Waspada! Ini Bahaya Preeklamsia bagi Ibu Hamil dan Janin

5 Maret 2020 14:15 WIB
comment
74
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
MOMS MANUAL-Waspada Preeklamsia.  Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
MOMS MANUAL-Waspada Preeklamsia. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Preeklamsia merupakan salah satu masalah dan penyebab komplikasi kehamilan yang perlu diwaspadai. Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahkan memperkirakan kasus preeklamsia tujuh kali lebih tinggi di negara berkembang daripada di negara maju.
ADVERTISEMENT
Dalam Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Persatuan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) "Diagnosis dan Tata Laksana Preeklamsia" disebutkan, preeklamsia merupakan masalah kehamilan yang serius dan memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi.
Ya Moms, preeklamsia bukan hanya berdampak pada ibu saat hamil dan melahirkan. Nyatanya preeklamsia juga bisa menimbulkan dampak pascapersalinan, akibat disfungsi endotel--sel yang melapisi permukaan dalam pembuluh darah-- di berbagai organ, seperti kardiometabolik dan kompleksitas yang tinggi.
"Bahayanya pada ibu hamil bisa dari kerusakan organ, terutama hati dan ginjal. Hingga bisa menyebabkan kematian," jelas dr. Ardiansjah Dara Sjahruddin, SpOG, M.Kes, kepada kumparanMOM beberapa waktu lalu.
Menurut dr. Ardiansjah, dalam kondisi yang lebih parah, preeklamsia bahkan bisa menyebabkan solusio placenta, yaitu terlepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum persalinan.
ADVERTISEMENT
"Nah, ada kondisi, karena preeklamsia ini tekanan darah tinggi, bisa saja plasenta terlepas namanya solusio plasenta. Kalo ini terjadi dan terlambat (ditangani) maka ibu dan anak bisa meninggal," jelas dokter yang praktik di Siloam Hospital, Semanggi, Jakarta Selatan.
Ilustrasi preeklamsia saat hamil. Foto: Shutterstock
Mengutip laman resmi Preeclampsia Foundation, wanita yang pernah mengalami preeklamsia berisiko dua kali lipat lebih tinggi terkena penyakit jantung dan stroke di masa depan. Meski begitu, penyakit jantung pada wanita sebenarnya tidak selalu disebabkan karena preeklamsia saat hamil. Melainkan, memang sudah mempunyai kecenderungan sebelumnya, seperti punya riwayat keluarga yang menderita penyakit jantung.
Meski begitu, preeklamsia saat hamil seharusnya bisa jadi peringatan dini untuk mencegah penyakit jantung di masa depan, Moms. Sehingga, Anda seharusnya bisa lebih waspada, dengan menerapkan pola hidup sehat.
Hipertensi sebagai salah satu ciri dari preeklamsia Foto: Shutter Stock
Ibu hamil yang mengalami preeklamsia juga berisiko terkena sindrom HELLP. Kondisi ini juga terjadi di masa akhir kehamilan atau bahkan jelang persalinan.
ADVERTISEMENT
Mengutip What to Expect, HELLP merupakan singkatan dari H adalah hemolysis, yakni penghancuran sel-sel darah merah yang terlalu cepat sehingga jumlah sel darah merah terlalu rendah. Kemudian EL adalah elevated enzymes, yakni penurunan kerja hati dan ketidakmampuan hati menghilangkan racun di dalam tubuh secara efisien dan LP atau low platelet count, yakni rendahnya jumlah keping darah sehingga darah sulit menggumpal.
Kemungkinan terjadinya adalah 1 di antara 10 kasus preeklamsia memunculkan sindrom HELLP, dan 1 di antara 500 kehamilan normal.
Gejala preeklamsia saat hamil. Foto: Shutter Stock
Gejala sindrom HELLP hampir sama denga preeklamsia. Ibu hamil yang menderita sindrom ini biasanya mengeluhkan, mual, sakit kepala, perubahan penglihatan, rasa nyeri dan perih di perut bagian atas. Diagnosis syndrome HELLP biasanya lebih sulit karena dideteksi, apalagi jika tidak ada tekanan darah tinggi dan tidak ditemukan protein dalam urine.
ADVERTISEMENT
Dalam laman resmi Preeclampsia Foundation dijelaskan, selama kehamilan, wanita yang menderita sindrome HELLP memerlukan transfusi beberapa bentuk produk darah, seperti sel darah merah, trombosit, atau plasma. Kortikosteroid biasanya juga diberikan untuk membatu mematangkan paru-paru bayi. Meski begitu, cara paling efektif untuk menghilangkan syndrome HELLP adalah dengan melahirkan bayi Anda.
Lantas, bagaimana dengan janin?
Ilustrasi janin atau bayi di dalam kandungan. Foto: Shutterstock
Kenyataannya, preeklamsia memang tidak hanya membahayakan ibu hamil, tapi juga janinnya. Salah satunya bisa menyebabkan bayi lahir prematur.
"Bisa terjadi persalinan prematur hingga pertumbuhan janin terhambat," jelas dr. Ardiansjah.
Perlu diketahui, kelahiran bayi prematur bisa menyebabkan beberapa risiko, seperti bayi lahir dengan berat badan rendah, bayi berisiko lebih rentan terkena penyakit metabolik saat dewasa, hingga beberapa masalah tumbuh kembang lainnya.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, bila Anda terdeteksi preeklamsia, dokter biasanya segera memberi obat anti-hipertensi dan pemberian obat anti-kejang. Bila tidak berhasil, maka jalan keluarnya adalah dengan cara melahirkan bayi di dalam kandungan.
"Bahkan kadang2 kita perlu memberi steroid untuk jaga2 kalau misalnya harus lahir, si bayi ini udah siap paru-parunya untuk bernapas spontan. Jadi streoid itu gunanya untuk pematangan janin," ujar dr. Ardiansjah.
Preeklamsia yang tidak ditangani segera saat hamil juga bisa mengakibatkan eklamsia, yaitu kelanjutan dari preeklamsia dengan komplikasi yang lebih serius, seperti kejang.
"Eklamsia itu bentuk lebih parah dari preeklamsia. Eklamsia itu ditandai dengan adanya kejang, bahkan bisa koma pada ibu hamil. Jadi, tujuan pengobatannya itu, preeklamsia itu diobatin biar tidak jadi eklamsia," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Nah Moms, oleh sebab itu, selama hamil periksakan kandungan Anda secara rutin. Hal itu sangat penting untuk mencegah dan mendeteksi dini gejala komplikasi yang mungkin terjadi saat Anda hamil.