Russia produksi vaksin corona

Update Seputar Vaksin Corona, Ini 7 Hal yang Perlu Diketahui Orang Tua

17 September 2020 16:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Sputnik V, vaksin virus corona dari Rusia. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sputnik V, vaksin virus corona dari Rusia. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Di tengah ketidakpastian kondisi pandemi corona, penemuan vaksin yang aman digunakan masyarakat tampaknya jadi salah satu hal yang dinanti-nanti. Ya Moms, dengan adanya vaksin, harapannya penularan virus corona bisa ditekan.
ADVERTISEMENT
Pemerintah pun saat ini masih terus berupaya untuk menyediakan vaksin corona yang aman untuk masyarakat. Termasuk dengan melakukan kerja sama pengembangan vaksin bersama pihak dari luar negeri.
Lantas, sudah sejauh mana perkembangan vaksin corona di Indonesia? Berikut kumparanMOM merangkum beberapa update terkini seputar vaksin corona yang perlu diketahui orang tua.

1.BPOM Selalu Mendampingi Kerja Sama Pengembangan Vaksin Corona

Petugas kesehatan menyuntikan vaksin kepada relawan saat simulasi uji klinis vaksin COVID-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8). Foto: M Agung Rajasa/ANTARA FOTO
Deputi Bidang Pengawasan Obat dan Psikotropika BPOM, Rita Endang, menjelaskan saat ini ada 31 kandidat vaksin corona yang masuk dalam tahap uji klinis dan dikembangkan berbagai negara.
Sementara di Indonesia, BPOM tengah mendampingi kerja sama pengembangan vaksin corona antara Bio Farma-Sinovac, Kimia Farma-Sinopharm, dan Kalbe Farma-Genexine.
"Terkait pengembangan vaksin COVID-19, data per 25 Agustus 2020 ada 31 kandidat vaksin yang sudah masuk tahap uji klinis. Untuk Indonesia memang yang BPOM dampingi adalah 3, Bio Farma-Sinovac, Kimia Farma G42-Sinopharm, dan Kalbe Farma-Genexine. Ini yang dikawal oleh BPOM," kata Rita dalam rapat bersama Komisi IX DPR RI, Senin (31/8).
ADVERTISEMENT
Di luar tiga vaksin itu, secara internal, pemerintah Indonesia juga mengembangkan vaksin buatan dalam negeri yang bernama Merah Putih. Rita memastikan pengembangan vaksin Merah Putih akan mendapat dukungan pihaknya. Termasuk dari awal hingga akhir proses penyediaan vaksin.
"Vaksin Merah Putih, BPOM mendukung pengembangan vaksin ini, dan ini adalah sama-sama dengan konsorsium dan BPOM terlibat di dalamnya," ujarnya.

2.Vaksin Sinovac Biofarma Dalam Tahap Uji Klinis Tahap III

Presiden Joko Widodo (kiri) meninjau fasilitas produksi dan pengemasan Vaksin COVID-19 di PT Bio Farma (Persero) Bandung, Jawa Barat, Selasa (11/8). Foto: Biro Pers Media dan Informasi Sekretariat Presiden
Saat ini, vaksin Sinovac asal China yang dipelopori Bio Farma dibantu tim dari Universitas Padjajaran (UNPAD) sudah masuk tahap uji klinis tahap III. Vaksin pun sudah disuntikkan ke sejumlah relawan di Bandung, termasuk Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, untuk dipantau hasilnya. Rencananya, vaksin siap diedarkan ke masyarakat awal 2021.
ADVERTISEMENT
Juru bicara Wakil Presiden, Masduki Baidlowi, juga memastikan sertifikasi halal vaksin Sinovac yang sedang dalam tahap uji klinis di Bio Farma akan berjalan berdampingan. Masduki meminta masyarakat tak perlu khawatir sertifikasi halal vaksin COVID-19 dapat menghambat produksi dan distribusi.
Dalam rapat bersama Bio Farma, Kemenag, BPJPH Kemenag, LPPOM MUI, Komisi Fatwa MUI dan BUMN, Wakil Presiden Ma'ruf Amin pun telah menegaskan agar semua stakeholders sertifikasi halal proaktif menjemput bola. Tindakan tersebut harus dilakukan untuk memastikan vaksin corona yang sedang diuji benar-benar memenuhi standar halal, dengan proses yang cepat dan akurat.
"Wapres menekankan proses pemeriksaan pemenuhan standar halal vaksin harus berjalan seiring dengan tahapan uji klinis dan produksi. Sehingga tidak mengganggu jadwal vaksinasi," kata Masduki dalam keterangannya, Senin (31/8).
ADVERTISEMENT

3.Vaksin Sinopharm Dalam Tahap Uji Klinis III di UEA

Ilustrasi vaksin corona. Foto: RDIF/Handout via REUTERS
Tak berhenti di situ, pemerintah juga bekerja sama dengan UEA dan China soal pengembangan vaksin corona Sinopharm. Vaksin ini juga sudah masuk uji klinis tahap III di UEA. Menteri BUMN dan Ketua Komite Penanganan COVID-19 Erick Thohir mengatakan, jika tak ada halangan, diperkirakan 15 juta masyarakat Indonesia akan disuntik vaksin Sinopharm akhir 2020 ini.
Ketua Pelaksana Harian Komite Penangan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Erick Thohir menyebut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan berangkat ke China dan Uni Emirat Arab bulan depan. Kunjungan mereka untuk memastikan vaksin corona yang diimpor dari dua negara itu halal.
ADVERTISEMENT
"Kita juga pastikan vaksin ini halal dan sesuai standar kita. Karena itu kita kirim BPOM ke UEA dan Insyaallah ke China Oktober ini bersama MUI," kata Erick dalam sambutan Webinar Transportasi Sehat, Indonesia Maju yang diadakan Kementerian Perhubungan secara virtual, Selasa (15/9).
Pemerintah juga mendapatkan komitmen UEA untuk menyediakan 10 juta vaksin COVID-19 untuk Indonesia melalui kerja sama pengembangan vaksin COVID-19 antara perusahaan G-42, UEA dengan Sinopharm, China dan Kimia Farma.
Kimia Farma sebagai perusahaan yang ditunjuk oleh pemerintah untuk bertanggung jawab dalam pendistribusian vaksin, hingga kini masih melakukan perencanaan terkait penyebarannya. Terbaru, perusahaan berencana mendistribusikan vaksin corona melalui aplikasi mobile. Artinya, masyarakat akan semakin mudah untuk mengakses vaksin virus.
ADVERTISEMENT
“Rencananya distribusi vaksin akan masuk aplikasi mobil termasuk fitur aplikasi vaksin,” kata Direktur Operasional PT Kimia Farma Tbk Abdul Aziz melalui webinar bersama Pos Indonesia, Rabu (9/9).

4.Vaksin Genexine asal Korea Selatan Dalam Tahap Pertama Uji Coba

Gedung kantor PT Kalbe Farma Tbk. Foto: Kalbe
Produsen obat-obatan, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) juga mengembangkan vaksin corona yang direncanakan tersedia paling cepat pada pertengahan 2021. Proyek pengadaan vaksin ini bekerja sama dengan perusahaan obat biologi asal Korea Selatan yaitu Genexine Inc.
Direktur Keuangan Kalbe Farma, Bernadus Karmin Winata, mengatakan ada beberapa fase uji klinis yang harus dilalui sebelum vaksin siap dipasarkan secara komersial. Hal ini dilakukan guna memastikan keamanan vaksin Corona tipe baru tersebut.
Pada fase pertama, sudah dilaksanakan di Korea Selatan dan diperkirakan akan selesai pada Oktober-November tahun ini. Adapun untuk fase selanjutnya akan dilaksanakan di kedua negara.
ADVERTISEMENT
"Masih perlu fase kedua dan kemungkinan fase ketiga. Komersial paling cepat pertengahan tahun 2021," kata Bernadus (28/8).

5.Vaksin Merah Putih Diporduksi Tahun 2022

Melihat proses produksi vaksin corona di Gedung 43 Bio Farma Bandung, Jawa Barat. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
Selain bekerja sama dengan pihak luar, Indonesia juga tengah mengembangkan vaksin buatan sendiri yang dinamakan vaksin merah putih. Menteri BUMN Erick Thohir menyebut vaksin ini dapat mulai diproduksi pada tahun 2022. Uji klinis I baru dimulai tahun 2021.
"Dari informasi yang didapatkan insyaallah kalau bisa uji klinis I sampai dengan III vaksin Merah Putih bisa berjalan pada tahun depan, sehingga pada tahun 2022 kita bisa mulai memproduksi vaksin Merah Putih," ujar Erick Thohir dalam orasi ilmiah di Universitas Padjadjaran, dilansir Antara, Jumat (11/9).
Menurut Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional itu menyebut, kehadiran vaksin COVID-19 Merah Putih agar Indonesia tidak terlalu bergantung pada vaksin-vaksin yang diproduksi dari produsen luar negeri. Ya Moms, vaksin ini dikembangkan Bio Farma bersama dengan Lembaga Eijkman, Balitbangkes Kementerian Kesehatan, dan sejumlah perguruan tinggi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Untuk biaya, harganya masih terus bergerak karena masih terus dikembangkan. Tapi perkiraan dari lembaga Eijkman, dari lembaga awal, [sebesar] 5 dolar per dosis," ujar Menristek dalam rapat kerja bersama Komisi VII DPR, Selasa (8/9).
Jika dikonversikan ke rupiah, perkiraan harga vaksin Merah Putih bisa mencapai Rp 74 ribu - Rp 75 ribu (1 dolar AS: Rp 14.876). Saat ini, Indonesia minimal harus menyiapkan 353 juta dosis vaksin untuk 176 juta penduduk (asumsi 1 orang harus disuntik 2 kali).

6.Kemenkes Jajaki Vaksin Corona Baru dengan Inggris

Petugas kesehatan menunjukan vaksin saat simulasi uji klinis vaksin COVID-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8). Foto: M Agung Rajasa/ANTARA FOTO
Kementerian Kesehatan ternyata juga terus menjajaki vaksin corona baru yaitu dengan Imperial College London. Bahkan vaksin ini diklaim punya harga yang lebih murah.
ADVERTISEMENT
Plt. Kepala Balitbang Kemenkes, Slamet, mengatakan saat ini kerja sama dengan Imperial College London sedang dalam tahap pembahasan. Vaksin corona buatan perguruan tinggi riset di Inggris itu, disebut sudah memasuki uji klinis tahap III dengan melibatkan 1.200 relawan.
"Mengenai uji klinik vaksin COVID-19, Litbangkes kerja sama Imperial College London, sedang tahap pembahasan. Pengadaan awal kuartal 1 2020," kata Slamet dalam rapat dengan Komisi IX DPR, Senin (31/8).
Menurutnya, vaksin corona tersebut diproyeksikan sudah bisa diedarkan pada awal kuartal pertama 2021. Perkiraan harga vaksin per dosis di kisaran antara 5 sampai 10 poundsterling atau setara Rp 97.000-194.000. Artinya harga untuk setiap orang bisa mencapai Rp 400.000 untuk dua kali vaksinasi.
ADVERTISEMENT

7.Vaksin Corona Hanya Gratis untuk 93 Juta Warga Miskin

Petugas kesehatan menyuntikan vaksin kepada relawan saat simulasi uji klinis vaksin COVID-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8). Foto: M Agung Rajasa/ANTARA FOTO
Pemerintah memastikan masyarakat tidak mampu yang diprioritaskan untuk mendapat vaksin corona tidak perlu membayar alias gratis. Sementara orang kaya diminta melakukan imunisasi mandiri yang biayanya ditanggung sendiri.
Ketua Pelaksana Harian Komite Penanganan Virus Corona dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Erick Thohir, mengatakan bahwa vaksin gratis diberikan untuk warga tidak mampu berdasarkan data peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) BPJS Kesehatan. Jumlahnya mencapai 93 juta orang.
"Dari BPJS Kesehatan yang peserta PBI jumlahnya 93 juta. Datanya benar enggak? Kita verifikasi lagi seperti kita verifikasi penerima subsidi gaji 15,7 juta pakai data BPJS Ketenagakerjaan, jadi bukan orang kaya," kata Erick dalam konferensi pers virtual dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Kamis (3/9).
ADVERTISEMENT
Peserta PBI yang mendapatkan vaksin gratis ini juga dipilih lagi berdasarkan daya tahan tubuhnya. Artinya, orang yang rentan akan lebih didahulukan. Tapi, Erick menegaskan bukan berarti mengabaikan orang-orang muda untuk divaksin belakangan.
Di luar dari masyarakat tidak mampu itu, Erick mengatakan dokter dan tenaga kesehatan di lapangan yang mengurusi vaksin ini yang akan diimunisasi lebih dulu. Sebab mereka garda terdepan. Jumlahnya mencapai 1,5 juta tenaga kesehatan termasuk dokter dan TNI dan Polri.
Sedangkan orang kaya atau yang mampu secara finansial, kata Erick, agar melakukan imunisasi sendiri agar tidak membebani pemerintah. Itu artinya, ongkos vaksin ditanggung masing-masing peserta. Erick juga meminta para pengusaha agar menanggung biaya vaksin bagi para karyawan atau pegawainya.
ADVERTISEMENT
Nah Moms, itu tadi beberapa update terkini seputar vaksin corona di Indonesia. Semoga saja, proses uji coba yang sedang dilakukan bisa berjalan lancar, sehingga bisa diproduksi masal dan aman digunakan masyarakat untuk mencegah penularan virus corona.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten