Tradisi Yahudi: Menampar Anak Perempuan saat Haid Pertama!

16 November 2020 18:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak perempuan menstruasi pertama Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak perempuan menstruasi pertama Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ingatkah Anda seperti apa rasanya saat pertama kali menstrusasi atau haid? Campur aduk, ya? Bisa jadi rasa kaget, bingung, panik, takut, hingga malu muncul bersamaan. Maklum, melihat darah menstruasi pertama memang merupakan momen besar dalam hidup seorang anak perempuan.
ADVERTISEMENT
Untuk minta penjelasan, biasanya kita lantas memberitahu ibu, kakak perempuan, bibi atau nenek yang tinggal serumah. Dengan bercerita pada mereka mungkin kita juga akan menjadi lebih tenang. Ibu, kakak, bibi dan nenek mungkin juga akan memberi ciuman, pelukan hingga mendoakan.
Sayangnya, ada banyak anak perempuan di dunia yang tidak mendapatkan dukungan seperti ini saat dapatkan haid pertama kali. Alih-alih diberi ketenangan, mereka malah ditampar keras-keras!
Ya Moms, inilah yang terjadi pada banyak anak perempuan dari keluarga Yahudi. Apa tujuannya?

Tradisi Turun Temurun di Keluarga Yahudi

Tradisi Turun Temurun di Keluarga Yahudi Foto: shutterstock
Menampar anak perempuan saat haid pertama, merupakan tradisi (minhag) yang dijaga turun temurun. Hal ini antara lain diceritakan oleh seorang perempuan bernama Caren Appel-Slingbaum di laman resmi Museum of Menstruation and Women's Health.
ADVERTISEMENT
Tanpa penjelasan, wajah Caren ditampar oleh ibunya ketika ia menyampaikan ia sudah haid. Sang ibu hanya mengatakan kalau hal ini juga ia alami saat pertama kali menstruasi.
Pengalaman serupa dialami oleh seorang perempuan bernama İlayda Eskitaşçıoğlu di laman Malala (dot) Org. Ia bercerita, ketika mendapat menstruasi pertama, ia tengah berada di rumah neneknya.
"Saya memanggil Nenek dari dalam toilet, memberi tahu apa yang terjadi. Nenek lantas masuk, dan menampar saya keras segera setelah melihat darah di celana saya. Saya syok sekali. Saya pikir saya telah melakukan sesuatu yang salah. Lantas saya merasa sangat malu. Tapi Nenek malah tertawa. Ia bilang, ini biasa. Ini tradisi. Saat mendapat haid pertama, (perempuan) harus ditampar agar pipinya selalu tampak merah dan supaya terus memiliki rasa malu sepanjang hidup mereka."
ADVERTISEMENT
Setelah dewasa, meraih gelar Ph.D dan menjadi pengacara hak asasi manusia, İlayda, berusaha mengangkat tradisi yang dinilainya menyakitkan ini.

Tujuan yang Berbeda-Beda

Tidak jelas apa tujuan dari tradisi ini Foto: Shutterstock
Anehnya, tidak semua anak perempuan yang mengalami tradisi tidak menyenangkan ini mendapat penjelasan yang sama dengan yang diperoleh İlayda.
Dalam memoar berjudul Bronx Primitive, karya Kate Simon misalnya. Penulis asal Amerika Serikat (AS) ini mengisahkan, ibunya menamparnya untuk menangkal mata jahat yang dalam bahasa Ibrani disebut Ayin Ha'ra.
Lain lagi dengan Professor Kathleen J. Wininger, dari University of Southern Maine, AS. Kathleen ditampar oleh neneknya dengan alasan "menyadarkan" kalau ia telah menjadi seorang gadis yang tidak boleh mempermalukan keluarga. Misalnya dengan hamil di luar nikah.
ADVERTISEMENT
Ada juga yang menyebut tamparan itu tujuannya untuk "memutuskan" anak dari masa kecilnya dan membawanya masuk ke dalam kehidupan baru sebagai seorang wanita Yahudi.
Sementara tulisan yang lain memaparkan kalau tradisi ini bertujuan mengingatkan bahwa hidup perempuan dewasa penuh dengan penderitaan!

Terpelihara di Luar Sinagoge

Tradisi menampar tidak anak perempuan tidak diajarkan di khotbah-khotbah di sinagogeFoto: AFP/RONNY ADOLOF BUOL
Meski ditemui di banyak keluarga Yahudi, Banyak yang mengatakan, menampar anak perempuan saat haid pertama justru tidak sesuai dengan hukum agama Yahudi. Kebiasaan ini juga tidak pernah diajarkan di khotbah-khotbah di sinagoge.
Jadi benarkah tradisi menampar anak perempuan saat pertama kali mendapat haid merupakan tradisi Yahudi?
Bisa jadi ya, bisa jadi tidak. Yang jelas, tradisi ini juga ditemui di sebagian masyarakat Turki, Yunani, Perancis, Afghanistan dan beberapa kelompok lain di Eropa Timur.
ADVERTISEMENT

Menimbulkan Trauma

Tradisi menampar anak perempuan saat pertama haid Foto: Shutterstock
Lepas dari tradisi Yahudi atau bukan, tradisi menampar anak perempuan saat pertama kali mendapat menstruasi dapat meninggalkan luka psikologis yang membekas dan berpengaruh hingga dewasa.
Mengutip Research Gate, sebuah studi mengenai tradisi ini mengungkap bagaimana 586 wanita yang terlibat dalam penelitian, 64,2% menganggap menstruasi sebagai hal yang tidak menyenangkan. Sebanyak 48,8% dari mereka merasa harus merahasiakan menstruasi yang dialaminya, dan 2,2% percaya bahwa menstruasi adalah hukuman yang diberikan Tuhan, memalukan dan erat kaitannya dengan setan.
Menstruasi juga dianggap merugikan karena dapat membatasi kehidupan perempuan di ruang publik dan individu.
Itulah sebabnya, banyak aktivis perempuan seperti Kate Simon, Kathleen J.Wininger, İlayda Eskitaşçıoğlu dan Caren Appel-Slingbaum yang terus berusaha mengangkat isu ini, Moms.
ADVERTISEMENT
Mereka percaya, dari keluarga Yahudi atau tidak, tak seharusnya seorang anak perempuan memperoleh kekerasan apalagi terkait dengan menstruasinya. Semua anak perempuan perlu tahu, menstruasi adalah sesuatu yang natural, sehat dan sama sekali tidak memalukan.