Telinga Bayi Bau, Ciri Radang Telinga Tengah

11 Januari 2020 18:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bayi menggaruk telinga Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi menggaruk telinga Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Moms, pernahkah Anda mencium salah satu telinga bayi dan ternyata beraroma tak sedap, sementara telinga lainnya tidak tercium aroma apa pun? Jika ya, tak perlu khawatir, sebab kondisi ini lumrah terjadi pada sebagian besar bayi.
ADVERTISEMENT
DR.dr. Fauziah Fardizza, Sp.T.H.T.K.L (K), dokter spesialis telinga, hidung, tenggorokan, serta kepala dan leher ini mengatakan bahwa telinga bayi bau karena adanya serumen, yakni kotoran yang berfungsi melindungi telinga dari benda asing dan infeksi. Jika kondisi ini dialami oleh bayi baru lahir, bisa saja bau itu berasal dari sisa-sisa cairan yang tertinggal saat proses persalinan, Moms. Misalnya, sisa air ketuban.
"Produksi serumen atau wax dari tiap telinga berbeda dan mengeluarkan bau yang khas untuk mencegah serangga masuk," kata dr. Fauziah saat dihubungi kumparanMOM, Kamis (9/1) lalu.
Ilustrasi bayi menggaruk telinga Foto: Shutter Stock
Dokter yang praktik di RS Brawijaya Duren Tiga, Jakarta Selatan ini kembali menjelaskan, bau tersebut aman dan tidak berbahaya selama bayi tidak memberikan reaksi seperti rewel ataupun demam. Selain itu, perhatikan juga bila disertai keluarnya cairan kental yang berbau dari telinga. Kemungkinannya, si kecil mengalami otitis media akut (OMA), alias radang telinga tengah.
ADVERTISEMENT
Dokter yang akrap disapa dr. Ezzy ini pun kemudian menjelaskan terdapat 5 stadium OMA, sebagai berikut:
1. Stadium oklusi tuba eustachius
Mulanya ditandai dengan saluran dari telinga ke daerah belakang telinga (tuba eustachius) tersumbat. Kemudian, gendang telinga bayi akan tertarik karena tekanan negatif di ruang telinga tengah. Sehingga kondisi ini berisiko akan masuk ke stadium berikutnya.
2. Stadium hiperemis
Peralihan dari stadium 1 ke 2, kata dr. Ezzy, anak akan menunjukkan tanda seperti kesakitan atau rewel karena pembuluh darah yang melebar. Kondisi ini bisa terjadi secara tiba-tiba, misalnya saja si kecil terbangun dari tidurnya karena telinganya tak nyaman. Gendang telinga juga akan berwarna kemerahan. Dalam kondisi ini, biasanya bayi akan demam atau menangis terus-menerus.
Ilustrasi bayi menangis. Foto: Shutter Stock
3. Stadium supurasi
ADVERTISEMENT
Kondisi ini ditandai dengan membran timpani menonjol ke arah liang telinga luar. Bayi yang mengalami kondisi ini tidak lagi merasa kesakitan, namun telinga akan terasa tertutup. Bahkan, ia akan sulit tidur karena tidak nyaman dengan telinganya itu.
4. Stadium perforasi
Pada stadium ini terjadi ruptur atau pecahnya membran timpani, sehingga nanah keluar dari telinga tengah ke liang telinga. Cairan yang keluar biasanya juga bercampur dengan darah karena pembuluh darah yang ada di membran telinga juga ikut pecah. Pada kondisi ini, demam yang dialami bayi secara perlahan mulai turun.
5. Stadium resolusi
Pada kondisi ini, biasanya membran timpani akan berangsur normal. Perforasi membran timpani dapat menutup dan sekret purulen tidak ada lagi.
ADVERTISEMENT
Pada sebagian besar kasus, OMA bisa sembuh dengan sendirinya, Moms. Namun tak ada salahnya mendatangi dokter bila Anda masih ragu. Dokter mungkin akan memberikan obat pereda nyeri.
Ilustrasi bayi menggaruk telinga Foto: Shutter Stock