Pentingnya Pola Asuh Tepat untuk Dukung Perkembangan Sosial Emosional Anak

29 Juni 2022 12:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
11
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak bersama ayah dan ibu. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak bersama ayah dan ibu. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pembatasan sosial dan fisik akibat pandemi Covid-19 menimbulkan masalah kesehatan yang memengaruhi perkembangan emosional dan mental anak. Ya, anak-anak usia dini misalnya, kehilangan kesempatan untuk berinteraksi dengan anak-anak seusianya. Padahal, hal itu merupakan tonggak penting bagi perkembangan sosial emosional anak.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, momen transisi saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk mengasah dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak, terutama dalam perkembangan sosial dan emosionalnya.
Pada dasarnya, anak-anak bergantung pada orang dewasa untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Mereka pun juga membutuhkan lingkungan yang suportif untuk merangsang dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Dalam hal ini, keluarga adalah support system atau lingkungan terbaik untuk membantu tumbuh kembang anak.
Ilustrasi anak. Foto: Shutterstock
Dokter spesialis anak konsultan tumbuh kembang, Dr. dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A(K), MPH menjelaskan bahwa aspek sosial dan emosional sangat penting bagi anak untuk mencapai semua aspek kehidupannya. Maka dari itu, penting untuk orang tua memiliki pemahaman yang baik mengenai perkembangan sosial emosional anak, khususnya di masa transisi pasca pandemi saat ini.
ADVERTISEMENT
“Bagi anak-anak, kebingungan menghadapi perubahan ruang dan rutinitas baru saat kembali menjalani kehidupan dan interaksi sosial dapat meningkatkan masalah sosial emosional yang dampaknya bisa berbeda-beda, tergantung dengan usia anak dan lingkungannya,” jelasnya, dalam webinar bertajuk ‘Kiat Keluarga Indonesia Optimalkan Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi’ yang diselenggarakan oleh Danone Indonesia, Selasa (28/6), dalam rangka memeringati Hari Keluarga Nasional yang tepat hari ini.
Dengan demikian, penting untuk orang tua mengetahui pola asuh yang tepat untuk mendukung perkembangan sosial emosional anak di masa transisi saat ini. Seperti apa?
Ilustrasi anak belajar dari rumah. Foto: Shutterstock

Kata Ahli soal Pola Asuh yang Tepat untuk Dukung Perkembangan Sosial Emosional Anak di Masa Transisi

Survei BKKBN menemukan bahwa selama masa pandemi Covid-19, sekitar 71,5 persen pasangan suami istri telah melakukan pola asuh kolaboratif, 21,7 persen mengatakan istri dominan, dan 5,8 persen hanya istri saja.
ADVERTISEMENT
Ya Moms, pola asuh kolaboratif bisa membantu orang tua untuk meningkatkan perkembangan sosial emosional anak. Sebab, membesarkan, merawat, dan mendidik anak bukan hanya tugas istri atau ibu saja, melainkan juga tugas bersama (suami).
Ilustrasi Ibu untuk anak. Foto: Odua Images/Shutterstock
Di sisi lain, data UNICEF mengungkapkan bahwa selama pandemi ini orang tua mengalami peningkatan stres dan depresi yang berkepanjangan. Akibatnya, hal tersebut akan memengaruhi dan menghambat kemampuan orang tua untuk mengatasi emosi dan kebutuhan psikologis anak.
Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr. Irma Ardiana, MAPS mengatakan bahwa gaya pengasuhan memengaruhi perkembangan kognitif, emosional, dan sosial anak.
Pengasuhan bersama perlu menekankan komunikasi, negosiasi, kompromi, dan pendekatan inklusif untuk mengambil keputusan. Sebab, pola asuh yang tepat dari orang tua dinilai mampu membentuk anak yang hebat dan berkualitas di masa depan.
ADVERTISEMENT
“Pengasuhan bersama ayah dan ibu menawarkan cinta, penerimaan, pengharagaan, dorongan, dan bimbingan kepada anak-anak,” kata dr. Irma, dalam kesempatan yang sama.
Oleh karena itu, agar anak-anak dapat memiliki keterampilan sosial emosional dan kemampuan berpikir yang baik, maka orang tua perlu memantau perkembangan sosial emosional anak secara berkala, serta memberikan stimulasi dan nutrisi yang tepat. Misalnya, memerhatikan nutrisi di 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang sangat memengaruhi kecukupan nutrisi dan kemampuan berpikir dan sosial anak, yang dimulai dari masa kehamilan sampai usia 23 bulan.