukan kasus batuk pilek atau selesma itu angkanya cukup meningkat signifikan. Apakah itu karena polusi atau infeksi virus itu belum tahu. Ada beberapa isu PLTU dan lain-lain kita enggak tahu pasti apa yang terjadi. Yang jelas bahwa anak-anak kita memang perlu strategi untuk menjaga mereka untuk tetap tumbuh kembang dengan baik,” ujar dr. Piprim dalam acara seminar media yang diselenggarakan IDAI secara daring pada, Jumat (18/8).
Meski masih belum jelas apa penyebab masalah batuk pilek yang meningkat pada anak-anak, kualitas udara yang buruk belakangan ini penting untuk mendapatkan perhatian lebih. Mengingat, polusi berpotensi mengubah komposisi udara sehingga dapat memicu berbagai masalah jika terhirup. Apalagi, IDAI juga menyampaikan bahwa anak-anak dan ibu hamil sangat rentan terhadap risiko polusi udara.
ADVERTISEMENT
“Ada kelompok utama yang paling terdampak, yaitu anak-anak. Kemudian ibu-ibu hamil terutama, kalau ini kaitannya dengan polusi yang ada dalam rumah,” ungkap Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirasi IDAI, dr. Darmawan Budi Setyanto, SpA(K).

Kenapa Anak dan Ibu Hamil Lebih Rentan Terhadap Risiko Polusi Udara?

Ibu hamil rentan terhadap polusi udara. Foto: Shutter Stock
Menurut data WHO, polusi udara hampir dialami seluruh penduduk dunia, 99 persen manusia menghirup udara yang melewati batas keamanan. Sementara, laporan UNICEF mengungkapkan, polusi udara menjadi penyebab kematian sekitar 600 ribu anak per tahunnya.
“Anak yang menyebabkan salah satu ter-rentannya adalah karena dia dalam fase tumbuh dan kembang. Pada ibu hamil, semakin muda usia (janin) saat terpapar dengan zat yang membahayakan misalnya polutan, itu menyebabkan inflamasi atau peradangan bukan hanya pada organ pernapasan, termasuk melewati plasenta masuk ke janinnya,” kata dr. Darmawan.
ADVERTISEMENT
Anak-anak juga dianggap lebih rentan karena secara fisiologis, mereka bernapas dengan laju yang lebih besar. Sehingga, jika dihitung per-kilogram berat badannya, anak-anak menghirup udara lebih banyak yang kemungkinan banyak mengandung polusi seperti saat ini.
Paparan polusi udara dapat menyebabkan dampak negatif pada anak-anak. Mulai dari masalah kesehatan, gangguan proses belajar mengajar, hingga kesejahteraannya secara umum. Sementara pada ibu hamil, polusi udara bisa meningkatkan risiko kelahiran prematur atau berat bayi lahir rendah. Kemudian jangka panjangnya kesuburan ibu bisa terganggu dan meningkatkan kesakitan selama kehamilan.
Lantas, apa yang bisa dilakukan untuk melindungi anak dan ibu hamil dari risiko polusi udara?