Tips Ciptakan Suasana Rumah yang Menyenangkan Selama Pandemi

23 November 2020 20:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tips menciptakan suasana menyenangkan di rumah. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Tips menciptakan suasana menyenangkan di rumah. Foto: Shutterstock
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pandemi corona hingga kini belum usai. Beberapa kegiatan seperti sekolah ataupun bekerja juga masih dilakukan di rumah. Bagi yang bisa beradaptasi dengan cepat, kebijakan untuk karantina pribadi hingga akhir pandemi ini mungkin bisa diatasi dengan cepat. Namun bagi sebagian lainnya, segala perubahan yang terjadi setelah pandemi juga bisa menimbulkan tekanan.
Rasa bosan yang awalnya muncul akibat keterbatasan aktivitas dan rutinitas yang sama di rumah ditambah taruhan akan finansial dan kesehatan akibat pandemi, lama-kelamaan bisa memicu stres. Bila dibiarkan, hal ini juga bisa meningkatkan risiko munculnya kerenggangan di tengah keluarga.
Psikolog anak & keluarga, Irma Gustiana M.Psi, P.si menjelaskan, kerenggangan di rumah tangga akibat stres pandemi ini dapat menjadi salah satu pemicu meningkatnya angka perceraian hingga KDRT.
“Ada penelitian dari komunitas tertentu yang concern sekali dengan isu-isu perkawinan dan KDRT, memang (pandemi COVID-19) berpotensi sekali mengakibatkan KDRT kemudian perceraian. Karena kita tidak bisa memungkiri, finansial juga ada keterbatasan, akses lain terbatas. Ini sebetulnya memicu stres dan karena dua-duanya tidak bisa saling mengalah, jadi memicu deh kesalahan lampau tercetus lagi di masa kritis sekarang,” ungkapnya dalam sesi Positive Talks Sun Life Indonesia dan kumparan ‘Selalu Bahagia #diRumahAja Bersama Keluarga’, Sabtu (2/5).
“KDRT juga bisa pada pasangan atau anak-anak, baik lisan maupun fisik,” tambahnya.
Psikolog anak & keluarga, Irma Gustiana M.Psi, P.si. Foto: Dok. Sun Life
Menurut Irma, dampak negatif akibat stres ini bisa ditangani dengan menerapkan aktivitas positif dan menyenangkan di rumah. Sebab, banyak dampak baik yang dapat kita petik saat bisa menghabiskan banyak waktu dengan keluarga, mulai dari kesempatan untuk bonding, mengembangkan kepedulian dan empati, hingga belajar lebih bersyukur.
Memang tidak mudah dan harus ada kerjasama dengan anggota keluarga lainnya untuk menciptakan suasana yang menyenangkan di rumah. Untuk itu, ada beberapa cara yang bisa dilakukan selama di rumah aja, di antaranya:

1. Berdamai dengan keadaan

keluarga. Foto: Shutterstock
Lelah fisik dan psikis, ditambah rasa stres akibat pertanyaan mengenai kapan berakhirnya pandemi yang terus muncul di pikiran memang lumrah. Namun bukan berarti kita harus pasrah dan membiarkan rasa resah menguasai hingga akhirnya mempengaruhi anggota keluarga yang lain.
Moms, berdamai dengan keadaan bisa dilakukan dengan cara mencoba memahami emosi yang kini sedang dirasakan, baik pada diri sendiri maupun orang lain. Dengan begitu, Anda bisa lebih mudah mencari penyelesaian saat masalah timbul di tengah keluarga.
Selain itu, batasi diri dengan berbagai informasi yang ada di media sosial, terutama berkaitan dengan pandemi. Bila sudah terlanjur merasa resah, lakukan meditasi atau berdiam diri sejenak untuk menenangkan diri serta meminimalisir rasa cemas.
Dan yang tidak boleh terlupakan, di tengah situasi yang tidak menentu ini, Anda harus tetap aktif bersosialisasi dengan keluarga. Anda bisa membangun suasana positif di rumah dengan mengajak keluarga melakukan berbagai kegiatan menyenangkan, seperti olahraga bersama, mendekorasi ulang rumah, memasak makanan favorit, atau sekadar ngobrol santai.

2. Menjaga hubungan yang sedang dengan pasangan

Jaga keharmonisan dengan pasangan. Foto: Shutterstock
Seperti yang telah dijelaskan oleh Psikolog Irma sebelumnya, situasi pandemi yang meresahkan ini menjadi salah satu pemicu meningkatnya kasus perceraian dan KDRT. Penyebabnya paling banyak adalah karena ego yang sama-sama tinggi, ditambah rasa stres akibat ancaman kesehatan dan ketidakstabilan finansial.
Untuk itu, menjaga hubungan yang sehat dengan pasangan juga menjadi hal terpenting. Bagaimana caranya? Salah satunya adalah dengan saling memahami dan selalu meluangkan waktu untuk saling mendengarkan tanpa memberi sanggahan atau memaksakan kehendak.
"Kita harus realistis karena harapan kadang tidak sesuai dengan kenyataannya, sehingga harus mencoba untuk memaklumi dan mentolerir sebenarnya. Sebab masing-masing butuh belajar,” ungkap Irma.
“Dan dalam konsep keluarga, dengan anak saja kita butuh waktu untuk mengenali, apalagi dengan pasangan yang biasanya kita kenal dia saat umurnya 25 tahun ke atas. Jadi kuncinya itu di komunikasi,” tambah psikolog yang juga akrab disapa Ayank ini.
Meski sudah memiliki buah hati, tidak ada salahnya tetap meluangkan waktu berdua saja untuk lebih mengenal karakter pasangan. Misalnya dengan menyusun acara candle light dinner berdua saat anak sudah tidur, memasak bersama, hingga ngobrol ringan sambil bertukar pikiran sebelum tidur.

3. Mencoba mendengarkan anak

Ilustrasi ibu dan anak. Foto: Shutterstock
Tak hanya orang dewasa, anak-anak pun bisa merasa cemas dan stres. Selain jenuh, biasanya rasa stres pada si kecil ini muncul akibat kehilangan rutinitas harian yang biasa ia lakukan, sehingga ia pun harus beradaptasi lagi dari awal. Namun bukan hanya itu, sikap orang tua yang emosional pun bisa menjadi salah satu pemicunya.
Irma menjelaskan bahwa sikap orang tua yang kerap memaksakan kehendak untuk mengikuti segala aturannya membuat si kecil rentan stres dan tertekan. “Ditambah ketidakkonsistenan orang tua dalam membuat aturan, sehingga rentan munculnya standar ganda. Ketika ada standar ganda, anak jadi bingung harus bersikap seperti apa,"
Orang tua tentunya harus peka dengan gejala yang muncul saat anak merasa tertekan, sebab anak juga bisa jadi tertutup dan sulit mengutarakan perasaannya saat terpojok. Nah, biasanya stres pada anak diikuti dengan beberapa masalah kesehatan, Moms, seperti jam tidur yang jadi tidak teratur, kehilangan nafsu makan, sulit diajak bekerjasama, malas beraktivitas, serta lebih agresif dan mudah mengamuk.
Anda bisa mulai mengajak si kecil mengobrol tentang bagaimana perasaannya saat di rumah dan biarkan anak berkeluh kesah tanpa membuatnya merasa tertekan. Untuk anak yang sudah beranjak dewasa, tak ada salahnya memberinya waktu pribadi tanpa interupsi dari orang lain karena ia pun butuh ‘me time’ untuk menenangkan dirinya.
“Proses menerima ini bisa membuat dia (anak) merasa dipahami, sehingga kita bisa menguatkan, dan mencoba memahami apa yang dirasakan anak,” ujar Irma.

4. Menghabiskan banyak waktu dengan anak

Ilustrasi keluarga bahagia. Foto: Shutterstock
Physical distancing menjadi momen yang pas untuk Anda membangun suasana yang positif saat di rumah aja bisa. Salah satu caranya adalah dengan membuat banyak aktivitas menyenangkan di rumah yang melibatkan anak-anak.
Bagi si kecil usia balita, Anda dapat mengajak anak untuk bermain peran atau role play sesuai dengan tokoh favoritnya, membacakan dongeng, atau mengajak anak bermain dengan hewan peliharaan untuk menumbuhkan rasa empatinya. Bila anak sudah memasuki usia sekolah, Anda bisa mengajaknya ikut kegiatan yang lebih kompleks seperti menyusun puzzle bersama, memasak hidangan favorit, olahraga, atau menonton film kesukaan anak.
Selain bermain, anak usia sekolah tentu tetap butuh waktu belajar, Moms. Selain menciptakan ruang belajar yang nyaman sehingga anak lebih mudah fokus, Anda bisa menjadi guru pengganti untuk menemani anak agar lebih semangat dalam belajar.
“Kalau tugas banyak, anak terkadang sulit mencernanya. Anda bisa membantunya memilah-milah untuk menjadi tugas yang lebih kecil. Lalu penting juga untuk memahami kebiasaan belajar anak karena setiap anak punya kebiasaan yang berbeda,” tutup Irma.
Dengan beberapa aktivitas di atas, tak hanya menciptakan suasana yang positif, hubungan antara keluarga, baik dengan pasangan dan anak pun akan lebih sehat.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan Sun Life Indonesia