Sriwijaya Air Jatuh, Bagaimana Cara Membantu Keluarga Korban? Ini Kata Psikolog

11 Januari 2021 17:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana di lokasi pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ 182 pada Minggu (10/1) Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di lokasi pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ 182 pada Minggu (10/1) Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 pada Minggu (10/1) menjadi berita kelam di awal tahun bagi kita semua. Hal ini tentunya juga membuat keluarga korban menghadapi kedukaan mendalam. Apalagi proses pencarian korban belum selesai.
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi pun turut memantau perkembangan pencarian korban. Jokowi memerintahkan pencarian dilakukan secepatnya.
Atas nama pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia, Jokowi juga menyampaikan duka cita yang mendalam bagi keluarga penumpang maupun kru pesawat.
Bagaimana dengan Anda? Apakah juga mengenal keluarga atau kerabat korban pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh di Kepulauan Seribu ini, Moms? Bila ya, coba lah untuk memberi mereka bantuan.

Bantuan yang Diperlukan Keluarga Korban

Keluarga kopilot Sriwijaya Air nomor register PK-CLC SJ 182 Diego Mamahit mendatangi Posko Ante Mortem-DVI Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Minggu (10/1). Foto: Fathur Rochman/ANTARA
Anna Surti Ariani S.Psi., M.Si, Psi, Ketua Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia wilayah Jakarta menjelaskan, sebenarnya bantuan yang paling dibutuhkan oleh para keluarga korban pada saat ini adalah bantuan dukungan psikologis awal.
"Yang diperlukan P3K Psikologis atau istilahnya dukungan psikologis awal, yaitu serangkaian keterampilan dan pengetahuan yang digunakan untuk membantu orang yang berada dalam kondisi stres agar jadi lebih tenang dan merasa didukung untuk menghadapi permasalahan dan tantangannya dengan lebih baik," ujar Anna Surti yang biasa disapa Nina.
ADVERTISEMENT
Nina menambahkan, karena ada beberapa kekhususan dalam pelaksanaan P3K Psikologis, ada baiknya orang yang melakukannya sudah mendapat pelatihan.
Namun, kita juga dapat mencoba memahami bagaimana cara memberi dukungan psikologis awal ini, Moms. Seperti apa contohnya?

Saran Psikolog Tentang Dukungan Bagi Keluarga Korban

Saran Psikolog Tentang Dukungan Bagi Keluarga Korban Foto: Thinkstock
1.Perhatikan Hal yang Mendasar
Menurut Nina, hal pertama yang perlu dilakukan untuk memberi dukungan bagi keluarga korban adalah memperhatikan kondisinya. Apakah mereka sedang merasa sangat syok? Belum atau tidak ingat makan dan minum? Merasa kedinginan?
"Tidak usah pikir yang jauh-jauh, cermati dulu hal-hal yang mendasar seperti ini. Karena bila memang sesuai kebutuhan, yang mendasar ini akan sangat membantu," ujar Nina.
2.Pastikan Keselamatan dan Keamanan
Yang kedua yang perlu jadi perhatian adalah kemungkinan bahaya. Misalnya saat keluarga korban sedang menangis terus-menerus sehingga tidak sadar di dekatnya ada potensi bahaya.
ADVERTISEMENT
Entah itu saat ia hendak menyebrang jalan, ada barang-barang yang mudah pecah di sekitarnya, atau karena tengah panik ia tidak sadar melepas masker yang dikenakannya di tempat umum.
Nina mengingatkan, "Dalam kesedihan mendalam, keluarga korban kerap kurang awas dengan keselamatan dan keamanan dirinya sendiri. Kita dapat membantu di sini."
Keluarga korban butuh dukungan, bukan serbuan pertanyaan Foto: Pixabay
3.Hadir Tanpa Perlu Banyak Bertanya
Hindari bertanya terlalu banyak atau macam-macam. Sebab menurut Nina, dalam kondisi kedukaan mendadak seperti ini, keluarga korban belum bisa atau ingin menjawab pertanyaan kita. Alih-alih mereka jadi merasa lebih sedih, bingung atau tertekan.
"Duduk saja di sampingnya, hadir untuk mereka. Kalau hubungannya dekat, bisa memberi pelukan, belaian, atau genggam tangan, tanpa perlu bertanya macam-macam," saran Nina.
ADVERTISEMENT
4.Ucapkan Sesuatu yang Netral
Bila merasa perlu menyampaikan sesuatu, sampaikan hal-hal netral yang dapat lebih menenangkan. Misalnya “Saya ikut mendoakan yang terbaik.”
"Yang netral saja, karena kondisinya bisa berbeda-beda untuk setiap keluarga. Misalnya bisa saja keluarga korban belum dapat menerima kondisi ini atau masih bingung karena berita simpang siur," kata Nina.
5.Tawarkan Bercerita Tapi Jangan Dipaksa.
Kita juga dapat menawarkan keluarga korban untuk bercerita. Tapi bukan mengorek atau memaksa ya, Moms!"
Nina memberi contoh, "Kalau yang bersangkutan sudah tenang, bisa bilang 'Kalau kamu mau cerita, silakan telepon aku kapan saja. Jangan sungkan, ya. Kabari saja kalau ada yang dapat kubantu.' Cukup begitu."